Sabtu, 26 Maret 2016

Tata Cara Memuliakan Tamu Dalam Islam

Memuliakan atau menghormati tamu merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Maka wajib bagi kita untuk menghormati dan memuliakannya, karena itu merupakan akhlak yang mulia yang telah diajarkan oleh Allah kepada utusan-Nya sebagai penyempurna Risalah yang mereka pikul.

Begitu besarnya hak tamu, ada peringatan bagi orang yang tidak mengindahkan tamunya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ خَيْرَ فِيْمَنْ لَا يُضِيْفُ
“Tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak menjamu tamu”. (HR Ahmad. Lihat ash-Shahîhah, no. 2434).

Bahkan memuliakan tamu juga menjadi salah satu tanda tingkat keimanan seseorang kepada Allah dan Hari Akhir.
Tata Cara Memuliakan Tamu Dalam Islam disertai tata cara sesuai contoh Rasulullah

Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan menyakiti tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah menghormati tamunya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47)

Memberi jamuan kepada tamu, merupakan kebiasaan sudah berkembang sejak lama, sebelum risalah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam diturunkan. Yang pertama kali melakukan perbuatan yang mulia ini, ialah Nabi Ibrâhiim Khalîlur Rahmân Alaihissalam.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan:

كَانَ أَوَّلَ مَنْ ضَيَّفَ الضَّيْفَ إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلامُ
“Orang yang pertama kali memberi suguhan kepada tamu adalah Ibrâhîm ‘alaihissalam. (Lihat ash-Shahîhah, 725).

Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam kisah Ibrahim ‘Alaihissalam yang menghormati tamunya dengan jamuan yang terbaik. Allah Ta'ala berfirman:

هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ (24) إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلَامًا ۖقَالَ سَلَامٌ قَوْمٌ مُنْكَرُونَ (25) فَرَاغَ إِلَىٰ أَهْلِهِ فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِينٍ (26) فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ (27)

"Adakah sudah datang padamu cerita tamu Ibrahim yang dimuliakan? Ketika mereka masuk kepada Ibrahim dan mengucapkan: "Salam -selamat-." Ibrahim menjawab: "Salam," sedang dalam hatinya ia mengatakan: "Kaum -atau orang-orang- yang tidak dikenal." Kemudian ia dengan diam-diam pergi kepada keluarganya, lalu datang dengan membawa daging anak sapi yang gemuk. Selanjutnya makanan itu dihidangkan kepada mereka, ia berkata: "Mengapa tidak engkau semua makan?" (QS. adz-Dzariyat {51} : 24)

Syaikh as-Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Sesungguhnya memberi jamuan kepada tamu (dhiyâfah) termasuk sunnah (tradisi) Nabi Ibrâhîm yang Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan umatnya untuk mengikuti millah (ajaran) beliau. Di sini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan kisah ini (surat adz-Dzâriyât) sebagai pujian dan sanjungan bagi beliau”. (Tafsir as-Sa’di)

Ayat-ayat ini mengatur tata-cara menjamu tamu, antara lain sebagai berikut;
  • Menjawab ucapan salam dari tamu dengan jawaban yang lebih sempurna.
  • Nabi Ibrâhîm Alaihissalam tidak bertanya terlebih dahulu: “Apakah kalian mau hidangan dari kami?”
  • Nabi Ibrâhîm Alaihissalam bersegera menyuguhkan makanan kepada tamu. Dikatakan oleh Syaikh as-Sa’di bahwa sebaik-baik kebajikan ialah yang disegerakan. Karena itu, Nabi Ibrâhîm Alaihissalam cepat-cepat menyuguhkan jamuan kepada para tamunya.
  • Menyuguhkan makanan terbaik yang beliau miliki, Yakni, daging anak sapi yang gemuk dan dibakar. Pada mulanya, daging tersebut tidak diperuntukkan untuk tamu. Akan tetapi, ketika ada tamu yang datang, maka apa yang sudah ada, beliau hidangkan kepada para tamu.
  • Menyediakan stok bahan makanan di rumah untuk kedatangan tamu.
  • Mendekatkan jamuan kepada para tamu dengan meletakkan jamuan makanan di hadapan mereka. Tidak menaruhnya di tempat yang berjarak dan terpisah dari tamu, hingga harus meminta para tamunya untuk mendekati tempat tersebut, dengan memanggil, -misalnya- “kemarilah, wahai para tamu”. Cara ini untuk lebih meringankan para tamu.
  • Melayani tamu-tamunya sendiri. Tidak meminta bantuan orang lain, apalagi meminta tamu untuk membantunya, karena meminta bantuan kepada tamu termasuk perbuatan yang tidak etis.
  • Bertutur kata sopan dan lembut kepada tamu, terutama tatkala menyuguhkan jamuan. Dalam hal ini, Nabi Ibrâhîm Alaihissallam menawarkannya dengan lembut: “Sudikah kalian menikmati makanan kami (silahkan kamu makan)?” Beliau Alaihissalam tidak menggunakan nada perintah, seperti: “Ayo, makan”. Oleh karena itu, sebagai tuan rumah, seseorang harus memilih tutur kata simpatik lagi lembut, sesuai dengan situasinya.
  • Memberikan perlakuan yang baik kepada tamunya. Allah menceritakan perihal mereka di rumah Nabi Ibrâhîm Alaihissalam dengan sifat mukramûn (memperoleh kemuliaan).

MENGUCAPKAN SELAMAT DATANG KEPADA PARA TAMU

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya tatkala utusan Abi Qais datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda,

مَرْحَبًا بِالْوَفْدِ الَّذِينَ جَاءُوا غَيْرَ خَزَايَا وَلاَ نَدَامَى
“Marhaban – yakni selamat datang – kepada rombongan yang datang tanpa kehinaan dan tanpa penyesalan “ (HR. Al-Bukhari ( 6176 ) dan Muslim ( 17 ))

Marhaban, diartikan sebagai kata seru untuk menyambut atau menghormati tamu. Kata marhaban sama dengan kata ahlan wa sahlan, yang di dalam kamus berarti selamat datang. Walaupun keduanya sama-sama berarti selamat datang, namun penggunaannya berbeda.

Marhaban terambil dari kata rahb yang berarti luas atau lapang, sehingga marhaban menggambarkan bahwa tamu akan disambut dan diterima dengan lapang dada, penuh kegembiraan, dan dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Dari akar kata yang sama dengan marhaban, terbentuk kata rahbat yang antara lain berarti “ruangan luas untuk kendaraan”.

Dan yang tidak disangsikan lagi, bahwa seseorang menyambut para tamunya dengan ungkapan-ungkapan selamat datang dan yang serupa dengannya akan menanamkan rasa sukacita dan kedekatan terhadap mereka. Dan hal tersebut dibenarkan dengan kenyataan.

MENJAMU TAMU SELAMA TIGA HARI

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ الْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ جَائِزَتَهُ . قَالُوا: وَمَا جَائِزَتُهُ يَارَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: يَوْمٌ وَلَيْلَتُهُ وَالضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ فَمَا كَانَ وَرَاءَ ذَالِكَ فَهُوَ صَدَقَةٌ عَلَيْهِ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya memuliakan tamunya yaitu jaizah-nya.” Para shahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dengan jaizah itu, wahai Rasulullah?” Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Jaizah itu adalah menjamu satu hari satu malam (dengan jamuan yang lebih istimewa dibanding hari yang setelahnya). Sedangkan penjamuan itu adalah tiga hari adapun selebihnya adalah shadaqah.” (HR. Al Bukhari no. 6135 dan Muslim no. 1726, hadits dari Abu Syuraih Al ‘Adawi, lihat Fathul Bari hadits no. 6135)

Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

الضِّيَافَةُ ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ وَجَائِزَتُهُ يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ وَلَا يَحِلُّ لِرَجُلٍ مُسْلِمٍ أَنْ يُقِيمَ عِنْدَ أَخِيهِ حَتَّى يُؤْثِمَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يُؤْثِمُهُ قَالَ يُقِيمُ عِنْدَهُ وَلَا شَيْءَ لَهُ يَقْرِيهِ بِهِ

”Bertamu itu selama tiga hari, dan jaizahnya siang dan malam, dan tidaklah dihalalkan bagi seorang muslim berdiam di sisi saudaranya hingga menjadikannya berdosa”. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah bagaimanakah dia berbuat dosa kepadanya?”. Beliau berkata: “Dia berdiam di sisinya, dan tidak ada sesuatupun untuknya yang bisa dia jamu dengannya”. (HR. Al-Bukhari no. 6135 dan Muslim no. 48 Kitab AL-Luqathah, lafazh miliknya)

Di dalam hadits ini terdapat larangan tentang tinggalnya seorang tamu lebih dari tiga hari, agar tuan rumah tidak menjerumuskannya kepada persangkaan yang tidak diperbolehkan, atau mengghibah diriya atau lain sebagainya. Al-Khaththabi mengatakan: “Tidak halal bagi tamu berdiam di sisinya setelah tiga hari tanpa adanya ajakan, yang akan menjadikan dadanya sempit dan amalnya menjadi batal.” (Ghizaa`u Al-Albab karya As-Safariini ( 2 / 159 ))

Ibnul Jauzi mengatakan dalam menerangkan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Hingga menjadikannya berdosa“, hal itu apabila tidak ada suatu yang menjadi alasan jamuannya, maka dengan berdiamnya dia akan menjadikan ketidaksenangan. Terkadang dirinya akan disinggung dengan penyebutan yang buruk, dan terkadang diapun akan menjadi berdosa dalam pemberian yang diinfakkannya kepada si tamu“ (Al-Qaul Mufid ‘ala Kitabuttauhid (3/113).

Akan tetapi terkecualikan apabila si tamu mengetahui bahwa yang menjamunya tidak membenci hal itu, atau memintanya untuk lebih lama lagi tinggal di tempat itu. Adapun jika si tamu merasa ragu akan keadaan yang menjamu, maka lebih utama dia tidak berdiam diri melebihi tiga hari.

SESUAI DENGAN KEMAMPUAN

Menghormati tamu dan menyediakan hidangan untuk tamu makanan semampunya saja. Akan tetapi, tetap berusaha sebaik mungkin untuk menyediakan makanan yang terbaik.

Dari Sulaiman radhiallahu ‘anhu, beliau berkata:

نَهَانَا رَسُوْلُ اللهِ صَلّى اهُa عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَنْ نَتَكَلَّفَ لِلضَّيْفِ مَا لَيْسَ عِنْدَنَا
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam melarang kami memaksakan diri dalam menjamu tamu dengan sesuatu yang diluar kemampuan.” (HR. Al Bukhari, Ahmad, dan lainnya)

DISENANGI KELUAR BERSAMA TAMU HINGGA KE PINTU

Perbuatan ini termasuk dalam bagian kesempurnaan menjamu tamu, dan kebaikan dalam melayani tamu. Dan menyertainya hingga dia berlalu dari rumah. Dan tidak satupun hadits yang marfu’ dan shahih yang dapat dijadikan pedoman akan hal itu. Hanya beberapa atsar dari Salaf umat ini dan para Imam mereka.

Abu ‘Ubaid Al-Qasim bin Sallam mengunjungi Ahmad bin Hanbal, Abu ‘Ubaid berkata:

فَلَمَّا أَرَدْتُ القِيَامَ قَامَ مَعِي , قُلْتُ : لاَ تَفْعَلْ يَا أَبَا عَبْدِ اللهِ , فَقَالَ : قَالَ الشَعْبِي : مِنْ تَمَامِ زِيَارَةِ الزَائِر أَنْ تَمْشِي مَعَهُ إِلَى بَابِ الدَّارِ وَتَأْخُذ بَرَكَاتَهُ
“Dan ketika saya hendak berdiri, beliau berdiri menyertaiku. Saya berkata: Janganlah anda melakukan hal itu wahai Abu Abdillah. Beliau bekata : Asy-Sa’bi mengatakan: Termasuk kesempurnaan ziarah seorang tamu, adalah anda menyertainya hingga ke pintu rumah dan anda mengambil berkahnya … “ (Al-Adab Asy-Syar’iyah ( 3 / 227 ))
Kunjungi Konsultasi Ruqyah Gratiss via whatsapp, rahasia dari ruqyah syar'iyyah dan temukan berbagai kasus ruqyah yang berhasil di sembuhkan di artikel Pertanyaan dan Jawaban Seputar Ruqyah Syariyyah <---- Klik , siapa tau ada yang sesuai dengan kondisi yang anda alami. Kunci rangkaian penyembuhan untuk mengatasi berbagai gangguan baik penyakit fisik atau penyakit hati (non-medis) serta berbagai gangguan ghaib. Atau silahkan langsung kunjungi halaman Cara dan Aturan Konsultasi Ruqyah Syariyyah Athallah <--- Klik
  1. Tutorial Ruqyah Mandiri sebagai penyembuh dan pembersih diri dari gangguan ghaib, penyakit medis dan non medis <----- Klik Jika ingin membaca tutorialnya di web. Untuk ciri ciri terkena gangguan ghaib, gangguan jin, gangguan sihir atau ain bisa di lihat di Tanda atau ciri terkena gangguan jin, gangguan sihir atau penyakit ain
  2. Tuntunan sunnah untuk benteng diri agar gangguan itu tidak kembali muncul <---- Klik jika ingin membaca nya di web ini.
  3. Tutorial Ruqyah Rumah agar gangguan yang sudah dipaksa keluar dari badan juga keluar dari rumah tempat tinggal kita <---- Klik jika ingin membaca caranya di web
  4. Tuntunan sunnah menjadikan rumah dibenci setan dan jin sehingga jika sudah berhasil diusir dengan ruqyah rumah tidak kembali lagi masuk rumah. <---- Klik jika ingin membaca caranya di web ini.
  5. Memutar audio ruqyah rumah saat munculnya dua tanduk setan yaitu saat matahari terbit dan tenggelam, dimana pada dua waktu ini setan kekuatannya mejadi membesar. <---- Klik jika ingin mendapatkannya di web ini.
  6. Sesungguhnya Matahari terbit di antara dua tanduk setan, dan tenggelam di antara dua tanduk setan pula. (HR Abu Dawud dan Muslim)

    “Jangan kalian membiarkan anak anak kalian di saat matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam sebab setan berpencar jika matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam,” (HR. Muslim).

Untuk testimoni semua sahabat muslim yang sudah berhasil mengatasi gangguan yang dialami dengan ruqyah mandiri silahkan klik Testimonial. Disertai screen capture percakapan whatsapp.

"Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam." (QS. Asy-Syu'araa Ayat : 109, QS. Asy-Syu'araa Ayat :127, QS. Asy-Syu'araa Ayat :145, QS. Asy-Syu'araa Ayat :164, QS. Asy-Syu'araa Ayat :180)
Kami juga menyediakan CD Ruqyah (untuk ruqyah rumah/toko) yang berisi audio ruqyah mandiri beserta tutorial ruqyah mandiri dan ruqyah rumah disertai bacaaan surah surah ruqyah dalam arabic, latin dan terjemahan. Disertai juga tutorial dan tuntunan sunnah untuk LGBT, penyakit sihir, penyakit fisik dan susah jodoh dalam bentuk PDF. Praktis bagi anda untuk terapi penyembuhan dengan izin Allah subhanahu wa ta'ala dengan mendengarkan ayat ayat al quran yang berfungsi sebagai penyembuhan dan pembatal sihir serta penghilang gangguan jin dan ain. Untuk pemesanan dan info kunjungi post Mp3 dan CD ruqyah mandiri, Barokallahu fiikum..

Info yang rugi jika anda lewatkan

Artikel Islam Lanjutan dan Daftar Isi Web Ini

“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk maka adalah baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, yang demikian itu tidak mengurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka adalah atasnya dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, yang demikian itu tidak mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka” (HR. Muslim)

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad : 7)
Bagikan di media sosial yang anda ikuti dengan klik di tombol dibawah ini dan raih amal sholeh sebanyak banyak nya... InsyaAllah

Tata Cara Memuliakan Tamu Dalam Islam
4/ 5
Oleh
Mesin Pencari Athallah

Ketik topik atau pembahasan apa saja yang anda cari di internet menggunakan Athallah Search Engine dibawah ini. Caranya cukup ketikkan topik nya di kotak box dibawah, kemudian tekan enter. InsyaAllah bebas website porno dan spam

Artikel Terbaru