Musibah merupakan sebab pengampunan bagi kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan dengan hati, pendengaran, penglihatan atau dengan anggota tubuh. Walaupun kadang-kadang musibah itu merupakan hukuman dari dosa yang pernah dilakukan seseorang, sebagaimana firman-Nya:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura’ {26} : 30)
Yakni seberapapun musibah yang menimpamu wahai manusia, ia adalah akibat keburukan yang dulu pernah kamu lakukan “dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu”. Yakni, sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu. Dia tidak membalasmu atas kesalahan tersebut, melainkan Dia memaafkannya. Sebagaimana firman-Nya:
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ
“Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melatapun”. (QS. Fathir {35} : 45)
Aisyah radhiyallahu anha berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا كَثُرَتْ ذُنُوْبُ الْعَبْدِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ مَا يُكَفِّرُهَا, ابْتَلاَهُ اللهُ تَعَالَى بِالْحُزْنِ لِيُكَفِّرَهَا
“Apabila telah banyak dosa seorang hamba dan ia tidak memiliki sesuatu yang bisa menghapus dosanya, maka Allah mengujinya dengan kesedihan guna menghapus dosa tersebut”. (HR. Ahmad. Hadits Dha’if, lihat Dha’iiful Jaami’ no.678)
Hadis-hadis yang menjelaskan pengampunan dosa karena adanya musibah dan penyakit, amat banyak. Antara lain:
Dari Abu Said Al-Khudri dan dari Abu Hurairah radhiallahu anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau rasa sakit yang terus menerus, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya.” (HR. Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573)
Di dalam hadis ini terkandung bukti bahwa penyakit jiwa tak berbeda dengan penyakit tubuh, yang sama-sama menghapus kesalahan. Karena di dalamnya juga disebutkan apa-apa yang menyerang di dalam hati seperti kekhawatiran, kesedihan, kesusahan.
وَصَبٍ adalah rasa sakit yang terus menerus. هَمٍّ adalah kekhawatiran atau kecemasan yang terjadi lantaran sesuatu yang tidak diinginkan pada masa mendatang dan merupakan gangguan dalam hati. حُزْنٍ adalah kesedihan yang terjadi lantaran sesuatu yang tidak diinginkan dan sudah berlalu kejadiannya, seperti kehilangan orang yang sangat dicintai atau mendapat sesuatu yang tidak diinginkannya. Jika seseorang mengingatnya, maka dia pun menjadi sedih dan berduka. غَمٍّ adalah kesusahan yang terjadi lantaran sesuatu yang tidak diinginkan pada saat kejadian itu.
Dan, semua hal-hal yang tidak diinginkan dan tidak disukai ini merupakan penyakit hati yang paling besar.
Ibnu Mas’ud berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam besabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مَرَضٌ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ لَهُ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا
"Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit atau yang sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya, seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya." (HR. Al-Bukhari dalam al-Fath (X/I20) dan Muslim (IV/I991))
Aisyah berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:
مَا مِنْ مُصِيبَةٍ تُصِيبُ الْمُسْلِمَ إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا
“Tidaklah ada suatu musibah menimpa orang Muslim, melainkan Allah mengampuni dosa-dosanya, hingga duri yang menusuknya.” (HR. Bukhari no. 5209)
Aisyah berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُشَاكُ شَوْكَةً فَمَا فَوْقَهَا إِلَّا كُتِبَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَمُحِيَتْ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ
“Tidaklah seorang Muslim tertusuk duri atau yang leih kecil dari duri, melainkan ditetapkan baginya satu derajat dan dihapuskan darinya satu kesalahan.” (HR. Muslim. IV/1991)
Abu Hurairah berkata, “Tatkala turun ayat:
(مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ) بَلَغَتْ مِنَ الْمُسْلِمِينَ مَبْلَغًا شَدِيدًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَارِبُوا وَسَدِّدُوا فَفِي كُلِّ مَا يُصَابُ بِهِ الْمُسْلِمُ كَفَّارَةٌ حَتَّى النَّكْبَةِ يُنْكَبُهَا أَوِ الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا
“Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu”, maka saya mendengar berita yang amat keras dari orang-orang Muslim. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: “Janganlah berlebih-lebihan dan carilah kebaikan, karena dalam setiap musibah yang menimpa orang Muslim terkandung pengampunan dosa, hingga kaki yang terpeleset dan duri yang menusuk.” (HR. Muslim. No : 4671)
Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:
مَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ
“Tiada henti-hentinya bala’ (cobaan) menimpa orang Mukmin dan Mukminah, baik menimpa dirinya, anak dan hartanya, sehingga dia bersua dengan Allah sedang pada dirinya tak ada satu kesalahan pun.” (HR. Tirmidzi, Kitab Zuhd ‘An Rasulullah, Bab Mâ Jâ’a Fi Al-Shabr ‘Alal Balâ, No 2323. Syeikh Albani menilainya hasan atau shahih (Shahihah 2280, Shahih Targhib wa Tarhib no 3414)
Sa’d bin Abi Waqqas berkata, saya bertanya:
يَارَسُوْلَ اللهِ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟ قَالَ: الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras dikenai cobaan?” Jawab beliau, “Para nabi, lantas yang semisal, dan yang semisal. Seseorang akan tertimpa cobaan sesuai dengan keadaan agamanya. Jika agamanya kuat, cobaan itu pun keras. Jika agamanya masih lemah, ia akan diuji sesuai dengan agamanya. Tiadalah cobaan itu senantiasa menimpa seorang hamba sampai ia meninggalkan si hamba berjalan di muka bumi tanpa ada dosa padanya.” (HR. at-Tirmidzi, no. 2398, hadits dari Mush’ab bin Sa’d, dari ayahnya)
مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ وَلَا نَصَبٍ وَلَا سَقَمٍ وَلَا حَزَنٍ حَتَّى الْـهَمِّ يُهَمُّهُ إِلَّا كُفِّرَ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ
"Tidaklah rasa sakit yang terus-menerus, kepayahan, penyakit dan juga kesedihan yang menimpa seorang mukmin, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkan-nya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya." (Muslim (IV/1993))
Boleh jadi seseorang mempunyai kedudukan yang agung di sisi Allah. Tetapi dia tidak mempunyai amal yang bisa mengantarkannya kepada kedudukan tersebut. Lalu Allah mengujinya dengan sesuatu yang tidak disukainya, sehingga dia pun layak mendapatkan kedudukan itu dan sampai ke sana.
Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَكُوْنُ لَهُ عِنْدَ اللِه المَنْزِلَةُ فَمَا يَبْلُغُهَا بِعَمَلٍ فَمَا يَزَالُ اللهُ يَبْتَلِيْهِ بِمَا يَكْرَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ إِيَّاهَا
“Sesungguhnya seseorang benar-benar memiliki kedudukan di sisi Allah, namun tidak ada satu amal yang bisa menghantarkannya ke sana. Maka Allah senantiasa mencobainya dengan sesuatu yang tidak disukainya, sehingga dia bisa sampai ke kedudukan itu.” (HR. Abu Ya'la dan Ibnu Hibban, disahihkan oleh Albani dalam Silsilah Hadits Shahihah no : 1599)
Dari Muhammad bin Khalid as-Silmy, dari bapaknya, dari kakeknya, yang termasuk shahabat Rasulullah, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا سَبَقَتْ لَهُ مِنَ اللَّهِ مَنْزِلَةٌ لَمْ يَبْلُغْهَا بِعَمَلِهِ ابْتَلَاهُ اللَّهُ فِي جَسَدِهِ أَوْ فِي مَالِهِ أَوْ فِي وَلَدِهِ قَالَ أَبمو دَاومد زَادَ ابْنُ نُفَيْلٍ ثُمَّ صَبَّرَهُ عَلَى ذَلِكَ ثُمَّ اتَّفَقَا حَتَّى يُبْلِغَهُ الْمَنْزِلَةَ الَّتِي سَبَقَتْ لَهُ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى
“Sesungguhnya hamba itu, jika ada satu kedudukan yang telah ditakdirkan Allah baginya, dan dia tidak bisa mencapainya dengan amalnya, maka Allah mengunjinya dalam tubuh, atau harta atau anaknya, kemudian Dia menjadikannya bersabar karena yang demikian itu, sehingga Dia membuatnya bisa mencapai kedudukan yang telah ditakdirkan Allah baginya.” (HR. Abu Daud. Sunan Abu Daud, 3090)
Dengan demikian, musibah bagi seorang mukmin adalah suatu rahmat, ia akan mendapat ganjaran yang tidak akan diperoleh oleh selain mereka.
Jabir berkata, Rasulullah shallawahu alaihi wasallam bersabda:
يَوَدُّ أَهْلُ الْعَافِيَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِينَ يُعْطَى أَهْلُ الْبَلَاءِ الثَّوَابَ لَوْ أَنَّ جُلُودَهُمْ كَانَتْ قُرِضَتْ فِي الدُّنْيَا بِالْمَقَارِيضِ
“Pada hari kiamat, orang-orang yang sehat (sejahtera) ketika orang yang tertimpa musibah diberi pahala (karena musibahnya) ingin seandainya kulit mereka ketika didunia dirobek/dipotong dengan gunting”. (HR. Tirmidzi (2404) lihat Silsilah Shahihah no: 2206).
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura’ {26} : 30)
Yakni seberapapun musibah yang menimpamu wahai manusia, ia adalah akibat keburukan yang dulu pernah kamu lakukan “dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu”. Yakni, sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu. Dia tidak membalasmu atas kesalahan tersebut, melainkan Dia memaafkannya. Sebagaimana firman-Nya:
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ
“Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melatapun”. (QS. Fathir {35} : 45)
Aisyah radhiyallahu anha berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا كَثُرَتْ ذُنُوْبُ الْعَبْدِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ مَا يُكَفِّرُهَا, ابْتَلاَهُ اللهُ تَعَالَى بِالْحُزْنِ لِيُكَفِّرَهَا
“Apabila telah banyak dosa seorang hamba dan ia tidak memiliki sesuatu yang bisa menghapus dosanya, maka Allah mengujinya dengan kesedihan guna menghapus dosa tersebut”. (HR. Ahmad. Hadits Dha’if, lihat Dha’iiful Jaami’ no.678)
Hadis-hadis yang menjelaskan pengampunan dosa karena adanya musibah dan penyakit, amat banyak. Antara lain:
Dari Abu Said Al-Khudri dan dari Abu Hurairah radhiallahu anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau rasa sakit yang terus menerus, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya.” (HR. Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573)
Di dalam hadis ini terkandung bukti bahwa penyakit jiwa tak berbeda dengan penyakit tubuh, yang sama-sama menghapus kesalahan. Karena di dalamnya juga disebutkan apa-apa yang menyerang di dalam hati seperti kekhawatiran, kesedihan, kesusahan.
وَصَبٍ adalah rasa sakit yang terus menerus. هَمٍّ adalah kekhawatiran atau kecemasan yang terjadi lantaran sesuatu yang tidak diinginkan pada masa mendatang dan merupakan gangguan dalam hati. حُزْنٍ adalah kesedihan yang terjadi lantaran sesuatu yang tidak diinginkan dan sudah berlalu kejadiannya, seperti kehilangan orang yang sangat dicintai atau mendapat sesuatu yang tidak diinginkannya. Jika seseorang mengingatnya, maka dia pun menjadi sedih dan berduka. غَمٍّ adalah kesusahan yang terjadi lantaran sesuatu yang tidak diinginkan pada saat kejadian itu.
Dan, semua hal-hal yang tidak diinginkan dan tidak disukai ini merupakan penyakit hati yang paling besar.
Ibnu Mas’ud berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam besabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مَرَضٌ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ لَهُ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا
"Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit atau yang sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya, seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya." (HR. Al-Bukhari dalam al-Fath (X/I20) dan Muslim (IV/I991))
Aisyah berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:
مَا مِنْ مُصِيبَةٍ تُصِيبُ الْمُسْلِمَ إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا
“Tidaklah ada suatu musibah menimpa orang Muslim, melainkan Allah mengampuni dosa-dosanya, hingga duri yang menusuknya.” (HR. Bukhari no. 5209)
Aisyah berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُشَاكُ شَوْكَةً فَمَا فَوْقَهَا إِلَّا كُتِبَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَمُحِيَتْ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ
“Tidaklah seorang Muslim tertusuk duri atau yang leih kecil dari duri, melainkan ditetapkan baginya satu derajat dan dihapuskan darinya satu kesalahan.” (HR. Muslim. IV/1991)
Abu Hurairah berkata, “Tatkala turun ayat:
(مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ) بَلَغَتْ مِنَ الْمُسْلِمِينَ مَبْلَغًا شَدِيدًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَارِبُوا وَسَدِّدُوا فَفِي كُلِّ مَا يُصَابُ بِهِ الْمُسْلِمُ كَفَّارَةٌ حَتَّى النَّكْبَةِ يُنْكَبُهَا أَوِ الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا
“Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu”, maka saya mendengar berita yang amat keras dari orang-orang Muslim. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: “Janganlah berlebih-lebihan dan carilah kebaikan, karena dalam setiap musibah yang menimpa orang Muslim terkandung pengampunan dosa, hingga kaki yang terpeleset dan duri yang menusuk.” (HR. Muslim. No : 4671)
Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:
مَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ
“Tiada henti-hentinya bala’ (cobaan) menimpa orang Mukmin dan Mukminah, baik menimpa dirinya, anak dan hartanya, sehingga dia bersua dengan Allah sedang pada dirinya tak ada satu kesalahan pun.” (HR. Tirmidzi, Kitab Zuhd ‘An Rasulullah, Bab Mâ Jâ’a Fi Al-Shabr ‘Alal Balâ, No 2323. Syeikh Albani menilainya hasan atau shahih (Shahihah 2280, Shahih Targhib wa Tarhib no 3414)
Sa’d bin Abi Waqqas berkata, saya bertanya:
يَارَسُوْلَ اللهِ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟ قَالَ: الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras dikenai cobaan?” Jawab beliau, “Para nabi, lantas yang semisal, dan yang semisal. Seseorang akan tertimpa cobaan sesuai dengan keadaan agamanya. Jika agamanya kuat, cobaan itu pun keras. Jika agamanya masih lemah, ia akan diuji sesuai dengan agamanya. Tiadalah cobaan itu senantiasa menimpa seorang hamba sampai ia meninggalkan si hamba berjalan di muka bumi tanpa ada dosa padanya.” (HR. at-Tirmidzi, no. 2398, hadits dari Mush’ab bin Sa’d, dari ayahnya)
مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ وَلَا نَصَبٍ وَلَا سَقَمٍ وَلَا حَزَنٍ حَتَّى الْـهَمِّ يُهَمُّهُ إِلَّا كُفِّرَ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ
"Tidaklah rasa sakit yang terus-menerus, kepayahan, penyakit dan juga kesedihan yang menimpa seorang mukmin, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkan-nya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya." (Muslim (IV/1993))
Boleh jadi seseorang mempunyai kedudukan yang agung di sisi Allah. Tetapi dia tidak mempunyai amal yang bisa mengantarkannya kepada kedudukan tersebut. Lalu Allah mengujinya dengan sesuatu yang tidak disukainya, sehingga dia pun layak mendapatkan kedudukan itu dan sampai ke sana.
Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَكُوْنُ لَهُ عِنْدَ اللِه المَنْزِلَةُ فَمَا يَبْلُغُهَا بِعَمَلٍ فَمَا يَزَالُ اللهُ يَبْتَلِيْهِ بِمَا يَكْرَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ إِيَّاهَا
“Sesungguhnya seseorang benar-benar memiliki kedudukan di sisi Allah, namun tidak ada satu amal yang bisa menghantarkannya ke sana. Maka Allah senantiasa mencobainya dengan sesuatu yang tidak disukainya, sehingga dia bisa sampai ke kedudukan itu.” (HR. Abu Ya'la dan Ibnu Hibban, disahihkan oleh Albani dalam Silsilah Hadits Shahihah no : 1599)
Dari Muhammad bin Khalid as-Silmy, dari bapaknya, dari kakeknya, yang termasuk shahabat Rasulullah, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا سَبَقَتْ لَهُ مِنَ اللَّهِ مَنْزِلَةٌ لَمْ يَبْلُغْهَا بِعَمَلِهِ ابْتَلَاهُ اللَّهُ فِي جَسَدِهِ أَوْ فِي مَالِهِ أَوْ فِي وَلَدِهِ قَالَ أَبمو دَاومد زَادَ ابْنُ نُفَيْلٍ ثُمَّ صَبَّرَهُ عَلَى ذَلِكَ ثُمَّ اتَّفَقَا حَتَّى يُبْلِغَهُ الْمَنْزِلَةَ الَّتِي سَبَقَتْ لَهُ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى
“Sesungguhnya hamba itu, jika ada satu kedudukan yang telah ditakdirkan Allah baginya, dan dia tidak bisa mencapainya dengan amalnya, maka Allah mengunjinya dalam tubuh, atau harta atau anaknya, kemudian Dia menjadikannya bersabar karena yang demikian itu, sehingga Dia membuatnya bisa mencapai kedudukan yang telah ditakdirkan Allah baginya.” (HR. Abu Daud. Sunan Abu Daud, 3090)
Dengan demikian, musibah bagi seorang mukmin adalah suatu rahmat, ia akan mendapat ganjaran yang tidak akan diperoleh oleh selain mereka.
Jabir berkata, Rasulullah shallawahu alaihi wasallam bersabda:
يَوَدُّ أَهْلُ الْعَافِيَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِينَ يُعْطَى أَهْلُ الْبَلَاءِ الثَّوَابَ لَوْ أَنَّ جُلُودَهُمْ كَانَتْ قُرِضَتْ فِي الدُّنْيَا بِالْمَقَارِيضِ
“Pada hari kiamat, orang-orang yang sehat (sejahtera) ketika orang yang tertimpa musibah diberi pahala (karena musibahnya) ingin seandainya kulit mereka ketika didunia dirobek/dipotong dengan gunting”. (HR. Tirmidzi (2404) lihat Silsilah Shahihah no: 2206).
Kunjungi Konsultasi Ruqyah Gratiss via whatsapp, rahasia dari ruqyah syar'iyyah dan temukan berbagai kasus ruqyah yang berhasil di sembuhkan di artikel Pertanyaan dan Jawaban Seputar Ruqyah Syariyyah <---- Klik , siapa tau ada yang sesuai dengan kondisi yang anda alami. Kunci rangkaian penyembuhan untuk mengatasi berbagai gangguan baik penyakit fisik atau penyakit hati (non-medis) serta berbagai gangguan ghaib. Atau silahkan langsung kunjungi halaman Cara dan Aturan Konsultasi Ruqyah Syariyyah Athallah <--- Klik
Untuk testimoni semua sahabat muslim yang sudah berhasil mengatasi gangguan yang dialami dengan ruqyah mandiri silahkan klik Testimonial. Disertai screen capture percakapan whatsapp.
"Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam." (QS. Asy-Syu'araa Ayat : 109, QS. Asy-Syu'araa Ayat :127, QS. Asy-Syu'araa Ayat :145, QS. Asy-Syu'araa Ayat :164, QS. Asy-Syu'araa Ayat :180)
Kami juga menyediakan CD Ruqyah (untuk ruqyah rumah/toko) yang berisi audio ruqyah mandiri beserta tutorial ruqyah mandiri dan ruqyah rumah disertai bacaaan surah surah ruqyah dalam arabic, latin dan terjemahan. Disertai juga tutorial dan tuntunan sunnah untuk LGBT, penyakit sihir, penyakit fisik dan susah jodoh dalam bentuk PDF. Praktis bagi anda untuk terapi penyembuhan dengan izin Allah subhanahu wa ta'ala dengan mendengarkan ayat ayat al quran yang berfungsi sebagai penyembuhan dan pembatal sihir serta penghilang gangguan jin dan ain. Untuk pemesanan dan info kunjungi post Mp3 dan CD ruqyah mandiri, Barokallahu fiikum..
- Tutorial Ruqyah Mandiri sebagai penyembuh dan pembersih diri dari gangguan ghaib, penyakit medis dan non medis <----- Klik Jika ingin membaca tutorialnya di web. Untuk ciri ciri terkena gangguan ghaib, gangguan jin, gangguan sihir atau ain bisa di lihat di Tanda atau ciri terkena gangguan jin, gangguan sihir atau penyakit ain
- Tuntunan sunnah untuk benteng diri agar gangguan itu tidak kembali muncul <---- Klik jika ingin membaca nya di web ini.
- Tutorial Ruqyah Rumah agar gangguan yang sudah dipaksa keluar dari badan juga keluar dari rumah tempat tinggal kita <---- Klik jika ingin membaca caranya di web
- Tuntunan sunnah menjadikan rumah dibenci setan dan jin sehingga jika sudah berhasil diusir dengan ruqyah rumah tidak kembali lagi masuk rumah. <---- Klik jika ingin membaca caranya di web ini.
- Memutar audio ruqyah rumah saat munculnya dua tanduk setan yaitu saat matahari terbit dan tenggelam, dimana pada dua waktu ini setan kekuatannya mejadi membesar. <---- Klik jika ingin mendapatkannya di web ini. Sesungguhnya Matahari terbit di antara dua tanduk setan, dan tenggelam di antara dua tanduk setan pula. (HR Abu Dawud dan Muslim)
“Jangan kalian membiarkan anak anak kalian di saat matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam sebab setan berpencar jika matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam,” (HR. Muslim).
Untuk testimoni semua sahabat muslim yang sudah berhasil mengatasi gangguan yang dialami dengan ruqyah mandiri silahkan klik Testimonial. Disertai screen capture percakapan whatsapp.
"Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam." (QS. Asy-Syu'araa Ayat : 109, QS. Asy-Syu'araa Ayat :127, QS. Asy-Syu'araa Ayat :145, QS. Asy-Syu'araa Ayat :164, QS. Asy-Syu'araa Ayat :180)
Kami juga menyediakan CD Ruqyah (untuk ruqyah rumah/toko) yang berisi audio ruqyah mandiri beserta tutorial ruqyah mandiri dan ruqyah rumah disertai bacaaan surah surah ruqyah dalam arabic, latin dan terjemahan. Disertai juga tutorial dan tuntunan sunnah untuk LGBT, penyakit sihir, penyakit fisik dan susah jodoh dalam bentuk PDF. Praktis bagi anda untuk terapi penyembuhan dengan izin Allah subhanahu wa ta'ala dengan mendengarkan ayat ayat al quran yang berfungsi sebagai penyembuhan dan pembatal sihir serta penghilang gangguan jin dan ain. Untuk pemesanan dan info kunjungi post Mp3 dan CD ruqyah mandiri, Barokallahu fiikum..
Info yang rugi jika anda lewatkan
“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk maka adalah baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, yang demikian itu tidak mengurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka adalah atasnya dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, yang demikian itu tidak mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka” (HR. Muslim)
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad : 7)
Bagikan di media sosial yang anda ikuti dengan klik di tombol dibawah ini dan raih amal sholeh sebanyak banyak nya... InsyaAllah
Musibah sebagai salah satu penghapus dosa
4/
5
Oleh
Anonim