Perbedaan pendapat dalam agama islam itu bisa membuat bingung bagi umat yang masih awam dalam agama. Dan tak jarang bisa membuat perpecahan di kalangan umat. Tapi sebenarnya menghadapi perbedaan pendapat dalam agama itu mudah karena Allah Subhanahu wa ta'ala telah berfirman (yang artinya):
"Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari Kemudian (Kiamat). Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisaa' : 59)
Jadi jika ada perbedaan pendapat di kalangan ulama maka kita harus merujuk kembali kepada hukum atau undang undang tertinggi yaitu Al Quran. Jika kurang jelas di Al Quran maka baru di cek di Shahih Hadist.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb-mu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya, amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)." (QS. Al-A'raaf: 3)
"Maka demi Rabb-mu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya."(QS. An-Nisaa' : 65)
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh ia telah sesat, sesat yang nyata."(QS. Al-Ahzaab : 36)
Saudaraku, setiap ucapan, perkataan, pendapat dan ketetapan yang dilakukan seseorang dapat diterima maupun ditolak.
Diterima jika selaras dengan nash (al-Qur'an dan Sunnah).
Dan ditolak jika ucapan, pendapat serta ketetapan itu menyelisihi keduanya (al-Qur'an dan As-Sunnah).
Sebab Keduanya ma'ruf dikenal oleh para ulama dari zaman ke zaman meskipun ia adalah seorang yang sangat alim sekalipun.
Karena : Manusia selain Rasulullah Muhammad shallallaahu'alaihi wa sallam tidaklah ma'shum. Sedangkan nash (dalil al-Qur'an dan As-Sunnah) ma'shum (terjaga) dari kesalahan dan kekeliruan.
Maka : Jika kita menemui perbedaan pendapat yang harus kita dahulukan ialah dengan mencari dalil dari al-Qur'an, As-Sunnah. Kemudian, perkataan para Shahabat radhiyallaahu'anhum dan para ulama Ahlus Sunnah dari zaman ke zaman. Bukan justru menolak al-Qur'an atau As-Sunnah dengan ucapan seseorang..
Itulah yang benarkan di dalam Islam, Yaitu : Mengembalikan kepada keduanya jika terjadi perbedaan dalam sesuatu hal.
Namun sayang, diantara kaum muslimin yang masih awam ataupun sebenarnya tidak awam tapi sudah terjangkit virus taqlid, mereka beranggapan bahwa :
"Para imam-imam mujtahid itu pasti benar, kyaiku paling benar, makshum, kyaiku nggak mungkin salah, mereka kan orang alim, masa sih keliru (??), dlsb.."
Sehingga seakan-akan mereka lebih mendahulukan perkataan para imam daripada nash dari al-Qur'an dan hadits Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam. Mereka tolak hadits itu dengan anggapan bahwa hadits itu tidak sesuai dengan imam ini, tidak sesuai dengan kyai itu sehingga ia lebih percaya kepadanya daripada Rasulullah Muhammad shallallaahu'alaihi wa sallam.
Ketahuilah saudaraku yang saya cintai dan yang saya muliakan, semoga Allahu Ta'ala membimbing serta merahmati kita semua, bahwasa nya menolak atau mengingkari 1 (satu) hadits saja dari Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam bisa menyebabkan kita terjatuh dalam perkara kekafiran, ia dapat keluar dari Islam jika hujjah telah tegak kepadanya.
Namun, jika kita menolak perkataan, ucapan, pendapat, serta ketetapan dari seseorang yang memang menyelisihi atau tidak sesuai dengan Kitabullah wa Sunnah Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam, maka Kita tidak berdosa, bahkan itu dibenarkan oleh sang pembuat syari'at Allah Tabaroka wa Ta'ala berdasarkan surat an-Nisaa' ayat 59 di atas.
Menolak atau istilah bahasa halusnya tidak menerima ucapan para imam ataupun para kyai, ulama yang tidak sesuai Kitabullah wa Sunnah Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam bukan berarti kita tidak menghormati dan tidak menghargainya dan seterusnya, bukan begitu.
Akan tetapi, dengan kita tidak mengambil atau menerima ucapan, perkataan, serta pendapatnya yang tidak mencocoki dalil dari al-Qur'an dan As-Sunnah, adalah : Suatu penghormatan kepadanya, sebab : Merekalah yang menganjurkan untuk meneliti semua ucapan, perkataan, dan pendapat yang menyelisihi al-Kitab wa Sunnah Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam dan melarang untuk taklid buta kepada mereka apabila telah tegak dalil kepadanya..
Mari kita perhatikan para ulama kita yang menganjurkan kepada pengikutnya untuk mengikuti dalil (al-Qur'an dan As-Sunnah), serta melarang mengikuti perkataannya jika menyelisihi keduanya dan justru menganjurkan untuk mengikuti al-Qur'an dan As-Sunnah yang Shahiih jika memang ucapannya bersebrangan dengan dalil :
Imam Abu Hanifah rahimahullaahu ta'ala berkata :
"Tidak halal bagi seseorang mengambil perkataan kami selama ia belum mengetahui dari mana kami mengambilnya." (I'laamul Muwaqqi'iin, III/488)
Beliau rahimahullaahu ta'ala juga berkata :
"Apabila suatu hadits itu shahih, maka itulah madzhabku." (Iiqaazhul Himam, hal. 62)
Imam Malik rahimahullaahu ta'ala berkata :
"Sesungguhnya aku hanya seorang manusia, terkadang aku benar dan terkadang salah. Maka lihatlah pendapatku, setiap pendapatku yang sesuai dengan Al-Kitab (baca : al-Qur'an) dan As-Sunnah (baca : hadits) maka ambillah, dan setiap yang tidak sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah maka tinggalkanlah." (Jaami'Bayaanil'Ilmi wa Fadhlihi, I/775, no. 1435, 1436)
Imam asy-Syafi'i rahimahullaahu ta'ala berkata :
"Setiap orang pasti terlewat dan luput darinya salah satu Sunnah (baca : hadits) Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam. Apa pun pendapat yang aku katakan atau prinsip yang aku tetapkan (baca : katakan) kemudian ada hadits dari Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam, yang ternyata bertentangan dengan pendapatku, maka apa yang disabdakan Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam itulah yang diambil. Dan itulah yang menjadi pendapatku." (Manaaqib al-Imam asy-Syafi'i, I/475, dan I'laamul Muwaqqi'iin, IV/46 - 47)
Beliau rahimahullaahu ta'ala juga berkata :
"Setiap yang aku ucapkan, namun ada hadits Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam yang shahih menyelisihi pendapatku, maka hadits Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam itulah yang lebih patut diikuti. Maka janganlah kalian taklid kepadaku." (Manaaqib al-Imam asy-Syafi'i, I/473, dan I'laamul Muwaqqi'iin, IV/45 - 46)
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullaahu ta'ala berkata :
"Kalian tidak boleh taklid kepadaku, tidak boleh juga taklid kepada Malik, Syafi'i, al-Auza'i, dan ats-Tsauri, tetapi ambillah darimana mereka mengambil." (I'laamul Muwaqqi'iin, III/469)
Lihatlah !! Begitu indah perkataan para imam-imam kita yang menyeru untuk mengikuti dalil, nash, hujjah dan menolak semua pendapat jika menyelisihi al-Qur'an dan As-Sunnah serta melarang untuk taklid buta terhadap seseorang yang dikhawatirkan akan membuatnya buta dari kebenaran.. Mereka semua berkata tidaklah dengan hawa nafsunya akan tetapi mereka semua rahimahumullaahu ta'ala berkata berdasarkan ilmu dan ketakwaannya untuk mengikuti dalil..
Sebab : Agama Islam tegak dengan dalil.
Jadi, sehebat apapun kyai, maka perkataannya tetap bukan dalil, bahkan ia butuh akan dalil. Jika memang cocok dengan dalilk maka ikutilah, namun jika tidak cocok maka harus dikembalikan pada dalil.
Sekali lagi, Islam adalah agama dalil.
Hamya pada Allaah kita bermohon akan petunjuk dan hidayah. Barakallaahu fiikum.
"Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari Kemudian (Kiamat). Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisaa' : 59)
Jadi jika ada perbedaan pendapat di kalangan ulama maka kita harus merujuk kembali kepada hukum atau undang undang tertinggi yaitu Al Quran. Jika kurang jelas di Al Quran maka baru di cek di Shahih Hadist.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb-mu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya, amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)." (QS. Al-A'raaf: 3)
"Maka demi Rabb-mu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya."(QS. An-Nisaa' : 65)
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh ia telah sesat, sesat yang nyata."(QS. Al-Ahzaab : 36)
Saudaraku, setiap ucapan, perkataan, pendapat dan ketetapan yang dilakukan seseorang dapat diterima maupun ditolak.
Diterima jika selaras dengan nash (al-Qur'an dan Sunnah).
Dan ditolak jika ucapan, pendapat serta ketetapan itu menyelisihi keduanya (al-Qur'an dan As-Sunnah).
Sebab Keduanya ma'ruf dikenal oleh para ulama dari zaman ke zaman meskipun ia adalah seorang yang sangat alim sekalipun.
Karena : Manusia selain Rasulullah Muhammad shallallaahu'alaihi wa sallam tidaklah ma'shum. Sedangkan nash (dalil al-Qur'an dan As-Sunnah) ma'shum (terjaga) dari kesalahan dan kekeliruan.
Maka : Jika kita menemui perbedaan pendapat yang harus kita dahulukan ialah dengan mencari dalil dari al-Qur'an, As-Sunnah. Kemudian, perkataan para Shahabat radhiyallaahu'anhum dan para ulama Ahlus Sunnah dari zaman ke zaman. Bukan justru menolak al-Qur'an atau As-Sunnah dengan ucapan seseorang..
Itulah yang benarkan di dalam Islam, Yaitu : Mengembalikan kepada keduanya jika terjadi perbedaan dalam sesuatu hal.
Namun sayang, diantara kaum muslimin yang masih awam ataupun sebenarnya tidak awam tapi sudah terjangkit virus taqlid, mereka beranggapan bahwa :
"Para imam-imam mujtahid itu pasti benar, kyaiku paling benar, makshum, kyaiku nggak mungkin salah, mereka kan orang alim, masa sih keliru (??), dlsb.."
Sehingga seakan-akan mereka lebih mendahulukan perkataan para imam daripada nash dari al-Qur'an dan hadits Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam. Mereka tolak hadits itu dengan anggapan bahwa hadits itu tidak sesuai dengan imam ini, tidak sesuai dengan kyai itu sehingga ia lebih percaya kepadanya daripada Rasulullah Muhammad shallallaahu'alaihi wa sallam.
Ketahuilah saudaraku yang saya cintai dan yang saya muliakan, semoga Allahu Ta'ala membimbing serta merahmati kita semua, bahwasa nya menolak atau mengingkari 1 (satu) hadits saja dari Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam bisa menyebabkan kita terjatuh dalam perkara kekafiran, ia dapat keluar dari Islam jika hujjah telah tegak kepadanya.
Namun, jika kita menolak perkataan, ucapan, pendapat, serta ketetapan dari seseorang yang memang menyelisihi atau tidak sesuai dengan Kitabullah wa Sunnah Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam, maka Kita tidak berdosa, bahkan itu dibenarkan oleh sang pembuat syari'at Allah Tabaroka wa Ta'ala berdasarkan surat an-Nisaa' ayat 59 di atas.
Menolak atau istilah bahasa halusnya tidak menerima ucapan para imam ataupun para kyai, ulama yang tidak sesuai Kitabullah wa Sunnah Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam bukan berarti kita tidak menghormati dan tidak menghargainya dan seterusnya, bukan begitu.
Akan tetapi, dengan kita tidak mengambil atau menerima ucapan, perkataan, serta pendapatnya yang tidak mencocoki dalil dari al-Qur'an dan As-Sunnah, adalah : Suatu penghormatan kepadanya, sebab : Merekalah yang menganjurkan untuk meneliti semua ucapan, perkataan, dan pendapat yang menyelisihi al-Kitab wa Sunnah Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam dan melarang untuk taklid buta kepada mereka apabila telah tegak dalil kepadanya..
Mari kita perhatikan para ulama kita yang menganjurkan kepada pengikutnya untuk mengikuti dalil (al-Qur'an dan As-Sunnah), serta melarang mengikuti perkataannya jika menyelisihi keduanya dan justru menganjurkan untuk mengikuti al-Qur'an dan As-Sunnah yang Shahiih jika memang ucapannya bersebrangan dengan dalil :
Imam Abu Hanifah rahimahullaahu ta'ala berkata :
"Tidak halal bagi seseorang mengambil perkataan kami selama ia belum mengetahui dari mana kami mengambilnya." (I'laamul Muwaqqi'iin, III/488)
Beliau rahimahullaahu ta'ala juga berkata :
"Apabila suatu hadits itu shahih, maka itulah madzhabku." (Iiqaazhul Himam, hal. 62)
Imam Malik rahimahullaahu ta'ala berkata :
"Sesungguhnya aku hanya seorang manusia, terkadang aku benar dan terkadang salah. Maka lihatlah pendapatku, setiap pendapatku yang sesuai dengan Al-Kitab (baca : al-Qur'an) dan As-Sunnah (baca : hadits) maka ambillah, dan setiap yang tidak sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah maka tinggalkanlah." (Jaami'Bayaanil'Ilmi wa Fadhlihi, I/775, no. 1435, 1436)
Imam asy-Syafi'i rahimahullaahu ta'ala berkata :
"Setiap orang pasti terlewat dan luput darinya salah satu Sunnah (baca : hadits) Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam. Apa pun pendapat yang aku katakan atau prinsip yang aku tetapkan (baca : katakan) kemudian ada hadits dari Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam, yang ternyata bertentangan dengan pendapatku, maka apa yang disabdakan Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam itulah yang diambil. Dan itulah yang menjadi pendapatku." (Manaaqib al-Imam asy-Syafi'i, I/475, dan I'laamul Muwaqqi'iin, IV/46 - 47)
Beliau rahimahullaahu ta'ala juga berkata :
"Setiap yang aku ucapkan, namun ada hadits Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam yang shahih menyelisihi pendapatku, maka hadits Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam itulah yang lebih patut diikuti. Maka janganlah kalian taklid kepadaku." (Manaaqib al-Imam asy-Syafi'i, I/473, dan I'laamul Muwaqqi'iin, IV/45 - 46)
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullaahu ta'ala berkata :
"Kalian tidak boleh taklid kepadaku, tidak boleh juga taklid kepada Malik, Syafi'i, al-Auza'i, dan ats-Tsauri, tetapi ambillah darimana mereka mengambil." (I'laamul Muwaqqi'iin, III/469)
Lihatlah !! Begitu indah perkataan para imam-imam kita yang menyeru untuk mengikuti dalil, nash, hujjah dan menolak semua pendapat jika menyelisihi al-Qur'an dan As-Sunnah serta melarang untuk taklid buta terhadap seseorang yang dikhawatirkan akan membuatnya buta dari kebenaran.. Mereka semua berkata tidaklah dengan hawa nafsunya akan tetapi mereka semua rahimahumullaahu ta'ala berkata berdasarkan ilmu dan ketakwaannya untuk mengikuti dalil..
Sebab : Agama Islam tegak dengan dalil.
Jadi, sehebat apapun kyai, maka perkataannya tetap bukan dalil, bahkan ia butuh akan dalil. Jika memang cocok dengan dalilk maka ikutilah, namun jika tidak cocok maka harus dikembalikan pada dalil.
Sekali lagi, Islam adalah agama dalil.
Hamya pada Allaah kita bermohon akan petunjuk dan hidayah. Barakallaahu fiikum.
Kunjungi Konsultasi Ruqyah Gratiss via whatsapp, rahasia dari ruqyah syar'iyyah dan temukan berbagai kasus ruqyah yang berhasil di sembuhkan di artikel Pertanyaan dan Jawaban Seputar Ruqyah Syariyyah <---- Klik , siapa tau ada yang sesuai dengan kondisi yang anda alami. Kunci rangkaian penyembuhan untuk mengatasi berbagai gangguan baik penyakit fisik atau penyakit hati (non-medis) serta berbagai gangguan ghaib. Atau silahkan langsung kunjungi halaman Cara dan Aturan Konsultasi Ruqyah Syariyyah Athallah <--- Klik
Untuk testimoni semua sahabat muslim yang sudah berhasil mengatasi gangguan yang dialami dengan ruqyah mandiri silahkan klik Testimonial. Disertai screen capture percakapan whatsapp.
"Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam." (QS. Asy-Syu'araa Ayat : 109, QS. Asy-Syu'araa Ayat :127, QS. Asy-Syu'araa Ayat :145, QS. Asy-Syu'araa Ayat :164, QS. Asy-Syu'araa Ayat :180)
Kami juga menyediakan CD Ruqyah (untuk ruqyah rumah/toko) yang berisi audio ruqyah mandiri beserta tutorial ruqyah mandiri dan ruqyah rumah disertai bacaaan surah surah ruqyah dalam arabic, latin dan terjemahan. Disertai juga tutorial dan tuntunan sunnah untuk LGBT, penyakit sihir, penyakit fisik dan susah jodoh dalam bentuk PDF. Praktis bagi anda untuk terapi penyembuhan dengan izin Allah subhanahu wa ta'ala dengan mendengarkan ayat ayat al quran yang berfungsi sebagai penyembuhan dan pembatal sihir serta penghilang gangguan jin dan ain. Untuk pemesanan dan info kunjungi post Mp3 dan CD ruqyah mandiri, Barokallahu fiikum..
- Tutorial Ruqyah Mandiri sebagai penyembuh dan pembersih diri dari gangguan ghaib, penyakit medis dan non medis <----- Klik Jika ingin membaca tutorialnya di web. Untuk ciri ciri terkena gangguan ghaib, gangguan jin, gangguan sihir atau ain bisa di lihat di Tanda atau ciri terkena gangguan jin, gangguan sihir atau penyakit ain
- Tuntunan sunnah untuk benteng diri agar gangguan itu tidak kembali muncul <---- Klik jika ingin membaca nya di web ini.
- Tutorial Ruqyah Rumah agar gangguan yang sudah dipaksa keluar dari badan juga keluar dari rumah tempat tinggal kita <---- Klik jika ingin membaca caranya di web
- Tuntunan sunnah menjadikan rumah dibenci setan dan jin sehingga jika sudah berhasil diusir dengan ruqyah rumah tidak kembali lagi masuk rumah. <---- Klik jika ingin membaca caranya di web ini.
- Memutar audio ruqyah rumah saat munculnya dua tanduk setan yaitu saat matahari terbit dan tenggelam, dimana pada dua waktu ini setan kekuatannya mejadi membesar. <---- Klik jika ingin mendapatkannya di web ini. Sesungguhnya Matahari terbit di antara dua tanduk setan, dan tenggelam di antara dua tanduk setan pula. (HR Abu Dawud dan Muslim)
“Jangan kalian membiarkan anak anak kalian di saat matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam sebab setan berpencar jika matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam,” (HR. Muslim).
Untuk testimoni semua sahabat muslim yang sudah berhasil mengatasi gangguan yang dialami dengan ruqyah mandiri silahkan klik Testimonial. Disertai screen capture percakapan whatsapp.
"Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam." (QS. Asy-Syu'araa Ayat : 109, QS. Asy-Syu'araa Ayat :127, QS. Asy-Syu'araa Ayat :145, QS. Asy-Syu'araa Ayat :164, QS. Asy-Syu'araa Ayat :180)
Kami juga menyediakan CD Ruqyah (untuk ruqyah rumah/toko) yang berisi audio ruqyah mandiri beserta tutorial ruqyah mandiri dan ruqyah rumah disertai bacaaan surah surah ruqyah dalam arabic, latin dan terjemahan. Disertai juga tutorial dan tuntunan sunnah untuk LGBT, penyakit sihir, penyakit fisik dan susah jodoh dalam bentuk PDF. Praktis bagi anda untuk terapi penyembuhan dengan izin Allah subhanahu wa ta'ala dengan mendengarkan ayat ayat al quran yang berfungsi sebagai penyembuhan dan pembatal sihir serta penghilang gangguan jin dan ain. Untuk pemesanan dan info kunjungi post Mp3 dan CD ruqyah mandiri, Barokallahu fiikum..
Info yang rugi jika anda lewatkan
“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk maka adalah baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, yang demikian itu tidak mengurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka adalah atasnya dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, yang demikian itu tidak mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka” (HR. Muslim)
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad : 7)
Bagikan di media sosial yang anda ikuti dengan klik di tombol dibawah ini dan raih amal sholeh sebanyak banyak nya... InsyaAllah
Menghadapi Perbedaan Pendapat Dalam Islam
4/
5
Oleh
Anonim