Kata مصيبة musibah berasal dari kataأصاب - يصيب yang berarti “sesuatu yang menimpa atau mengenai dan digunakan untuk yang baik dan yang buruk.
Menurut al-Râghib al-Asfahâniy,
والمصيبة أصلها في الرمية، ثم اختصت بالنائبة
“Asal makna kata mushîbah adalah lemparan (al-ramiyyah), kemudian penggunaannya lebih dikhususkan untuk pengertian bahaya atau bencana”. (Mufradât Alfâz al-Qur’ân).
Ibnu Manzhur juga mengartikan mushîbah dengan sesuatu yang menimpa berupa bencana. (Lisân al-Arab)
Isma’il Haqqiy mendefinisikan:
مُّصِيبَةٌ : هِيَ مَا يُصِيْبُ الإِنْسَانَ مِنْ مَكْرُوْهٍ
“Mushîbah adalah apa saja yang menimpa manusia, berupa sesuatu yang tidak menyenangkan”. (Tafsîr Ruh al-Bayân, (Al-Qahirah: Dar al-Ihyya’ al-Turats, Juz. I, h. 209)
Sedangkan menurut hadîts Nabi, yang dimaksud dengan musîbah adalah segala sesuatu yang tidak menyenangkan bagi orang yang beriman. Sebagaimana hadits yang telah diriwayatkan oleh Ikrimah bahwa pada suatu malam lampu Rasul Allah shallallahu ‘alaihi wa sallam mati, lalu beliau membaca:
إِنَّا للهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ. فَقِيْلَ : أَمُصِيْبَة هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ : نَعَمْ كُلُّ مَا آذى الْمُؤْمِنَ فَهُوَ مُصِيْبَة
“Inna lillahi wa Inna Ilahi Raa’jiun. Para sahabat bertanya: “Apakah ini termasuk musibah hai Rasulullah?” beliau menjawab, “Ya, apa saja yang menyakiti orang mukmin disebut musibah.” (Tafsîr Ruh al-Bayân, (Al-Qahirah: Dar al-Ihyya’ al-Turats, Juz. I, h. 209)
MUSIBAH MERUPAKAN SUNNATULLAH
Sesungguhnya musibah dan hal-hal yang tidak berkenan di hati, bahkan kesenangan dan kegembiraan itu merupakan sunnatullah yang telah ditetapkan menurut hikmah Allah, sebagai cobaan dan ujian.
Sunnat Allah, adalah hukum atau ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tersirat dan tersurat dalam kejadian alam semesta. Hukum semacam ini disebut pula ayat kauniyah yaitu ayat Allah yang terdapat di alam semesta. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
“Dan pada sisi Allâh-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”. (QS. Al-An’am {6} : 59)
Alam semesta selalu berubah, termasuk bumi dan langit tidak kekal dan abadi. Bumi terkadang goncang oleh gempa, bintang bisa jatuh, meteor bisa tabrakan, gunung bisa meletus, laut bisa pasang ataupun surut. Semua itu fenomena alam yang telah ditetapkan sebagai hukum yang tidak bisa dicegah, karena telah ditulis dalam kitâb Mubîn, catatan yang nyata dinamakan al-Lauh al-Mahfûzh, berisi segala rencana Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan merekam segala kejadian apa pun baik yang kecil maupun yang besar. (Muhammad Ali al-Shabuni, Shafwat al-Tafasir, I h.395).
Cobaan dan ujian ini bisa berupa syahwat, kemiskinan, penyakit, ketakutan, kekurangan dalam harta, jiwa dan buah-buahan, begitu pula harta yang melimpah, banyak anak, kesehatan, kesenangan dan kegembiraan.
Manusia akan diuji dalam segala sesuatu, dalam hal-hal yang disenangi dan disukainya, maupun dalam hal-hal yang dibenci dan tidak disukainya. Allah berfirman:
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.” (QS. al-Anbiya’ {21} : 35)
Maksudnya, Allah akan menguji manusia dengan hal-hal yang mereka cintai dan benci. Kami menguji mereka dengan hal-hal itu, bagaimana mereka mensyukuri apa yang dicintai dan bagaimana mereka bersabar menghadapi hal-hal yang tidak disukai.
وَقَطَّعْنَاهُمْ فِي الأرْضِ أُمَمًا مِنْهُمُ الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَلِكَ وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Dan kami bagi-bagi mereka di dunia Ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. dan kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (QS. al-A’raf {7} : 168)
Tentang ayat ini Ibnu Jarir berkata, “Kami menguji mereka dengan kemudahan dalam kehidupan, kemapanan di dunia dan kepalangan rezeki. Inilah kebaikan-kebaikan yang disebutkan dalam firman Allah ini. Sedangkan yang buruk-buruk adalah kesempitan di dalam hidup, kesulitan, musibah dan sedikit harta, “Agar mereka kembali”, yaitu kembali taat kepda Rabb-nya, pasrah dan taubat dari kedurhakaan kepada-Nya.
Dari penjelasan di atas, kita ketahui bahwa berbagai kesulitan atau musibah itu merupakan bagian dari cobaan-cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Jadi, cobaan merupakan sunnatullah yang telah ditetapkan berdasarkan rahmat dan hikmah-Nya. Dan, sesungguhnya Allah tidak menetapkan sesuatu, berupa wujud sesuatu atau syariat, melainkan di dalamnya terkandung kebaikan dan rahmat bagi hamba-Nya. Di dalamnya terkandung hikmah yang amat besar, yang tidak mungkin bisa dinalar akal manusia.
Ibnul Qayyim berkata : “Andaikata kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah. Namun akal kita sangat terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lentera yang sia-sia dibawah sinar matahari. Dan inipun hanya perkiraan semata, yang sebenarnya tentu lebih dari sekedar gambaran ini”. (Syifa-ul Alil fi Masail Qadha wal Qadar wa Hikmah wa Ta’lil hal 452).
Jika seseorang benar-benar beriman, maka segala urusannya merupakan kebaikan. Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan ini merupakan kebaikan baginya. Jika dalam keadaan susah, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam.
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang Mukmin. Jika ia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka di bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)
Berbagai dalil telah menunjukkan bahwa musibah, penderitaan dan penyakit, merupakan kelaziman bagi manusia. Dengan kata lain, semua ini pasti menimpa manusia, untuk melatih kesabaran dan sarana meraih ampunan-Nya.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ . الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ. أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang Sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al-Baqarah {2} : 155-157)
لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ
"Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (QS. Ali Imran {3} : 186)
Ibnu Katsir berkata, “Maksudnya, orang Mukmin pasti akan dicoba, dalam kaitannya dengan harta, jiwa, anak atau keluarganya. Orang Mukmin akan diuji menurut bobot agamanya. Jika agamanya kuat, maka cobaan juga semakin berat.” (Tafsir Ibnu Katsir jld I)
Sebagian ulama berkata, “Andaikan tidak ada berbagai peristiwa pada hari-hari yang telah berlalu, maka kesabaran orang yang mulia tidak bisa diketahui, begitu pula kegundahan orang yang hina.”
Cobaan kepahitan yang diberikan Allah berupa malapetaka, kesengsaraan, kesusahan, dibatasi rezeki. Ini tidak dimaksudkan untuk menghinakannya, tetapi untuk mencobanya. Jika dia tetap taat kepada Allah dalam keadaan seperti itu, maka dia akan mendapat kebahagiaan. Jika dia mendurhakai Allah dalam keadaan seperti itu, maka dia akan mendapat penderitaan. Jadi yang demikian itu merupakan sebab kebahagiaan bagi para nabi dan orang-orang Mukmin, dan merupakan sebab penderitaan bagi orang-orang kafir dan fajir
Menurut al-Râghib al-Asfahâniy,
والمصيبة أصلها في الرمية، ثم اختصت بالنائبة
“Asal makna kata mushîbah adalah lemparan (al-ramiyyah), kemudian penggunaannya lebih dikhususkan untuk pengertian bahaya atau bencana”. (Mufradât Alfâz al-Qur’ân).
Ibnu Manzhur juga mengartikan mushîbah dengan sesuatu yang menimpa berupa bencana. (Lisân al-Arab)
Isma’il Haqqiy mendefinisikan:
مُّصِيبَةٌ : هِيَ مَا يُصِيْبُ الإِنْسَانَ مِنْ مَكْرُوْهٍ
“Mushîbah adalah apa saja yang menimpa manusia, berupa sesuatu yang tidak menyenangkan”. (Tafsîr Ruh al-Bayân, (Al-Qahirah: Dar al-Ihyya’ al-Turats, Juz. I, h. 209)
Sedangkan menurut hadîts Nabi, yang dimaksud dengan musîbah adalah segala sesuatu yang tidak menyenangkan bagi orang yang beriman. Sebagaimana hadits yang telah diriwayatkan oleh Ikrimah bahwa pada suatu malam lampu Rasul Allah shallallahu ‘alaihi wa sallam mati, lalu beliau membaca:
إِنَّا للهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ. فَقِيْلَ : أَمُصِيْبَة هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ : نَعَمْ كُلُّ مَا آذى الْمُؤْمِنَ فَهُوَ مُصِيْبَة
“Inna lillahi wa Inna Ilahi Raa’jiun. Para sahabat bertanya: “Apakah ini termasuk musibah hai Rasulullah?” beliau menjawab, “Ya, apa saja yang menyakiti orang mukmin disebut musibah.” (Tafsîr Ruh al-Bayân, (Al-Qahirah: Dar al-Ihyya’ al-Turats, Juz. I, h. 209)
MUSIBAH MERUPAKAN SUNNATULLAH
Sesungguhnya musibah dan hal-hal yang tidak berkenan di hati, bahkan kesenangan dan kegembiraan itu merupakan sunnatullah yang telah ditetapkan menurut hikmah Allah, sebagai cobaan dan ujian.
Sunnat Allah, adalah hukum atau ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tersirat dan tersurat dalam kejadian alam semesta. Hukum semacam ini disebut pula ayat kauniyah yaitu ayat Allah yang terdapat di alam semesta. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
“Dan pada sisi Allâh-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”. (QS. Al-An’am {6} : 59)
Alam semesta selalu berubah, termasuk bumi dan langit tidak kekal dan abadi. Bumi terkadang goncang oleh gempa, bintang bisa jatuh, meteor bisa tabrakan, gunung bisa meletus, laut bisa pasang ataupun surut. Semua itu fenomena alam yang telah ditetapkan sebagai hukum yang tidak bisa dicegah, karena telah ditulis dalam kitâb Mubîn, catatan yang nyata dinamakan al-Lauh al-Mahfûzh, berisi segala rencana Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan merekam segala kejadian apa pun baik yang kecil maupun yang besar. (Muhammad Ali al-Shabuni, Shafwat al-Tafasir, I h.395).
Cobaan dan ujian ini bisa berupa syahwat, kemiskinan, penyakit, ketakutan, kekurangan dalam harta, jiwa dan buah-buahan, begitu pula harta yang melimpah, banyak anak, kesehatan, kesenangan dan kegembiraan.
Manusia akan diuji dalam segala sesuatu, dalam hal-hal yang disenangi dan disukainya, maupun dalam hal-hal yang dibenci dan tidak disukainya. Allah berfirman:
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.” (QS. al-Anbiya’ {21} : 35)
Maksudnya, Allah akan menguji manusia dengan hal-hal yang mereka cintai dan benci. Kami menguji mereka dengan hal-hal itu, bagaimana mereka mensyukuri apa yang dicintai dan bagaimana mereka bersabar menghadapi hal-hal yang tidak disukai.
وَقَطَّعْنَاهُمْ فِي الأرْضِ أُمَمًا مِنْهُمُ الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَلِكَ وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Dan kami bagi-bagi mereka di dunia Ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. dan kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (QS. al-A’raf {7} : 168)
Tentang ayat ini Ibnu Jarir berkata, “Kami menguji mereka dengan kemudahan dalam kehidupan, kemapanan di dunia dan kepalangan rezeki. Inilah kebaikan-kebaikan yang disebutkan dalam firman Allah ini. Sedangkan yang buruk-buruk adalah kesempitan di dalam hidup, kesulitan, musibah dan sedikit harta, “Agar mereka kembali”, yaitu kembali taat kepda Rabb-nya, pasrah dan taubat dari kedurhakaan kepada-Nya.
Dari penjelasan di atas, kita ketahui bahwa berbagai kesulitan atau musibah itu merupakan bagian dari cobaan-cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Jadi, cobaan merupakan sunnatullah yang telah ditetapkan berdasarkan rahmat dan hikmah-Nya. Dan, sesungguhnya Allah tidak menetapkan sesuatu, berupa wujud sesuatu atau syariat, melainkan di dalamnya terkandung kebaikan dan rahmat bagi hamba-Nya. Di dalamnya terkandung hikmah yang amat besar, yang tidak mungkin bisa dinalar akal manusia.
Ibnul Qayyim berkata : “Andaikata kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah. Namun akal kita sangat terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lentera yang sia-sia dibawah sinar matahari. Dan inipun hanya perkiraan semata, yang sebenarnya tentu lebih dari sekedar gambaran ini”. (Syifa-ul Alil fi Masail Qadha wal Qadar wa Hikmah wa Ta’lil hal 452).
Jika seseorang benar-benar beriman, maka segala urusannya merupakan kebaikan. Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan ini merupakan kebaikan baginya. Jika dalam keadaan susah, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam.
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang Mukmin. Jika ia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka di bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)
Berbagai dalil telah menunjukkan bahwa musibah, penderitaan dan penyakit, merupakan kelaziman bagi manusia. Dengan kata lain, semua ini pasti menimpa manusia, untuk melatih kesabaran dan sarana meraih ampunan-Nya.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ . الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ. أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang Sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al-Baqarah {2} : 155-157)
لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ
"Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (QS. Ali Imran {3} : 186)
Ibnu Katsir berkata, “Maksudnya, orang Mukmin pasti akan dicoba, dalam kaitannya dengan harta, jiwa, anak atau keluarganya. Orang Mukmin akan diuji menurut bobot agamanya. Jika agamanya kuat, maka cobaan juga semakin berat.” (Tafsir Ibnu Katsir jld I)
Sebagian ulama berkata, “Andaikan tidak ada berbagai peristiwa pada hari-hari yang telah berlalu, maka kesabaran orang yang mulia tidak bisa diketahui, begitu pula kegundahan orang yang hina.”
Cobaan kepahitan yang diberikan Allah berupa malapetaka, kesengsaraan, kesusahan, dibatasi rezeki. Ini tidak dimaksudkan untuk menghinakannya, tetapi untuk mencobanya. Jika dia tetap taat kepada Allah dalam keadaan seperti itu, maka dia akan mendapat kebahagiaan. Jika dia mendurhakai Allah dalam keadaan seperti itu, maka dia akan mendapat penderitaan. Jadi yang demikian itu merupakan sebab kebahagiaan bagi para nabi dan orang-orang Mukmin, dan merupakan sebab penderitaan bagi orang-orang kafir dan fajir
Kunjungi Konsultasi Ruqyah Gratiss via whatsapp, rahasia dari ruqyah syar'iyyah dan temukan berbagai kasus ruqyah yang berhasil di sembuhkan di artikel Pertanyaan dan Jawaban Seputar Ruqyah Syariyyah <---- Klik , siapa tau ada yang sesuai dengan kondisi yang anda alami. Kunci rangkaian penyembuhan untuk mengatasi berbagai gangguan baik penyakit fisik atau penyakit hati (non-medis) serta berbagai gangguan ghaib. Atau silahkan langsung kunjungi halaman Cara dan Aturan Konsultasi Ruqyah Syariyyah Athallah <--- Klik
Untuk testimoni semua sahabat muslim yang sudah berhasil mengatasi gangguan yang dialami dengan ruqyah mandiri silahkan klik Testimonial. Disertai screen capture percakapan whatsapp.
"Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam." (QS. Asy-Syu'araa Ayat : 109, QS. Asy-Syu'araa Ayat :127, QS. Asy-Syu'araa Ayat :145, QS. Asy-Syu'araa Ayat :164, QS. Asy-Syu'araa Ayat :180)
Kami juga menyediakan CD Ruqyah (untuk ruqyah rumah/toko) yang berisi audio ruqyah mandiri beserta tutorial ruqyah mandiri dan ruqyah rumah disertai bacaaan surah surah ruqyah dalam arabic, latin dan terjemahan. Disertai juga tutorial dan tuntunan sunnah untuk LGBT, penyakit sihir, penyakit fisik dan susah jodoh dalam bentuk PDF. Praktis bagi anda untuk terapi penyembuhan dengan izin Allah subhanahu wa ta'ala dengan mendengarkan ayat ayat al quran yang berfungsi sebagai penyembuhan dan pembatal sihir serta penghilang gangguan jin dan ain. Untuk pemesanan dan info kunjungi post Mp3 dan CD ruqyah mandiri, Barokallahu fiikum..
- Tutorial Ruqyah Mandiri sebagai penyembuh dan pembersih diri dari gangguan ghaib, penyakit medis dan non medis <----- Klik Jika ingin membaca tutorialnya di web. Untuk ciri ciri terkena gangguan ghaib, gangguan jin, gangguan sihir atau ain bisa di lihat di Tanda atau ciri terkena gangguan jin, gangguan sihir atau penyakit ain
- Tuntunan sunnah untuk benteng diri agar gangguan itu tidak kembali muncul <---- Klik jika ingin membaca nya di web ini.
- Tutorial Ruqyah Rumah agar gangguan yang sudah dipaksa keluar dari badan juga keluar dari rumah tempat tinggal kita <---- Klik jika ingin membaca caranya di web
- Tuntunan sunnah menjadikan rumah dibenci setan dan jin sehingga jika sudah berhasil diusir dengan ruqyah rumah tidak kembali lagi masuk rumah. <---- Klik jika ingin membaca caranya di web ini.
- Memutar audio ruqyah rumah saat munculnya dua tanduk setan yaitu saat matahari terbit dan tenggelam, dimana pada dua waktu ini setan kekuatannya mejadi membesar. <---- Klik jika ingin mendapatkannya di web ini. Sesungguhnya Matahari terbit di antara dua tanduk setan, dan tenggelam di antara dua tanduk setan pula. (HR Abu Dawud dan Muslim)
“Jangan kalian membiarkan anak anak kalian di saat matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam sebab setan berpencar jika matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam,” (HR. Muslim).
Untuk testimoni semua sahabat muslim yang sudah berhasil mengatasi gangguan yang dialami dengan ruqyah mandiri silahkan klik Testimonial. Disertai screen capture percakapan whatsapp.
"Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam." (QS. Asy-Syu'araa Ayat : 109, QS. Asy-Syu'araa Ayat :127, QS. Asy-Syu'araa Ayat :145, QS. Asy-Syu'araa Ayat :164, QS. Asy-Syu'araa Ayat :180)
Kami juga menyediakan CD Ruqyah (untuk ruqyah rumah/toko) yang berisi audio ruqyah mandiri beserta tutorial ruqyah mandiri dan ruqyah rumah disertai bacaaan surah surah ruqyah dalam arabic, latin dan terjemahan. Disertai juga tutorial dan tuntunan sunnah untuk LGBT, penyakit sihir, penyakit fisik dan susah jodoh dalam bentuk PDF. Praktis bagi anda untuk terapi penyembuhan dengan izin Allah subhanahu wa ta'ala dengan mendengarkan ayat ayat al quran yang berfungsi sebagai penyembuhan dan pembatal sihir serta penghilang gangguan jin dan ain. Untuk pemesanan dan info kunjungi post Mp3 dan CD ruqyah mandiri, Barokallahu fiikum..
Info yang rugi jika anda lewatkan
“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk maka adalah baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, yang demikian itu tidak mengurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka adalah atasnya dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, yang demikian itu tidak mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka” (HR. Muslim)
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad : 7)
Bagikan di media sosial yang anda ikuti dengan klik di tombol dibawah ini dan raih amal sholeh sebanyak banyak nya... InsyaAllah
pengertian musibah
4/
5
Oleh
Anonim