Tampilkan postingan dengan label Akidah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Akidah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 07 April 2016

Orang Orang Yang Terusir Dari Telaga Rasulullah Di Padang Mahsyar

Orang Orang Yang Terusir Dari Telaga Rasulullah Di Padang Mahsyar -ٱلرَّحِيمِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱللهِ بِسۡمِ
“…… Ketahuilah bahwa akan ada dari umatku yang diusir oleh Malaikat, sebagaimana seekor unta yang tersesat dari pemiliknya dan mendatangi tempat minum milik orang lain, sehingga iapun diusir…….”

Ketika Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam pulang dari haji wada’ dan kurang dari tujuh hari sebelum wafatnya, turunlah ayat al-Qur’an paling akhir :

وَٱتَّقُواْ يَوۡمً۬ا تُرۡجَعُونَ فِيهِ إِلَى ٱللَّهِ‌ۖ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفۡسٍ۬ مَّا ڪَسَبَتۡ وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ

Artinya : “Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Alloh - Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (Q.S: al-Baqarah: 281).

Hukuman orang yang suka membuat ajaran dan syariat baru dalam agama

Sahabat Abu Hurairoh radhiyallahu 'anhu mengisahkan: pada suatu hari Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam mendatangi kuburan para syuhada perang Uhud, lalu beliau mengucapkan salam:

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَلَاحِقُونَ أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ

Artinya : “Semoga keselamatan senantiasa menyertai kalian wahai penghuni kubur dari kaum Mukminin dan kaum Muslimin.

Sesungguhnya kami InsyaAlloh akan menyusul kalian. Kami memohon kepada Alloh untuk kami dan kamu sekalian, agar diberi keselamatan (dari apa yang tidak diinginkan). “ (HR. Imam Muslim dan Ibnu Majah).

Selanjutnya beliau bersabda:

“Aku sangat berharap untuk dapat melihat saudara-saudaraku“.

Mendengar ucapan ini, para sahabat keheranan, sehingga mereka bertanya: “bukankah kami adalah saudara-saudaramu wahai Rosululloh?”. Rosululloh menjawab :

ﺃَﻧْﺘُﻢْ ﺃَﺻْﺤَﺎﺑِﻲ ﻭَﺇِﺧْﻮَﺍﻧُﻨَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻟَﻢْ ﻳَﺄْﺗُﻮﺍ ﺑَﻌْﺪُ

“Kalian adalah sahabat-sahabatku, sedangkan saudara-saudaraku adalah umatku yang akan datang kelak, mereka beriman kepadaku sedang mereka belum pernah melihatku.” “.

Kembali para sahabat bertanya:

“Wahai Rosululloh, bagaimana engkau dapat mengenali umatmu yang sampai saat ini belum lahir?“.

Beliau menjawab:

ﺃَﺭَﺃَﻳْﺖَ ﻟَﻮْ ﺃَﻥَّ ﺭَﺟُﻠًﺎ ﻟَﻪُ ﺧَﻴْﻞٌ ﻏُﺮٌّ ﻣُﺤَﺠَّﻠَﺔٌ ﺑَﻴْﻦَ ﻇَﻬْﺮَﻱْ ﺧَﻴْﻞٍ ﺩُﻫْﻢٍ ﺑُﻬْﻢٍ ﺃَﻟَﺎ ﻳَﻌْﺮِﻑُ ﺧَﻴْﻠَﻪُ

“Menurut pendapat kalian, andai ada orang yang memiliki kuda yang di dahi dan ujung-ujung kakinya berwarna putih dan kuda itu berada di tengah-tengah kuda-kuda lainnya yang berwarna hitam legam, tidakkah orang itu dapat mengenali kudanya?”

Para sahabat menjawab : “tentu saja orang itu dengan mudah mengenali kudanya“.

Maka Rosulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam menimpali jawaban mereka dengan bersabda:

ﻓَﺈِﻧَّﻬُﻢْ ﻳَﺄْﺗُﻮﻥَ ﻏُﺮًّﺍ ﻣُﺤَﺠَّﻠِﻴﻦَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻮُﺿُﻮﺀِ، ﻭَﺃَﻧَﺎ ﻓَﺮَﻃُﻬُﻢْ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺤَﻮْﺽِ ﺃَﻟَﺎ ﻟَﻴُﺬَﺍﺩَﻥَّ ﺭِﺟَﺎﻝٌ ﻋَﻦْ ﺣَﻮْﺿِﻲ ﻛَﻤَﺎ ﻳُﺬَﺍﺩُ ﺍﻟْﺒَﻌِﻴﺮُ ﺍﻟﻀَّﺎﻝُّ

“Sesungguhnya umatku pada hari Kiamat akan datang dalam kondisi wajah dan ujung-ujung tangan dan kakinya bersinar pertanda mereka berwudlu semasa hidupnya di dunia“.

Aku akan menanti umatku di pinggir telagaku di alam mahsyar.

Dan ketahuilah bahwa akan ada dari umatku yang diusir oleh Malaikat, sebagaimana seekor unta yang tersesat dari pemiliknya dan mendatangi tempat minum milik orang lain, sehingga iapun diusir.

Melihat sebagian orang yang memiliki tanda-tanda pernah berwudlu, maka aku memanggil mereka: “kemarilah“.

Namun para Malaikat yang mengusir mereka berkata:

ﻓَﻴُﻘَﺎﻝُ : ﺇِﻧَّﻬُﻢْ ﻗَﺪْ ﺑَﺪَّﻟُﻮﺍ ﺑَﻌْﺪَﻙَ

“Kenyataannya mereka sepeninggalmu telah merubah-rubah ajaranmu“.

Mendapat penjelasan semacam ini, maka Aku (Rosululloh) berkata:

ﺳُﺤْﻘًﺎ ﺳُﺤْﻘًﺎ ﻟِﻤَﻦْ ﺑَﺪَّﻝَ ﺑَﻌْﺪِﻱ

“Menjauhlah, menjauhlah wahai orang-orang yang sepeninggalku merubah-rubah ajaranku” (HR. Bukhari dan HR. Muslim).
Baca juga:

Munculnya Ulama Yang Menyeru Ke Kesesatan



Orang Orang Yang Terusir Dari Telaga Rasulullah Di Padang Mahsyar disertai penjelasan dengan dalil dari Al QUran dan Hadist


Merubah-rubah ajaranku maksudnya adalah menambah-nambah atau mengurang-ngurangi ajaran yang dibawa oleh Rosulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Oleh karena itu dalam beribadah, jagalah kemurnian ajaran ini dan amalkanlah dengan seutuhnya tanpa ditambah atau dikurangi, karena agama ini sudah sempurna seperti yang tertuang dalam ayat berikut ini :

ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَـٰمَ دِينً۬ا‌ۚ

Artinya : "....Pada hari ini telah KU-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah KU-cukupkan kepadamu ni’mat-KU, dan telah KU-ridhai Islam itu jadi agama bagimu..." (QS. al-Maaidah: 3)

Maka agama ini sudah sempurna dan sernua syari'at ataupun peribadatan agama ini sudah disampaikan oleh baginda Rosulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam kepada ummatnya, janganlah ditambah-tambah dan dikurang-kurangi.

Mari kita berpikir secara sederhana, seandainya saja ada salah satu syari'at ibadah yang kita lakukan namun tidak ada contoh dari Rosulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam tidak juga mengajarkannya, maka hal ini sama saja kita menuduh agama ini belum sempurna dan Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam belum menyampaikan atau menyembunyikan syari'at ibadah dimaksud.

Dan yang lebih berbahaya lagi, bila kita beribadah tidak mengikuti Nabi, maka berarti kita lebih hebat ilmu agamanya dari Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam karena kita mengerjakan ibadah tersebut tidak berasal dari tuntunan beliau tetapi berasal dari hawa nafsu ataupun kreasi kita, na'udzubillahimindzalik.

Allah tabaraka wa ta'ala berfirman yang artinya:

وَأَنَّ هَـٰذَا صِرَٲطِى مُسۡتَقِيمً۬ا فَٱتَّبِعُوهُ‌ۖ وَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمۡ عَن سَبِيلِهِۦ‌ۚ ذَٲلِكُمۡ وَصَّٮٰكُم بِهِۦ لَعَلَّڪُمۡ تَتَّقُونَ

Artinya : "Dan bahwa (yang KAMI perintahkan) ini adalah jalan-jalan-KU yang lurus, maka ikutilah dia (Muhammad); dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-NYA. Yang demikian itu diperintahkan oleh Alloh kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-an’am: 153).

Ibnu abbas radhiyallahu 'anhu mengatakan Allah ta'ala melalui ayat di atas memerintahkan kaum muslimin untuk tetap bersatu dalam jama'ah mengikuti sunnah (jalan yang ditempuh Rosulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam) dan melarang berselisih & bercerai berai dalam agama. (Tafsir Imam Ibnu Katsir).

Bahkan dalam ayat yang lain Allah ta'ala juga berfirman:

أَنۡ أَقِيمُواْ ٱلدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُواْ فِيهِ‌ۚ

Artinya:"Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya". (QS. Asy-Syuuraa: 13).

Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu mengatakan Rosulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam membuat garis dengan tangannya kemudian beliau mengatakan, "Ini adalah jalan Allah yang lurus, lalu beliau membuat garis disebelah kanan dan kirinya, kemudian beliau bersabda: 'Jalan-jalan ini, tidak ada satu jalanpun dari jalan-jalan tsb melainkan diatasnya terdapat syaitan yang mengajak ke jalan itu. (Tafsir Imam Ibnu Katsir semoga dirahmati Alloh).
baca juga:

Akibat Bagi Orang Yang Mengajarkan Sihir Amalan Bid'ah


Agar selamat tidak mudah di sesatkan ajaran dan pemikiran yang melenceng dalam agama

Ikhwan - Akhwat yang dirahmati Alloh subhanahu wa ta'ala,belajarlah ilmu agama sesuai dengan pemahaman para Sahabat yang terdahulu, karena merekalah generasi terbaik, agar kita selamat dapat bertemu dan bergabung dengan Rosulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam di tepi telaga.

Ikutilah kajian-kajian ilmu agama yang sesuai Sunnah, yaitu sesuai dengan pemahaman para sahabat. Dan yang paling penting juga adalah saat membaca Al Quran juga harus menghafal arti dan serta belajar semua hadist shahih dari Rosulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Dengan cara seperti itu kita akan paham dan tidak mudah disesatkan oleh pemikiran pemikiran yang keliru. Walau itu disampekan oleh orang yang disebut ulama. Karena di zaman sekarang begitu banyak fitnah, bagaimana kita dapat mengikuti jalan yang satu ini, tanpa kita belajar dan mengikuti kajian maupun ta'lim-ta’lim yang didalamnya disampaikan pesan-pesan dari Rosulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sehingga kita mengetahui bagaimana para sahabat dalam menjalankan syariat agama yang mulia ini, karena merekalah generasi terbaik umat ini.

Rosulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka.” (HR. Al-Bukhari, no. 3650).

Pada masaku dalam hadits ini adalah para sahabat, mereka adalah orang-orang yang paling baik, paling selamat dan paling mengetahui dalam memahami Islam.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu , ia mengatakan: Rosulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam berdiri ditengah-tengah kami untuk memberi nasihat dengan sabdanya: "Wahai manusia, kalian akan dikumpulkan kehadapan Alloh dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berbusana dan tidak bersunat.

Sesungguhnya orang pertama kali yang diberi pakaian pada hari kiamat Nabi Ibrahim 'Alaihi Salam

Ketahuilah bahwa sejumlah orang dari umatku didatangkan, lalu mereka diseret ke sebelah kiri (Neraka), maka aku katakan, 'Mereka adalah para pengikutku'. Maka dikatakan kepadaku:' Engkau tidak tahu apa yang mereka perbuat sepeninggalmu'.

Mendengar hal itu aku mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh seorang hamba yang shalih (Isa' bin Maryam 'Alaihi Salam): 'Dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada diantara mereka. Maka setelah ENGKAU wafatkan aku, ENGKAU-lah yang mengawasi mereka.

Dan ENGKAU Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika ENGKAU menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-MU, dan jika ENGKAU mengampuni mereka, sesungguhnya ENGKAU-lah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana'. (HR. Abu Dawud dan al-Bukhori).

Sungguh indah, mulia dan bijaknya kalimat di atas, kalimat yang mengagungkan Allah jallat `azhamatuhu dan berharap agar Alloh Subhanahu wa ta'ala mengampuni hamba-hamba-NYA yang bersalah.

Dalam suatu riwayat Rosulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Al Kautsar adalah sungai yang dijanjikan oleh Robb -ku Azza wa jalla. Sungai tersebut memiliki kebaikan yang banyak. Ia adalah telaga yang nanti akan didatangi oleh umatku pada hari kiamat nanti. Bejana (gelas) di telaga tersebut sejumlah bintang di langit.

Namun ada dari sebagian hamba yang tidak bisa minum dari telaga tersebut.

Aku mengatakan ya Robb mereka adalah umatku, Alloh berfirman: Tidakkah engkau tahu bahwa mereka telah berbuat hal-hal yang baru dalam agama sepeninggalmu.” (HR. Muslim no. 400).

Dari Ummul Mu’minin, Ummu Abdillah, ‘Aisyah radhiyallahu 'anhuا , dia berkata: “Barangsiapa yang menciptakan hal baru dalam urusan agama kami ini, berupa apa-apa yang bukan darinya, maka itu tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan dalam riwayat Muslim: “Barangsiapa yang melakukan perbuatan yang tidak kami perintahkan dalam agama kami, maka itu tertolak.”

Dari ‘Auf bin Malik radhiyallahu 'anhu , ia berkata: “Rosulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, ‘Yahudi terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan, satu golongan masuk Surga dan yang tujuh puluh di Neraka. Dan Nasrani terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan, yang tujuh puluh satu golongan di Neraka dan yang satu di Surga.

Dan demi Yang jiwa Muhammad berada di tangan-NYA, umatku benar-benar akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, yang satu di Surga, dan yang tujuh puluh dua golongan di Neraka,’ Ditanyakan kepada beliau, ‘Siapakah mereka (satu golongan yang masuk Surga itu) wahai Rosululloh?’ Beliau menjawab, ‘Al-Jama’ah.' (HR. Ibnu Majah, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Imam Ahmad).

Siapakah yang dimaksud dengan Al-Jama’ah pada hadits diatas? merekalah golongan yang selamat dari kesesatan, golongan yang selamat dari api neraka sebagaimana telah dikecualikan oleh Rosulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam pada hadits diatas.

Mereka tetap berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah, dan apa-apa yang dipegang oleh As-saabiqunal awwalun (para pendahulu yang pertama) baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar, sebagaimana disabdakan oleh Rosulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam : " Mereka itu adalah siapa-siapa yang berjalan diatas apa-apa yang aku dan sahabatku lakukan hari ini."


Maka bila kita ingin selamat dunia dan akhirat, kita wajib mengikuti jalan yang telah ditempuh oleh Rosulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan para Sahabatnya, karena nanti di hari Kiamat ada sebagian umat ini yang tidak selamat.

Bahkan sesuai hadits riwayat al Irbadh bin Sariyah yang cukup panjang kita diperintahkan untuk berpegang teguh pada Sunnah Rosulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan Sunnah para Khulafa’ur Rasyidin (orang-orang yang mendapat petunjuk) bila beliau telah tiada, maka gigitlah Sunnah itu dengan gigi geraham kalian. Dan hati-hatilah kalian, jangan sekali-kali mengada-adakan perkara-perkara baru dalam agama, karena sesungguhnya setiap perkara-perkara baru dalam agama adalah sesat". (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).-

InsyaAlloh kita sudah memeluk Islam, namun kita jangan terlena, karena syaitan terus berupaya menyesatkan keislaman kita agar menyimpang jauh dari al-Qur’an dan as-Sunnah.
Di hari kiamat nanti orang-orang yang menempuh jalan lain selain jalan yang ditempuh Rosulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam akan menyesal, namun penyesalan itu tidak ada gunanya sama sekali.
baca juga:

Ancaman Bagi Penentang Sunnah Rasulullah SAW



Allah tabaraka wa ta'ala berfirman :

وَيَوۡمَ يَعَضُّ ٱلظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيۡهِ يَقُولُ يَـٰلَيۡتَنِى ٱتَّخَذۡتُ مَعَ ٱلرَّسُولِ سَبِيلاً۬ (٢٧) يَـٰوَيۡلَتَىٰ لَيۡتَنِى لَمۡ أَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِيلاً۬ (٢٨) لَّقَدۡ أَضَلَّنِى عَنِ ٱلذِّڪۡرِ بَعۡدَ إِذۡ جَآءَنِى‌ۗ وَڪَانَ ٱلشَّيۡطَـٰنُ لِلۡإِنسَـٰنِ خَذُولاً۬ (٢٩)

Artinya : "Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rosul." (27) Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab (ku). (28) Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an ketika Al Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia. (29) (QS. al-Furqon: 27-29).

Ya Alloh jadikanlah kami orang-orang yang mendapat syafa’at Rosulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam pada hari Kiamat kelak.

Aamiin.
baca juga:

Cara dan doa agar tetap istiqomah dijalan Allah


Mahasuci ENGKAU, ya Alloh aku memuji-MU. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar selain ENGKAU, aku memohon ampunan dan bertaubat kepada-MU.

Bertakwalah kepada Alloh azza wa jalla di mana pun kita berada, dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik maka kebaikan akan menghapuskan keburukan itu, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.

Shalawat serta salam semoga senantiasa selalu dilimpahkan kepada Rosulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam - keluarga, para Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in dan mereka yang senantiasa setia dijalan-NYA yang lurus hingga hari Akhir.

Senin, 07 Maret 2016

Apakah Manusia Jin dan Malaikat Mengetahui yang Ghaib

Banyak orang yang mengaku dan mengklaim bisa melihat jin bahkan banyak juga yang mengaku bisa melihat malaikat. Dan hampir semua orang yang mengaku bisa melihat jin pasti juga mengaku mengtahui akan hal hal yang ghaib. Hal hal yang ada di masa depan yang belum terjadi. Bahkan marak juga orang orang yang mempercayai ramalan kuno seperti ronggowarsito dengan jangka jayabayanya sampai yang diluar negeri dengan nostradamus.

Banyak orang yang mengaku dan mengklaim bisa melihat jin bahkan banyak juga yang mengaku bisa melihat malaikat. Dan hampir semua orang yang mengaku bisa melihat jin pasti juga mengaku mengtahui akan hal hal yang ghaib. Hal hal yang ada di masa depan yang belum terjadi. Bahkan marak juga orang orang yang mempercayai ramalan kuno seperti ronggowarsito dengan jangka jayabayanya sampai yang diluar negeri dengan nostradamus.



Nah bagaimana tinjauan syariat islam mengenai orang orang yang mengaku bisa mengetahui hal yang ghaib:


Mempercayai hal-hal yang ghaib merupakan salah satu syarat dari benarnya keimanan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

الم. ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيْهِ هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ. الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ. وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِاْلآخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَ. أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

"Alif laam miim. Kitab (Al-Qur`an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur`an) yang diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu. Serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung" (QS. Al-Baqarah: 1-5)

Ghaib adalah segala sesuatu yang tersembunyi dan tidak terlihat oleh manusia, seperti surga, neraka dan apa yang ada di dalamnya, alam malaikat, hari akhir, alam langit dan yang lainnya yang tidak bisa diketahui manusia kecuali bila ada pemberitaan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. (Lihat Tafsir Al-Qur`anul ‘Azhim, 1/53)

Baca juga: Perbedaan Manusia Malaikat Jin Al Quran Hadist


Jin bisa melihat manusia dan manusia tidak bisa melihat jin

Alam jin dan wujud jin dalam bentuk asli seperti yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala ciptakan adalah ghaib bagi kita. Namun golongan jin dapat berubah-ubah bentuk –dengan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala– dan amat mungkin bagi mereka melakukan penampakan, sehingga kita dapat melihatnya dalam wujud yang bukan aslinya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ

“Sesungguhnya ia (setan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. ” (QS. Al-A’raf: 27)

Jin kadang bisa menyerupai hewan yang hidup di sekitar kita

Dari Abu As-Sa`ib, maula Hisyam bin Zuhrah, beliau bercerita bahwa dirinya pernah berkunjung ke rumah Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu 'anhu, katanya: “Aku mendapatinya tengah mengerjakan shalat, akupun duduk menunggunya hingga beliau selesai. Tiba-tiba aku mendengar adanya gerakan pada bejana tempat minum yang ada di pojok rumah. Aku menoleh ke arahnya dan ternyata ada seekor ular. Aku segera meloncat untuk membunuhnya, namun Abu Sa’id memberi isyarat kepadaku agar aku duduk. Ketika ia selesai dari shalatnya, ia menunjuk ke sebuah rumah yang ada di kampung itu sambil berkata: ‘Apakah engkau lihat rumah itu?’ ‘Ya,’ jawabku. Ia kemudian menuturkan, ‘Dahulu yang tinggal di rumah itu adalah seorang pemuda yang baru saja menjadi pengantin. Kala itu kami berangkat bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ke Khandaq dan pemuda itupun ikut bersama kami. Saat tengah hari, pemuda itu meminta izin kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk pulang menemui istrinya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengizinkannya sambil berpesan: ‘Bawalah senjatamu karena aku khawatir engkau bertemu dengan orang-orang dari Bani Quraidhah. ’ Pemuda itu mengambil senjatanya, kemudian pulang menemui istrinya. Setibanya di rumah, ternyata istrinya sedang berdiri di antara dua daun pintu. Ia mengarahkan tombaknya kepada istrinya untuk melukainya karena merasa cemburu karena istrinya berada di luar rumah. Istrinya berkata kepadanya: “Tahan dulu tombakmu, dan masuklah ke dalam rumah sehingga engkau akan tahu apa yang menyebabkan aku sampai keluar rumah!”

Pemuda itu masuk, dan ternyata terdapat seekor ular besar yang melingkar di atas tempat tidur. Pemuda itu lantas menghunuskan tombaknya dan menusukkannya pada ular tersebut. Setelah itu, ia keluar dan menancapkan tombaknya di dinding rumah. Ular itu (yang belum mati- red) menyerangnya dan terjadilah pergumulan dengan ular tersebut. Tidak diketahui secara pasti mana di antara keduanya yang lebih dahulu mati, ular atau pemuda itu. ’

Abu Sa’id radhiallahu 'anhu melanjutkan ceritanya: ‘Kami menghadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan melaporkan kejadian itu kepadanya dan kami sampaikan kepada beliau: ‘Mohonlah kepada Allah agar menghidupkannya demi kebahagiaan kami. ’ Beliau menjawab: ‘Mohonlah ampun untuk shahabat kalian itu!’

Selanjutnya beliau bersabda: ‘Sesungguhnya di Madinah terdapat golongan jin yang telah masuk Islam, maka jika kalian melihat sebagian mereka –dalam wujud ular– berilah peringatan tiga hari. Dan apabila masih terlihat olehmu setelah itu, bunuhlah ia, karena sebenarnya dia adalah setan. ” (HR. Muslim no. 2236 dan 139 dari Abu Sa`ib, maula Hisyam bin Zuhrah)

Para Rasul Tidak Mengetahui yang Ghaib

Telah disebutkan sebelumnya bahwa sekumpulan jin datang kepada Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian mendengarkan bacaan Al-Qur`an. Ketika itu Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam tidak mengetahui kehadiran mereka kecuali setelah sebuah pohon memberitahunya –dan Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Kuasa untuk menjadikan pohon dapat berbicara– seperti yang disebutkan Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya dari sahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu 'anhu. Ini menunjukkan bahwa beliau tidak mengetahui perkara ghaib kecuali yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala kabarkan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قُلْ لاَ أَقُوْلُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللهِ وَلاَ أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلاَ أَقُوْلُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوْحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي اْلأَعْمَى وَالْبَصِيْرُ أَفَلاَ تَتَفَكَّرُوْنَ

“Katakanlah: ‘Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak pula aku mengetahui yang ghaib dan tidak pula aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengetahui kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. ’ Katakanlah: ‘Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?’ Maka apakah kamu tidak memikirkannya?” (QS. Al-An’am: 50)

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:

قُلْ لاَ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَا شَاءَ اللهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوْءُ إِنْ أَنَا إِلاَّ نَذِيْرٌ وَبَشِيْرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُوْنَ

“Katakanlah: Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak pula menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS. Al-A’raf: 188)

baca juga: Anak Indigo Melihat Jin Itu Ternyata Gangguan Jin


Para Malaikat Tidak Mengetahui yang Ghaib

Kendatipun para malaikat adalah mahluk yang dekat di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala, namun untuk urusan ghaib ternyata mereka pun tidak mengetahuinya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman saat pertama kali hendak menciptakan manusia:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي اْلأَرْضِ خَلِيْفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُوْنَ. وَعَلَّمَ آدَمَ اْلأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُوْنِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاَءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ. قَالُوا سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ

“Dan ingatlah ketika Rabbmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. ’ Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui. ’ Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!’ Mereka menjawab: ‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana’. ” (QS. Al-Baqarah: 30-32) 

Baca juga: Tugas Para Malaikat dan Jin Pendamping Manusia


Kaum Jin Tidak Mengetahui yang Ghaib

Banyak sekali orang yang tertipu dan keliru kemudian mengira jika bangsa jin mengetahui yang ghaib, terutama bagi mereka yang terjun dalam kancah sihir dan perdukunan. Akibatnya, kepercayaan dan ketergantungan mereka terhadap jin sangatlah besar sehingga menggiring mereka kepada kekufuran.

Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan tegas telah mementahkan anggapan ini dalam firman-Nya:

فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ إِلاَّ دَابَّةُ اْلأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُوْنَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِيْنِ

“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.”  (QS. Saba`: 14)

Baca juga: Jin Qarin, khadam jin pendamping manusia


Manusia Tidak Dapat Mengetahui Alam Ghaib

Jika para rasul yang merupakan utusan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam menyampaikan syariat-Nya kepada manusia tidak mengetahui hal yang ghaib sedikitpun, maka sudah tentu manusia secara umum tidak ada yang dapat mengetahui alam ghaib atau menjangkau batasan-batasannya. Allah Subhanahu wa Ta'ala hanya memerintahkan agar mengimani perkara yang ghaib dengan keimanan yang benar.
Keyakinan seperti ini agaknya sudah mulai membias. Apalagi saat ini banyak sekali orang yang menampilkan dirinya sebagai narasumber untuk urusan-urusan yang ghaib, mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan masa depan seseorang, dari mulai jodoh, karir, bisnis, atau yang lainnya.

Kata ‘dukun’ barangkali sekarang ini jarang didengar dan bahkan serta merta mereka akan menolak bila dikatakan dukun. Dalihnya, apalagi kalau bukan seputar “Kami tidak meminta syarat-syarat apapun kepada anda”, “Kami tidak menyuruh memotong ayam putih”, dan sebagainya. Padahal praktek seperti itu adalah praktek dukun juga. Bedanya, dukun sekarang ini berpendidikan sehingga bahasa yang digunakannya pun bahasa-bahasa ilmiah, sehingga mereka jelas enggan disebut dukun.
Tak ada seorang pun yang dapat melihat dan mengetahui perkara ghaib, menentukan ini dan itu terhadap sesuatu yang belum dan akan terjadi di masa datang. Jika toh bisa, itu semata-mata bantuan dan tipuan dari setan, sehingga dusta bila itu dihasilkan dari latihan dan olah jiwa.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَلَقَدْ صَدَّقَ عَلَيْهِمْ إِبْلِيسُ ظَنَّهُ فَاتَّبَعُوْهُ إِلاَّ فَرِيْقًا مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ. وَمَا كَانَ لَهُ عَلَيْهِمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلاَّ لِنَعْلَمَ مَنْ يُؤْمِنُ بِاْلآخِرَةِ مِمَّنْ هُوَ مِنْهَا فِي شَكٍّ وَرَبُّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَفِيْظٌ

“Dan sesungguhnya Iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman. Dan tidak adalah kekuasaan Iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang hal itu. Dan Rabbmu Maha Memelihara segala sesuatu. ” (QS. Saba`: 20-21)

Ada pula sebagian manusia yang memiliki aqidah rusak, di mana mereka meyakini adanya sebagian orang yang keberadaannya ghaib dari pandangan manusia, dan biasanya identik dengan orang-orang yang dianggap telah suci jiwanya. Mereka mengistilahkannya dengan roh suci atau rijalul ghaib.
Ketahuilah bahwa tidak ada istilah manusia ghaib. Tidak ada pula istilah rijalul ghaib di tengah-tengah manusia. Rijalul ghaib itu tiada lain adalah jin.

Cara Mengatasi Menyembuhkan Anak Indigo (testimonial)


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ اْلإِنْسِ يَعُوْذُوْنَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوْهُمْ رَهَقًا

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. ” (QS. Al-Jin: 6) (Lihat Qa’idah ‘Azhimah, hal. 152)

Alam ghaib tetaplah ghaib, sesuatu yang tidak bisa diketahui dan dilihat manusia kecuali apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala beritakan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا. إِلاَّ مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُوْلٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا

“(Dia adalah) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. ” (QS. Al-Jin: 26-27) 

Baca juga: Munculnya Ulama Yang Menyeru Ke Kesesatan


Kunci-kunci Ghaib adalah Milik Allah Subhanahu wa Ta'ala Semata

Sesungguhnya tak ada seorangpun yang mengetahui perkara ghaib dan hal-hal yang berhubungan dengannya, kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah banyak menegaskan hal ini dalam Al-Qur`an. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قُلْ لاَ يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ وَمَا يَشْعُرُوْنَ أَيَّانَ يُبْعَثُوْنَ

“Katakanlah: ‘Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah’, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. ” (QS. An-Naml: 65)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

إِنَّ اللهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي اْلأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوْتُ إِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat, dan Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. ” (QS. Luqman: 34)

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:

ذَلِكَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الْعَزِيْزُ الرَّحِيْمُ

“Yang demikian itu ialah Rabb Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. ” (QS. As-Sajdah: 6)
Dalam ayat lainnya:

قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُوْنَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُوْنَ

“Allah berfirman: ‘Bukankah sudah Aku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?’. ” (QS. Al-Baqarah: 33)
Banyak sekali dalil-dalil yang berhubungan dengan masalah ini. Namun mungkin yang disebutkan di sini, sudah dapat mewakili bahwa Allah-lah yang mengetahui hal ihwal alam ghaib. Sedangkan manusia, tak ada yang bisa mengetahui dan melihatnya kecuali apa-apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala kuasakan.

Baca juga: Tawakal adalah salah satu kunci rezeki


Semoga artikel Apakah Manusia Jin dan Malaikat Mengetahui yang Ghaib ini bermanfaat.  Barokallahu fiikum..

Minggu, 06 Maret 2016

Bubur Suro-Rebo Wekasan-Minum Air Kembang-Jimat

Bagaimana hukumnya menunaikan shalat pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar sebagaimana yang tertulis dalam kitab Mujarobat dan tersebut di akhir bab 18 sebagai berikut ?.


Sebagian orang yang ma’rifat dari ahli kasyaf dan tamkin menyebuntukan: setiap tahun, turun 320.000 cobaan. Semuanya itu pada hari Rabu akhir bulan Shafar, maka pada hari itu menjadi sulit-sulitnya hari di tahun tersebut. Barang siapa shalat di hari itu 4 rakaat dst.”.
Baca juga: Kesesatan Kitab Mujarobat

Bagaimana hukumnya menunaikan shalat hadiyah yang tersebut dalam kitab sebagai berikut:


Disebutkan dalam Nuzhatul majalis dari kitab al-muhtar wa matholi’ul anwar dari Nabi SAW. “tidak datang pada mayit hal yang lebih berat kecuali pada malam pertama, maka belas kasihanilah mereka dengan shodaqoh. Barang siapayang tidak punya, maka shalatlah 2 rokaat, setiap rokaat membaca fatihah, ayat kursi, surat al-hakumu al-takasur dan qul huwallahu ahad 11 kali, dan berdo’a:

“Ya Allah saya shalat ini, engkau mengetahui apa yang saya kehendaki. Ya Allah, kirimkanlah pahala shalatku ini kepada kuburan fulan bin fulan, maka Allah akan mengirimkan saat itu juga 1000 malaikat ke kuburan fulan dan setiap malaikat membawa nur sebagai hadiyah yang menghibur dikuburnya sampai terompet ditiup (hari kiamat) dan bagi orang yang melakukan shalat tersebut akan diberi pahala dengan pahala orang yang mati syahid sebanyak benda yang tersinari matahari dan akan diberi pakaian perhiasan sebanyak 1000 macam. Telah saya sebutkan ini karena sangat besar manfaatnya dan takut tersia-sia. Maka sebaiknya, bagi setiap orang muslim untuk melakukan shalat tersebut pada setiap malam untuk kemanfaatan orang islam yang sudah mati.
Bubur Suro-Rebo Wekasan-Minum Air Kembang-Jimat



Jawaban:

“Tidak benar fatwa tentang mengajak-ajak dan melakukan shalat Rebo Wekasan dan shalat Hadiyah sebagaimana tersebut dalam pertanyaan. Sebab, kedua shalat utu bukan shalat yang disyariatkan dan tidak ada dasarnya di dalam syariat. Dalilnya juga sama sekali tidak ada dalam kitab-kitab yang mu’tamad seperti Taqrib, al-Minhajul Qowim, Fathul Muin, at-Tahrir, an-Nihayah, al-Muhadzab dan Ihya’ Ulumuddin.

Semua kitab itu tidak ada yang menyebuntukan tentang kedua shalat tersebut. Dan tidak benar memberi fatwa dengan mengambil hukum dan kita Nazhatul Majalis sebagaima keterangan dalam Hawasyi Asybah wan Nadhair, Tadzirotul Maudlu’at dan Tanqihul Fatfa dll.”


Rebo Wekasan bukan bagian dari syari’at yang dituntunkan


Di antara anggapan dan keyakinan keliru yang terjadi di bulan Shafar adalah adanya sebuah hari yang diistilahkan dengan Rebo Wekasan.

Apakah Rebo Wekasan itu?

Dalam bahasa Jawa ‘Rebo’ artinya hari Rabu, dan ‘Wekasan’ artinya terakhir. Kemudian istilah ini dipakai untuk menamai hari Rabu terakhir pada bulan Shafar. Diperkirakan pada bulan Shafar tahun ini (1433 H) bertepatan dengan tanggal 18 Januari 2012. Di sebagian daerah, hari ini juga dikenal dengan hari Rabu Pungkasan.

Dalam kitab Kanzun Najah was Suruur fil Ad’iyah allati Tasyrahush Shuduur karangan Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad ‘Ali Quds yang katanya pernah mengajar di Masjidil Haram Makkah Al-Mukarramah, disebuntukan bahwa pada hari itu akan turun 320.000 bala’, musibah, ataupun bencana. Sehingga dikatakan bahwa hari itu merupakan hari yang paling berat sepanjang tahun. Keyakinan mereka, itulah hari yang diisyaratkan dlm ayat:

فِي يَوْمِ نَحْسٍ مُسْتَمِرٍّ

“Pada hari nahas yang terus menerus.” (Al-Qamar: 19)

Dalam upaya tolak bala’ darinya, diadakanlah ritual-ritual tertentu pada hari itu.
Baca juga: hari baik hari sial bulan baik bulan sial tahun baik tahun sial

Ritual dalam rebo wekasan

Mungkin saja masing-masing orang yang meyakini kebenaran angkernya hari itu berbeda-beda satu dengan yang lain dlm menjalankan ritual di hari itu.

Sekedar contoh dari ritual yang hendak mereka lakoni adalah:

Mandi tolak bala’, dengan niat sebagai berikut:


نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِدَفْعِ الْبَلاَءِ لله تَعَالى

Aku berniat mandi untuk menolak bala’ karena Allah ta’ala.

Kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan shalat sunnah lidaf’il bala’ (shalat sunnah untuk menolak bala’)

Yang dikerjakan pada waktu dhuha atau setelah shalat isyraq (setelah terbit matahari) dengan satu kali salam. Pada setiap raka’at membaca surat Al-Fatihah kemudian surat Al-Kautsar 17 kali, surat Al-Ikhlas 50 kali (dalam referensi lain 5 kali), Al-Mu’awwidzatain (surat Al-Falaq dan surat An-Nas) masing-masing satu kali. Ketika salam membaca sebanyak 360 kali ayat ke-21 dari surat Yusuf yang berbunyi:


وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ.

“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.”


Atau bisa juga setelah salam membaca do’a

بسم الله الرحمن الرحيم ، وصلى الله تعالى على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم ، اللهم يا شديد القِوى ويا شديد الْمِحال يا عزيزُ ذلَّت لعزتك جميع خلقك اكفني من جميع خلقك يا محسن يا مجمل يا متفضل يا منعم يا مكرم يا من لا إله إلا أنت برحمتك يا أرحم الراحمين اللهم بسرِّ الَحَسن و أخِيه وجَدَّه وأبِيه اكفني شر هذا اليوم وما ينزل فيه يا كافي ﴿ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ ﴾ و حسبنا الله ونعم الوكيل ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم وصلى الله تعالى على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم.

Lalu ditambah dengan bacaan Jauharatul Kamal tiga kali, yaitu bacaan

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَيْنِ الرَّحْمَةِ الرَّبَّانِيَّةِ وَالْيَقُوْتَةِ الْمُتَحَقِّقَةِ الْحَائِطَةِ بِمَرْكَزِ الْفُهُوْمِ وَالْمَعَانِى وَنُوْر ِاْلاَكْوَانِ الْمُتَكَوَّنَةِ اْلأدَمِيِّ صَاحِبِ اْلحَقِّ اْلرَّبَّانِى اَلْبَرْقِ اْلأَسْطَعِ بِمُزُوَنِ اْلأَرْبَاحِ اْلمَالِئَةِ لِكُلِّ مُتَعَرِّضٍ مِنَ اْلبُحُوْرِ وَاْلأَوَانِى وَنُوْرِكَ اللاَّمِعِ الَّذِيْ مَلأْتَ بِه كَوْنَكَ اْلحَائِطَ بِأَمْكِنَةِ اْلمَكاَنِى اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى عَيْنِ اْلحَقِّ الَّتِى تَتَجَلَّى مِنْهَا عُرُوْشُ اْلحَقَائِقِ عَيْنِ اْلمَعَارْفِ اْلأَقْوَمِ صِرَاطِكَ التَّآمِّ اْلاَسْقَمِ اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى طَلْعَةِ اْلحَقِّ بِا الْحَقِّ اْلكَنْزِ اْلأَعْظَمِ إِفَاضَتِكَ مِنْكَ اِلَيْكَ إِحَاطَةِ النُّوْرِ اْلمُطَلْسَمِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَعَلى آلِهِ صَلاَة ًتُعَرِّفُنَا بِهَا إِيَّاهُ.

Ya Allah, Limpahilah Rahmat dan Kesejahteraan ke atas Hakikat Rahmat Ketuhanan, mutiara yang terang benderang memancar dengan rahsia pengertian dan pernyataan, cahaya segala sesuatu yang menjadikan manusia wadah Kebenaran Ketuhanan, yang bagaikan kilat memancar dengan melimpahkan curahan rahmat kepada setiap orang yang menghadap-Nya daripada segenap lingkungan dan masa, dan cahayaMU yang bergemerlapan memenuhi dengannya wadah ciptaanMU dengan ketinggian pangkat.

Ya Allah, Limpahilah Rahmat dan Kesejahteraan ke atas Hakikat Kebenaran yang mempernyatakan daripadanya naungan seluruh rahsia-rahsia hakikat yang memiliki kearifan tertinggi, yang sentiasa merintis jalanMU yang sempurna.

Ya Allah, Limpahilah Rahmat dan Kesejahteraan ke atas Penyeru Kebenaran dengan Kebenaran yang menjadi Gedung Teragung, Sumber bagi segala limpahanMu yang daripadaMU kepadaMU meliputi cahaya yang terpilih.

Rahmat Allah ke atasnya juga kepada keluarganya dengan rahmat membukakan kami dengannya haqiqat.

Kata mereka, bacaan Jauharatul Kamal ini memiliki keutamaan yang sangat banyak di antaranya adalah bahwa satu kali bacaan shalawat jauharatul kamal menyamai tasbih seluruh alam tiga kali.

Kemudian ditutup dengan bacaan surat Ash-Shaffat ayat 180-182, yaitu


سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Ritual ini kemudian dilanjuntukan dengan memberikan sedekah roti kepada fakir miskin.

Tidak cukup sampai di situ, ritual inipun dilengkapi dengan membuat air salam, yaitu air yang menulis وفق Rebo Wekasan kemudian dimasukkan ke dlm sumur, bak kamar mandi, atau tempat-tempat penampungan air lainnya. Kemudian dido’ai, وفق nya seperti di bawah ini :

Barangsiapa yang pada hari itu melakukan ritual tersebut, maka dia akan terjaga dari segala bentuk musibah dan bencana yang turun ketika itu.
 Baca juga: Munculnya Ulama Yang Menyeru Ke Kesesatan

Penjelasan letak kesesatan amalan diatas

Kaum muslimin rahimakumullah, Amaliyah yang demikian tak ada dasarnya sama sekali dari Al-Qur’an maupun Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Generasi salaf dari kalangan shahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in tak pernah melakukan apalagi mengajarkan ritual semacam itu. Demikian pula generasi setelahnya yang senantiasa mengikuti jejak mereka dengan baik.

Keyakinan tentang Rebo Wekasan sebagai hari turunnya bala’ dan musibah adalah keyakinan yang batil. Lebih batil lagi karena berangkat dari keyakinan tersebut, dilaksanakanlah ritual tertentu untuk menolak bala’ dengan tata cara yang disebuntukan di atas. Sementara keyakinan dan ritual tersebut tak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya radhiyallahu ‘anhum, dan tak pula dicontohkan oleh para imam madzhab yang empat (Abu Hanifah, Malik bin Anas, Asy-Syafi’i, dan Ahmad bin Hanbal), tak pula mereka membimbing dan mengajak para murid serta pengikut madzhabnya untuk melakukan yang demikian.

Para ulama dan kaum muslimin yang senantiasa menjaga aqidah dan berpegang teguh dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya hingga hari ini -sampai akhir zaman nanti- juga tak akan berkeyakinan dengan keyakinan seperti ini dan tak pula beramal dengan amalan yang tak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan generasi salaf tersebut.

Jika keyakinan dan ritual ibadah tersebut tak berdasar pada Al-Qur’an dan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, tak pula sebagai amalan para shahabat radhiyallahu ‘anhum dan para imam madzhab yang empat, maka sungguh amalan tersebut bukan bagian dari agama yang murni. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.

“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang bukan termasuk bimbingan dan petunjuk kami, maka amalan itu tertolak.” (HR. Muslim)

Yang dimaksud dengan Rebo Wekasan atau Rabo pungkasan adalah hari Rabo terakhir yang ada di bulan Shafar. Mengapa harus istilah Rebo Wekasan? Karena tradisi ini berkembang di masyarakat jawa. Kami tidak tahu istilahnya di selain masyarakat jawa. Oleh karena itu kami ucapkan terima kasih bagi yang mau menginfrormasikannya kepada kami.

Keyakinan Khurafat

Banyak dari kaum muslimin di dunia islam- karena ketidaktahuannya tentang Islam- banyak yang memiliki keyakinan tertentu tentang Rebo Wekasan ini. Di dalam Islam telah diajarkan bahwa keyakinan yang tidak memiliki dasar kebenaran itu di sebut khurafat. Di antara Khurafat Rebo Wekasan ini adalah:

Keyakinan bahwa pada setiap tahun, tepatnya pada hari Rebo Wekasan Allah menurunkan 320.000 (Tiga ratus duapuluh ribu) malapetaka atau bencana, 

Sehingga hari tersebut adalah hari tersulit dalam satu tahun. Sumber khurafat ini adalah al-Buni dalam kitab al-Firdaus, Fariduddin dalam kitab Awradu Khawajah dan orang lain yang dianggap sebagai ahli makrifat (kasyaf) oleh kaum shufi.

Keyakinan bahwa hari Rebo Wekasan adalah hari naas atau hari sial, 

Maka-menurut mereka- wajib menahan diri di dalamnya dari amalan-amalan atau pekerjaan yang berharga atau penting, seperti pernikahan, perjalanan jauh, berdagang, transaksi-transaksi dan lain-lain. Jika tetap dilakukan maka nasibnya akan sial.

Amalan Bid'ah


Untuk menghindari atau mengantisipasi malapetaka dan kesialan yang ada di dalam hari Rebo Wekasan mereka melakukan dan menganjurkan orang lain untuk melakukan hal berikut:
Baca juga: Akibat Bagi Orang Yang Mengajarkan Sihir Amalan Bid'ah


Pembacaan istighatsah (permohonan pertolongan kepada Allah dengan cara-cara yang tidak dikenal dalam sunnah Rasulullah -Shalallahu alaihi wa salam

Misalnya dengan berjamah, penghadiaan al-Fatihah, tawassul- tawassul bid'i, bahkan tidak jarang meminta langsung kepada selain Allah seperti kepada nabi Muhammad -Shalallahu alaihi wa salam- atau para wali Allah). Dianjurkan kepada para hadirin untuk membawa air sendiri-sendiri dari rumah guna diasma'i.

Pembacaan surat Yasin, khususnya setelah maghrib sebanyak 3 kali secara bersama-sama. 

Yang pertama diniatkan supaya diselamatkan dari bala`, yang kedua banyak rizki, dan yang terakhir agar panjang umur.

Membaca Azimat multi khasiat sesuai dengan niat.


Menulis wifiq (rajah) atau azimat dengan tinta yang dapat lebur dengan air. 

Wifiq ini berbentuk persegi empat dan lingkaran. Lafazh JIbril, Mikael, Israfil dan Izrail ditulis membentuk kotak yang masing-masing bergaris bawah lebih panjang dari tulisannya. Di dalamnya tertuliskan Allah Lathif bi'ibadihi. Kemudian dilingkari dengan tulisan basmalah dan ayat-ayat salam seperti Salamun Qaulan Min Rabbir Rahim, Salamun ala Nuhin fil'alamin dll.
Baca juga: tulisan Al Quran dijadikan jimat?

Wafaq itu pun dijual

Bagi yang tidak bisa menulis sendiri maka dianjurkan untuk membeli. Wifiq atau azimat kecil seharga 1000 sampai 5000 rupiah sedangkan azimat besar seharga 6000 sampai 10.s000 rupiah.

Untuk merangsang animo umat dan meyakinkan mereka, para pemuka agama melakukan promosi (pembodohan) yang tidak tanggung-tanggung. Mereka menulis: Khasiat Azimat besar/komplit:

Wafaq itu Dimasukkan ke dalam air (di dalam sumur, teko, botol, gentong) kemudian diminum

Menyembuhkan segala macam penyakit, mencerdaskan otak dan penerang hati, menghilangkan kesusahan dan lain-lain.

Wafaq itu Dipasang di rumah:

Aman dari kebakaran dan pencurian serta perampokan, aman dari fitnah, penghuni rumah tenteram dan damai, tidak mudah dimasuki sihir dan gangguan lain

Wafaq itu Dibawa kemanapun pergi

Untuk keselamatan, dan mahabbah (pengasihan), memperlancar pergaulan dan memperbanyak teman.
Baca juga: efek rambut bayi dijadikan jimat

Wafaq itu Ditaruh di toko atau dagangan

Sebagai penglaris dan penarik pembeli, menambah barokah, tidak dihasud orang

Wafaq atau rajah itu ditaruh di kendaraan

Aman dan selamat dari kecelakaan, tidak dicuri orang dll
Baca juga: Saat tubuh di rajah, jin laut pun masuk

Shalat tolak bala'. 

Diantara bentuknya adalah shalat di waktu dhuha sebanyak 4 rakaat satu kali salam. Pada setiap rakaatnya membaca al-Fatihah dan surat al-Kautsar 17x, al-Ikhlash 50x, al-Falaq 1x dan an-Nas 1x. Ketika salam dianjurkan membaca:

وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

sebanyak 360x, dilanjuntukan dengan Jauharatul Kamal 3x dan ditutup dengan:

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وسلامٌ على المرسَلِينَ، والحمدُ لله رَبِّ العالَمِينَ

Lalu bersedekah dengan sedikit roti untuk fakir miskin. Khasiatnya adalah untuk tolak balak yang turun pada hari Rebo Wekasan.

Ajaran Yang Benar

Semua keyakinan tentang kesialan bulan Shafar atau Rabu terakhir pada bulan Shafar adalah batil. 

Rasulullah -Shalallahu alaihi wa salam- bersabda:

لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ، وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ، وَفِرَّ مِنَ اْلمَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ اْلاَسَدِ

"Tidak ada penularan penyakit (dengan sendirinya), tidak ada kesialan karena (suara atau arah terbang) burung , tidak ada Hamah (kesialan karena burung malam seperti burung hantu, atau tidak ada yang namanya ruh gentayangan yang menjadi burung karena tidak dibalaskan dendamnya), dan tidak ada Shafar. Larilah dari orang yang penderita penyakit kusta seperti larimu dari singa." (HR. Bukhari: 5579, Muslim: 101)

Yang terpenting dari hadits ini di sini adalah sabda Nabi -Shalallahu alaihi wa salam- : Tidak ada Shafar. Artinya Rasulullah -Shalallahu alaihi wa salam- menolak adanya keyakinan-keyakinan Jahiliyyah tentang shafar, yang tafsirannya menurut para ulama adalah:


Tidak ada kesialan nasib karena bulan Shafar (Shahih Bukhari:5380, Abu Daud: 3915 ). 

Al-Baidhawi berkata: "Sabda nabi -Shalallahu alaihi wa salam-: 'Tidak ada Shafar' adalah penolakan terhadap anggapan bahwa pada bulan Shafar ada banyak malapetaka" (al-Qasthalani, Syarah Bukhari: 8/318, hal senada juga ditulis oleh al-Fatani dalam Majma' Biharil Anwar: 2/251)

Syekh Ismail al-Dahlawi (w.1246) berkata: "Masuk dalam hal ini adalah apa yang diyakini oleh orang-orang bodoh di India bahwa 13 hari pertama bulan Shafar adalah hari naas, banyak diturunkan bala'. Mereka menyebutnya Tirah Tizi artinya hari-hari tiga belas yang berat." (ad-Dahlawi, Risalah Tauhid, diterjemahkan ke bahasa arab oleh abul hasan an-Nadwi, diterbitkan oleh Dinas Urusan Masjidil Haram dan masjid nabawi, cet, 1424/ 2004, hal.73-74)

Tidak ada penyakit cacing atau ular dalam perut yang disebut shafar, 

Yang diyakini oleh orang arab bahwa ia akan berontak pada saat lapar dan bahkan dapat membunuh orangnya, dan yang diyakini lebih menular dari pada Jarab (penyakit kulit/gatal) (Shahih Muslim: 1742, Ibnu Majah: 3539) Juga tidak ada keyakinan bahwa orang yang doyan makan tetapi tidak merasa kenyang, berarti ada setan atau ifrit di dalam perutnya yang memakan semua makanannya. (ad-Dahlawi, Risalah at-Tauhid, hal.73)

Tidak ada aturan Shafar model jahiliyyah, 

Yang mana mereka dulu menghalalkannya (menjadikanya sebagai bulan halal untuk berperang) setahun dan mengharamkannya (menjadikannya sebagai bulan suci yang haram untuk berperang) setahun. (Abu Daud: 3913, 3914)

Termasuk dalam hal ini adalah tidak ada keyakinan bahwa umroh pada bulan-bulan haji (Syawwal, Dzulqa'dah, dan Dzulhijjah) adalah kejahatan paling buruk di dunia. Mereka dulu mengatakan:

إِذَا بَرَأَ الدَّبْرُ وَعَفَا اْلأَثَرُ وَانْسَلَخَ صَفَرُ حَلَّتِ اْلعُمْرَةُ لِمَنِ اعْتَمَرَ

"Jika dabr (bekas memikul beban berat di punggung unta ada musim haji) telah sembuh, bekas jejak kaki (unta, pada musim haji) telah tiada dan Muharram (yang waktu itu masih disebut Shafar awal) telah masuk maka halallah umrah bagi yang berumrah." (Bukhari: 1489, Muslim: 1240, 1679, (Ini kami dapat dari At-Tamhid: 8/356)

Shalat tolak balak adalah bid'ah:


Para ulama besar yang tergabung dalam komisi tetap untuk riset dan fatwa, ketika ditanya tentang pertanyaan di atas menjawab sebagai berikut:

"Shalat sunnah yang dimaksud dalam soal di atas, kami tidak mengetahui asal usulnya dari al-Qur'an dan sunnah. Juga tidak kami ketahui seorangpun dari salafus salih yang mengamalkan shalat ini. Jadi ia adalah bid'ah yang mungkar. Telah shahih dari nabi -Shalallahu alaihi wa salam- bahwa beliau bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

"Barang siapa mengamalkan satu amalan yang tidak didasari oleh syariatku maka ia ditolak."

(Bukhari: 60, Muslim: 4447)

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَـٰذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

"Barang siapa membuat hal baru dalam agamaku ini, sesuatu yang bukan dari bagiannya maka ia ditolak."

(Bukhari: 2641, Muslim: 4446)

Maka barang siapa menisbatkan shalat ini kepada Nabi -Shalallahu alaihi wa salam- atau kepada salah seorang sahabatnya berarti ia telah berbohong besar, maka ia terkena laknah Allah dan diancam dengan hukuman orang-orang yang berdusta. Hanya pada Allah adanya hidayah taufiq. Semoga shalawat dan salam tercurah untuk nabi kita Muhammad -Shalallahu alaihi wa salam- beserta para keluarga dan sahabatnya.

(al-Lajnah ad-Daimah Lilbuhuts wal-Ifta' 4/140-141. Ketua Syekh Abdul Aziz Ibn Bazz. Wakil: Abdurrazzaq Afifi. Anggota: Abdullah Qu'ud sdan Abdullah Ghudayyan.

Percaya kepada Rajah, Wifiq, Azimat itu dosa besar.


Dalam hal ini Syekh Muhammad al-Syuqairi al-Mishri berkata: "Telah menjadi tradisi orang-orang bodoh, menulis ayat-ayat salam seperti: سلام على نوح في العالمين dan lain-lain pada hari rabo terakhir dari bulan Shafar, kemudian mereka meletakkannya dalam wadah-wadah lalu mereka meminumnya dan bertabarruk dengannya, saling menghadiahkan (kalau sekarang banyak yang memperjual belikan), karena keyakinan mereka bahwa hal itu dapat menghilangkan keburukan-keburukan. Ini adalah keyakinan rusak dan perasaan bernasib sial yang tercela serta bid'ah yang buruk, wajib diingkari oleh setiap orang yang melihatnya." (al-Sunan wal Mubtada'at, hal. 137-138)

Kewajiban setiap muslim adalah berttauhid kepada Allah –Subhanahu wa ta'ala- dan berittiba' (mengikut) kepada Rasul Allah -Shalallahu alaihi wa salam-. Tidak menyembah kecuali kepada Allah, dan hanya dengan aturan syari'at yang dibawa oleh utusan-Nya. Takut kepada sesuatu yang bahayanya dinyatakan oleh Allah dan Rasul-Nya (wahyu ) atau akal sehat dan bukti empiris (indrawi) adalah takut yang benar dan wajar, akan tetapi takut kepada sesuatu yang bahayanya hanya dinyatakan oleh khurafat maka itu adalah ketakutan yang buruk dan bersifat syirik jika diikuti. Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

الطِّيَرَة شِرْكٌ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ ثَلاَثاً وَمَا مِنَّا إلاَّ وَلٰكِنَّ الله يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ

"Thiyarah (pesimis, merasa akan bernasib sial karena khurafat) itu adalah syirik" sebanyak tiga kali, "tidaklah setiap kita melainkan (pernah mengalaminya) akan tetapi Allah menghilangkannya dengan tawakkal." (Abu Daud: 3910)

مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ» قالوا: يا رسول الله، فما كفارة ذلك؟ قال: «يَقُوْلُ أَحَدُهُمْ اللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ، ولا طَيْرَ إلا طَيْرُكَ، ولا إله غَيْرُكَ

"Siapa yang dibatalkan dari hajatnya oleh thiyarah maka ia telah berbuat syirik." Mereka bertanya: "Wahai rasulullah, kalau begitu apa tebusannya? Beliau bersabda: "Salah seorang mereka berkata: "Ya Allah tidak ada kebaikan kecuali kebaikan-Mu, tidak ada kesialan nasib (keburukan, musibah) kecuali kesialan nasib (dalam takdir) Mu, dan tidak ada sesembahan yang benar selain-Mu." (Abu Daud: 8412)

Dengan demikian maka mengikuti khurafat-khurafat di atas bukan malah menambah iman dan membawa selamat, melainkan justru merusak iman dan mendatangkan murka Allah -Subhanahu wa ta'ala-. Jika adanya malapetaka pada bulan shafar atau pada hari Rabo terakhir bulan Shafdar adalah khurafat berarti semua amalan yang dilakukan untuk menanggulanginya adalah khurafat dan bid'ah. Keselamatan hanya ada pada mengikuti Rasuluillah -Shalallahu alaihi wa salam- dan menyembah serta bertawakkal kepada Allah -Subhanahu wa ta'ala-.
 Baca juga: Petunjuk Walisongo Dalam Menghadapi Bidah

Bukan Abu Abdil Malik Marwan Ibn Ali al-Asadi al-Buni al-Faqih al-Maliki sahabat Abul Hasan al-Qabisi-asal Andalus, pindah ke Afrika dan tinggal di kota Bunah hingga wafat sebelum tahun 440 H, yang banyak disebut dalam kitab Fathul Bari, tetapi ia adalah al-Buni al-Maghribi al-Shufi pemilik kitab-kitab perdukunan seperti ar-Rahmah fit Thibbi wal Hikmah, al-Syu'lah an-Nuraniyyah, Lathaiful Isyarat fi Asraril Huruf al maklumat (kalau tidak salah ia adalah Abul Abbas Ahmad ibnu Hamzah al-Buni).

Semoga Allah subhanahu wata’ala senantiasa menjaga kita dan kaum muslimin dari berbagai penyimpangan dlm menjalankan agama ini. Amin.

Rabu, 24 Februari 2016

Munculnya Ulama Yang Menyeru Ke Kesesatan

Banyak sekali kalangan orang orang yang menyandang status dai, habib, kyai, syaikh dan lain sebagainya tapi justru mereka secara sadar atau tidak sadar telah menjerumuskan umat islam kedalam kesesatan aqidah. Mereka membuat ajaran aturan ibadah baru seperti bacaan sholawat atau amalan amalan wiridan serta berbagai syariat baru yang tidak ada tuntunan dari Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Ini seperti kejadian salah satu ustad televisi yang membolehkan memiliki pemimpin dari non muslim dengan menganalogikan pemimpin itu seperti pilot pesawat jadi boleh dari kalangan mana saja. Sungguh ini menjadi penyesatan umat karena umat muslim wajib mempunyai pemimpin dari kalangan muslim.
Munculnya Ulama Yang Menyeru Ke Kesesatan sebagai tanda tanda dekatnya hari kiamat




Islam agama yang sempurna jadi tidak perlu ada penambahan ajaran.

Allah Azza wa Jalla berfirman:
“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu ...” (QS. Al-Maa-idah: 3)

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah (wafat th. 774 H) menjelaskan, “Ini merupakan nikmat Allah Azza wa Jalla terbesar yang diberikan kepada umat ini, tatkala Allah menyempurnakan agama mereka. Sehingga, mereka tidak memerlukan agama lain dan tidak pula Nabi lain selain Nabi mereka, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla menjadikan beliau sebagai penutup para Nabi dan mengutusnya kepada seluruh manusia dan jin. Sehingga, tidak ada yang halal kecuali yang beliau halalkan, tidak ada yang haram kecuali yang diharamkannya, dan tidak ada agama kecuali yang disyari’atkannya. Semua yang dikabarkannya adalah haq, benar, dan tidak ada kebohongan, serta tidak ada pertentangan sama sekali. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :

“Dan telah sempurna kalimat Rabb-mu (Al-Qur-an), (sebagai kalimat) yang benar dan adil ...” (QS. Al-An’aam: 115)

Dai yang menyeru ke kesesatan sudah digambarkan oleh Rasulullah SAW

Agama islam ini telah sempurna jadi tidak perlu ada lagi penambahan penambahan baru dalam melaksanakan tuntunan agama yang mengatur kehidupan manusia. Seperti terbitnya kitab mujarobat yang banyak mengajarkan kesesatan. Namun sebenarnya hal ini telah disinyalir oleh Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam di dalam beberapa hadits di bawah ini. Diantaranya adalah hadits dari Hudzaifah bin al-Yaman radliyallahu anhu yang panjang,

Dari Hudzaifah bin al-Yaman radliyallahu anhu berkata, Orang-orang bertanya kepada Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam tentang kebaikan sedangkan aku bertanya kepadanya tentang keburukan karena aku khawatir keburukan itu akan menimpaku. Aku berkata, “Wahai Rasulullah sesungguhnya kami dahulu di dalam masa kejahiliyahan dan keburukan, lalu Allah datang kepada kami dengan membawa kebaikan ini, maka adakah keburukan sesudah kebaikan ini?”. Beliau menjawab, “Ya”. Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apakah ada kebaikan sesudah keburukan ini?”. Beliau menjawab, “Ya, dan pada masa itu ada dakhon (kabut)”. Aku bertanya, “(wahai Rasulullah), apakah kabutnya itu?”. Beliau menjawab, “ada kaum yang memberi petunjuk dengan selain petunjukku, yang mengenali dan mengingkari sebahagian mereka”. Aku berkata, “(Wahai Rasulullah !) apakah ada keburukan sesudah kebaikan itu ?”. Beliau menjawab, “Ya, akan ada beberapa da’i yang menyeru kepada (di dalam riwayat lain, “berdiri di atas) pintu-pintu neraka jahannam. Barangsiapa yang menjawab (seruan) mereka, maka mereka akan melemparkannya ke dalam nereka jahannam tersebut”. Aku berkata, “Wahai Rasulullah, terangkanlah sifat-sifat mereka !”. Beliau menjawab, “Mereka itu adalah dari jenis kulit kita dan berbicara dengan dengan bahasa kita”. [HR al-Bukhoriy: 3606, 7084, dan lafazh ini baginya, Muslim: 1847, Ahmad: V/ 386-387, 403, 406, Abu Dawud: 4246 dan Ibnu Majah: 3979. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih, lihat Fat-h al-Bariy: VI/ 615-616, XIII/ 35, al-Jami’ ash-Shahih: VI/ 20, Shahih Muslim bi Syarh an-Nawawiy: XII/ 237, Mukhtashor Shahih Muslim: 1231, Shahih Sunan Abu Dawud: 3571, ‘Aun al-Ma’bud: XI: 212-213, Shahih Sunan Ibnu Majah: 3214, Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 2994, Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: 1791 dan Tahqiq Misykah al-Mashobih: 5382].

Berkata al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah, “Mereka itu adalah dari jenis kulit kita, yaitu dari kaum kita, dari orang yang berbahasa dan bermillah kita”. Di dalamnya terdapat suatu isyarat bahwasanya mereka itu adalah dari orang Arab. Berkata ad-Dawudy, “yaitu dari anak Adam (manusia)”. Dan berkata al-Qoobisiiy, “artinya adalah bahwasanya mereka itu pada lahirnya di atas agama kita, tetapi di batinnya menyelisihi”. [Fat-h al-Bariy: XIII/ 36].

Di dalam riwayat Muslim dari jalan yang lain, Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Akan ada sepeninggalku beberapa imam yang tidak mengambil petunjuk (bimbingan) dengan petunjukku dan tidak mengambil sunnah dengan sunnahku, dan akan tegak di kalangan mereka beberapa lelaki yang hati mereka adalah hati setan di dalam tubuh manusia”. [Shahih Muslim: 1847, al-Jami’ ash-Shahih: VI/ 20 dan Shahih Muslim bi Syarh an-Nawawiy: XII/ 238].

Di dalam riwayat Ibnu Majah, Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Akan ada beberapa fitnah, di atas pintunya ada beberapa da’i (yang mengajak) ke neraka. Engkau mati dalam keadaan menggigit batang pohon lebih baik bagimu daripada mengikuti salah seorang dari mereka”. [HR Ibnu Majah: 3981. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy Shahih sebagaimana di dalam Shahih Sunan Ibni Majah: 3216 dan Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: 1791].

Ulama yang menyesatkan ada karena tidak ikuti bimbingan dan petunjuk sunnah Rasulullah SAW

Dari dalil di atas, dapat diketahui bahwa akan ada dan senantiasa ada beberapa da’i yang akan mengajak kepada kesesatan dan neraka Jahannam. Maka rugi dan celakalah bagi orang yang menjawab dan mengikuti seruan atau dakwah mereka tersebut. Hal ini disebabkan para da’i tersebut tidak mengikuti bimbingan, petunjuk dan sunnah Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, bahkan ada dikalangan mereka yang berhati setan (Iblis) dengan membawa visi dan misi menuju kepada kesesatan dan neraka Jahannam dengan berbagai upaya dan segala macam tipu daya. Ma’adzallah.

Akibat Bagi Orang Yang Mengajarkan Amalan Bid'ah

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk maka adalah baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, yang demikian itu tidak mengurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka adalah atasnya dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, yang demikian itu tidak mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka”. [HR Muslim: 2674, dan lafazh ini baginya, at-Tirmidziy: 2674, Abu Dawud: 4609, Ibnu Majah: 206, Ahmad: II/ 397 dan ad-Darimiy: I/ 130-131. Berkata Abu ‘Isa at-Tirmidziy: Hadits ini adalah Hasan Shahih, dan berkata asy-Syaikh al-Albaniy: : Shahih, lihat al-Jami’ ash-Shahih: VIII/ 62, Shahih Muslim bi Syarh an-Nawawiy: XVI/ 227, Mukhtashor Shahih Muslim: 1860, Shahih Sunan at-Tirmidziy: 2154, Tuhfah al-Ahwadziy: VII/ 410-411, Shahih Sunan Abi Dawud: 3853, ‘Aun al-Ma’bud: XII/ 236, Shahih Sunan Ibnu Majah: 171, Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 6234, Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: 865, Shahih at-Targhib wa at-Tarhib: 114, Misykah al-Mashobih: 158, Riyadl ash-Sholihin: 174, 1380, Tahqiq Riyaadl ash-Sholihin: 179, 1390 dan Faydl al-Qodir: 8663].

Berkata al-Imam an-Nawawiy rahimahullah, “Dan barangsiapa mengajak (berdakwah) kepada petunjuk maka ia akan mendapatkan seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, atau (barangsiapa berdakwah) kepada kesesatan maka ia akan memperoleh dosa orang-orang yang mengikutinya, sama saja apakah petunjuk dan kesesatan itu ia yang memulainya ataukah telah didahului (oleh orang lain), dan sama saja apakah petunjuk dan kesesatan tersebut mengajarkan ilmu, ibadah, adab atau selain itu”. [Shahiih Muslim bi syarh an-Nawawiy: XVI/ 227].
Berkata asy-Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilaliy hafizhohullah , “Wajib bagi muslim agar waspada terhadap dakwah-dakwah palsu dan menjauhkan diri dari teman-teman yang buruk karena ia akan dimintai pertanggung-jawaban terhadap apa yang ia amalkan”. [Bahjah an-Nazhirin: I/ 262].

Dari Anas bin Malik, dari Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bahwasanya ia bersabda, “Dai manapun yang mengajak kepada kesesatan lalu ia diikuti, maka baginya seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, dan tidak akan berkurang sedikitpun dari dosa-dosa mereka. Dan da’i manapun yang mengajak kepada petunjuk lalu ia diikuti, maka baginya seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya dan tidak akan berkurang sedikitpun dari pahala-pahala mereka”. [HR Ibnu Majah: 205. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih, lihat Shahih Sunan Ibnu Majah: 170, Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 2712 dan Fay-dl al-Qodir: 3010].

Rasulullah SAW sangat khawatir akan para ulama yang justru membawa ke kesesatan


Dan bahkan Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam sangat mengkhawatirkan adanya fitnah dan bahaya yang akan menimpa umatnya, yang ditimbulkan oleh para imam mereka yang sesat lagi menyesatkan. Dengan dakwah dan fatwa yang tidak berlandaskan kepada keimanan dan petunjuk atau dalil, para imam tersebut merusak tatanan syariat islam, sehingga yang benar menjadi salah, yang salah menjadi benar, tauhid menjadi syirik dan syirik menjadi tauhid, yang sunnah menjadi bid’ah dan yang bid’ah menjadi sunnah. Sebagaimana telah diungkapkan oleh Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam di dalam hadits berikut,

Dari Tsauban berkata, Telah bersabda Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam, “Hanyalah yang aku takuti (khawatirkan) atas umatku adalah para imam yang menyesatkan”. [HR at-Tirmidziy: 2229, dan lafazh ini baginya, Ibnu Majah: 3952, Abu Dawud: 4252, Ad-Darimiy: II/ 311 dari Tsauban, I/ 70 dari Abu Darda’, dan Ahmad: V/ 278, 283 dari Tsauban, V: 145 dari Abu Dzarr, IV/ 123 dari Syaddad bin Aus, VI/ 441 dari Abu Darda’ dan I/ 42 dari ‘Umar bin al-Khoththob. Berkata at-Tirmidziy: hadits ini adalah hadits hasan shahih, dan berkata asy-Syaikh al-Albaniy: shahih, lihat Shahih Sunan at-Tirmidziy: 1817, Tuhfah al-Ahwadziy: VI/ 408-409, Shahih Sunan Ibnu Majah: 3192, Shahih Sunan Abu Dawud: 3577, ‘Aun al-Ma’bud: XI/ 218, Shahih al-Jami’ ash-Shaghiir: 1551, 2316, Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: 1582, Tahqiiq Misykah al-Mashobih: 5394 dan Fay-dl al-Qodir: 2563].

Berkata al-Imam al-Mubaarokfuuriy, “Yaitu orang yang mengajak kepada bid’ah-bid’ah, perbuatan fasiq dan dosa-dosa”. [Tuhfah al-Ahwadziy: VI/ 408 dan ‘Aun al-Ma’buud: XI/ 218].
Berkata al-Imam al-Munaawiy, “Yaitu orang-orang yang menyimpang lagi menyimpangkan (manusia) dari kebenaran”. [Fay-dl al-Qodir: II/ 563].
Dari Ziyaad bin Hudair berkata, Umar pernah berkata kepadaku, “Apakah engkau tahu apakah yang meruntuhkan islam?”. Aku berkata, “Tidak”. Umar berkata, “Yang meruntuhkan islam itu ialah tergelincirnya orang berilmu, debatnya orang munafik dengan alqur’an dan hukumnya imam-imam yang menyesatkan”. [Atsar ini diriwayatkan oleh ad-Darimiy: I/ 71. Berkata asy-syaikh al-Albaniy: Shahih, lihat Misykah al-Mashobih: 269 dan Mukhtashor Jami’ Bayan al-’ilmi wa fadllihi nomor: 122 halaman 116].

Munculnya Ulama yang menyeru ke kesesatan adalah tanda dekatnya hari kiamat

Dan Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam telah menerangkan sebagian tanda-tanda hari kiamat adalah dengan dituntutnya ilmu tentang agama dari sisi para ahli bid’ah atau orang-orang yang berkata dengan pendapat mereka, sebagaimana hadist berikut ini,

Dari Abu Umayyah al-Jamhiy bahwasanya Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya sebahagian dari tanda-tanda hari kiamat adalah dituntutnya ilmu dari sisi al-Ashoghir”. [HR Ibnu al-Mubarak di dalam kitab az-Zuhd: 61 halaman 20-21 dan ath-Thabraniy. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih, lihat Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 2207, Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: 695, Asyraath as-Saa’ah oleh Yusuf al-Wabil halaman 183, Mukhtashor Jaami’ Bayaan al-Ilmi wa fadllihi oleh Ibnu Abdilbarr halaman 67-68 dan Fay-dl al-Qodir: II/ 533 hadits nomor: 2475].

Dari Abdullah bin Mas’ud berkata, “manusia itu senantiasa di dalam kebaikan selama ilmu itu datang kepada mereka dari arah para shahabat Muhammad saw dan akaabir (yaitu para orang besar) mereka. Maka apabila ilmu itu datang kepada mereka dari ashooghir mereka maka pada saat itulah mereka binasa”. [Telah mengeluarkan atsar ini Ibnu al-Mubarak di dalam az-Zuhd: 815 halaman 281].

Pernah ditanyakan kepada Ibnu al-Mubarak, “siapakah al-Ashooghir itu?”. Ia menjawab, ” mereka adalah orang-orang yang berkata dengan ro’yu (pendapat) mereka. Adapun anak kecil meriwayatkan dari orang besar maka bukanlah anak kecil”. [Lihat catatan kaki nomor 2 kitab az-Zuhd halaman 21, Asyraath as-Saa’ah halaman 183 dan Mukhtashor Jaami’ Bayaan al-Ilmi wa fadllihi halaman 68].
Berkata Ibnu al-Mubarak, “al-Ashooghir itu adalah para ahli bid’ah”. [Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: I/ 316, Asyrath as-Sa’ah halaman 183 dan Fay-dl al-Qodir: II/ 533].
Ibnu Ubaid menyebutkan bahwasanya yang dimaksud shoghir (kecil) di dalam (hadits) ini adalah kecil di dalam kemampuan bukan di dalam usia. [Fay-dl al-Qodir: II/533].

Menilik hadits di atas bersama penjelasannya, maka apa yang telah disebutkan oleh Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam pasti akan terjadi dan kinipun telah terbukti, yakni banyak dan maraknya kaum muslimin menimba dan menuntut ilmu agama dan akhirat dari orang-orang yang dikenal sebagai ashooghir, yang telah dijelaskan oleh para ulama salaf sebagai ahli bid’ah dan orang yang berucap dengan pendapat mereka sampai menjelang datangnya hari kiamat. Dan hal ini merupakan celaan bagi mereka. asy-Syaikh Yusuf bin Abdullah bin Yusuf al-Wabil rahomahullah di dalam kitabnya Asyrath as-Sa’ah menyebutkan hadits ini sebagai tanda-tanda hari kiamat yang ketiga puluh lima dari tanda-tanda hari kiamat kecil.

Agar terjaga dari penyesatan para ulama yang membawa ke kesesatan.

Banyaknya pertentangan yang terjadi dikalangan ulama bisa membuat umat bingung untuk mengikuti aturan yang benar. Dan jika salah mengikuti maka bisa jadi malah ikut dengan ulama yang justru membawa ke kesesatan. Untuk itu Al Quran sudah memberikan jalan jika menghadapi pertentangan seperti ini:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya), dan Ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa: 59)

Pelajari Al Quran dan hadist agar terjaga dari penyesatan.

Kembali kepada Al Quran sebagai rujukan yang utama kemudian Hadist sebagai penjelas itu lebih baik jika menghadapi fatwa ulama yang membingungkan seperti fatwa ustad televisi yang beberapa waktu lalu membolehkan memilih pemimpin dari kalangan non muslim.

Dari Abi Nujaih ‘Irbadl bin Sariyyah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memberi pelajaran kepada kami sehingga hati kami takut kepadanya dan mata mencucurkan air mata. Kami berkata : “Wahai Rasulullah, sepertinya pelajaran ini adalah pelajaran orang yang akan berpisah ? Oleh karena itu, berilah kami nasihat”. Beliau bersabda : “Aku wasiatkan hendaklah kalian bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat kendati kalian diperintah oleh seorang budak, karena orang-orang yang hidup (sepeninggalku) dari kalian akan melihat pertentangan yang banyak. Maka, hendaklah kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah para khulafaur-rasyidin yang mendapat petunjuk sesudahku. Gigit (pegang erat) sunnah tersebut dengan gigi geraham. Tinggalkanlah hal-hal yang baru, karena setiap bid’ah adalah sesat” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 4607; At-Tirmidzi no. 2676; Ahmad 4/126-127; Ad-Darimi 1/44; Ibnu Majah no. 43,44; Ibnu Abi ‘Ashim dalam As-Sunnah no. 27; Ath-Thahawi dalam Syarh Musykilil-Atsar 2/69; Al-Baghawi no. 102; Al-Aajurriy dalam Asy-Syari’ah hal. 46; Al-Baihaqi 6/541; Al-Lalika’i dalam Syarh Ushulil-I’tiqad no. 81; Al-Marwadzi dalam As-Sunnah no. 69-72; Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 5/220, 10/115; dan Al-Hakim 1/95-97. Hadits tersebut berkualitas shahih].
 Baca juga: Petunjuk Walisongo Dalam Menghadapi Bidah
Dari sini sudah jelas pengetahuan dan ilmu yang didapat dari mempelajari Al Quran dan hadist secara langsung serta mengikuti dan mengamalkan apa yang sudah dipelajari itulah yang akan menyelamatkan kita dari seruan seruan yang dilancarkan oleh para ulama yang tersesat. Agar ilmu dan amalan yang kita dapat dan kita lakukan betul betul bisa menyelamatkan bukan menjadi penyesalan di hari Akhirat.

Allah ta'ala berfirman yang artinya:
(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.(QS. 2:166)

Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti:` Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami. `Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api neraka.(QS. 2:167)

Pada hari itu pula tiada gunanya harta, anak dan kekuasaan kecuali orang yang datang kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan hati yang bersih dan suci.

Kesesatan Kitab Mujarobat

Di kalangan masyarakat muslim banyak beredar kitab kitab ilmu hikmah yang mengajarkan ilmu ilmu praktek perdukunan yang bersumber dari kitab karangan dukun arab Ahmaq bin Ali al-Buni dan Imam Ghazali Gadungan ( ini karena Imam Ghazali yang asli tidak mengajarkan ilmu sihir). Kitab kitab ini biasa disebut kitab mujarobbat.



Kitab mujarobat mengajarkan cara membuat jimat, wafaq, rajah serta sihir dan pratek perdukunan

Kitab mujarobat ini sangat sesat dan merusak aqidah umat islam karena mengajarkan umat islam cara membuat ajimat, wafaq, rajah. Padahal Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam melarang keras umatnya mempunyai jimat. Walau yang dijadikan jimat itu ayat ayat Al Quran. Untuk mengetahui akibat yang sangat dahsyat yang akan diterima oleh para penunjuk pengajar atau pengajak ke arah ilmu ilmu yang sesat silahkan kunjungi Akibat Bagi Orang Yang Mengajarkan Sihir Amalan Bid'ah.

Kitab kitab ini sangat banyak ditemukan di penjual penjual buku kaki lima di kota kota indonesia. Dan penulis nya banyak juga yang menyandang gelar ustad habib dan kyai tapi justru membuat kitab yang menyesatkan aqidah. Sungguh kecelakaan yang besar bagi pengarang buku buku ini karena apa yang mereka lakukukan ternyata membuat sebagian umat menjadi tersesat.

Syaikh Abdullah al-Jibrin berkata: “Kitab ini (karya al-buni, imam ghazali gadungan) termasuk kitab khurafat, penulisnya telah memenuhinya dengan kedustaan, khurafat, kebatilan, aqidah rusak yang orang yang meyakininya maka dia kufur. Kitab ini juga penuh dengan ajaran sihir dan perdukunan, oleh karenanya kitab ini banyak digemari oleh para dukun. Kitab ini telah menimbulkan banyak kerusakan dan menjerumuskan banyak orang dalam jeratan kekufuran dan kesesatan. Maka kami menasehatkan kepada setiap muslim untuk menjauhinya, barangsiapa yang terlajur memilikinya maka hendaknya membakarnya. Sebagaimana kami menasehatkan kepada setiap muslim untuk banyak membaca Al-Qur’an dan kitab-kitab hadits seperti shahih Bukhari Muslim, sunan, kitab-kitab tauhid, sebab hal itu akan dapat menjaga agama seorang. Wallahu A’lam”. (Fatawa Islamiyah 3/365)

Mempunyai Jimat itu telah berbuat syirik

Adapun jimat (tamimah) jelas-jelas dilarang oleh Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam
. Telah menceritakan kepada kami Abdushshamad bin Abdil Warits Telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Muslim Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Abu Manshur dari Dukhain Al Hajr dari Uqbah bin Amir Al Juhani, bahwa ada serombongan orang datang menemui Rasulullah s.a.w. lalu beliau membaiat sembilan orang dari mereka dan menahan satu orang. Maka para sahabat pun bertanya, “Wahai Rasulullah, engkau baiat sembilan orang dan engkau biarkan orang ini!” Beliau menjawa: “Orang itu mengenakan tamimah ( jimat).” Beliau kemudian memasukkan tangannya dan memutus tamimah (jimat) orang itu.lalu beliau membaiatnya dan bersabda: “Barangisapa yang menggantungkan tamimah (jimat) maka ia telah berbuat syirik.” (H.R. Ahmad 16781)

Banyak umat yang terkena gangguan jin karena amalan yang salah

Banyak sekali kejadian orang orang yang terkena gangguan jin berat setelah melakukan amalan amalan yang salah yang diajarkan bersumber dari kitab mujarobat. Diantaranya wiridan jutaan kali mengundang jin, Amalan untuk Qori agar suara bagus (testimoni), Sakaratul Maut yang panjang akibat menganut ilmu khodam, Saat tubuh di rajah, jin laut pun masuk, dan berbagai kisah ruqyah lainnya.

Kitab semacam mujarrobat dan yang sejenisnya memang kitab yang sesat dan menyesatkan. Karena tidak ada dasar masyru’iyahnya baik dari tafsir Al-Quran Al-Karim maupun hadits Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Dan banyak isinya justru sangat bertentangan dengan aqidah Islamiyah dan ajaran yang lurus dari syariat Islam. Dan jangan terbujuk dengan title kyai, habib, ustad karena ada ulama yang justru menyeru kepada kesesatan.

Sebaiknya seorang muslim menghindari praktek seperti itu agar aqidahnya bisa terjaga dan baik. Dan kita semua punya kewajiban untuk memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya kepada khalayak umat Islam atas penyimpangan seperti ini dan mengarahkan mereka untuk kembali kepada praktek yang sesuai dengan syariat Islam.

Akibat Bagi Orang Yang Mengajarkan Sihir Amalan Bid'ah

Orang orang yang menunjukkan jalan atau mengajarkan atau mengajak sihir atau amalan bid'ah atau kepada hal hal yang menyelisihi syariat agama ternyata akan menanggung dosa seluruh orang yang mengikuti apa yang dia tunjukkan, ajarkan atau ajak. Dan tentu saja ini sangat mengerikan karena jika ajarannnya di ikuti oleh orang banyak maka tidak akan bisa dibayangkan besarnya dosa yang dia tanggung.
Orang orang yang menunjukkan jalan atau mengajarkan atau mengajak kepada hal hal yang menyelisihi syariat agama ternyata akan menanggung dosa seluruh orang yang mengikuti apa yang dia tunjukkan, ajarkan atau ajak.



Mengajarkan ilmu sihir itu tidak ada keuntungan di akhirat

Apalagi jika yang diajarkan itu hal hal yang menentang dan melawan sang pencipta kita Allah seperti mengajarkan sihir santet teluh atau berbagai ilmu dan amalan yang menyelisihi syariat yang dibawa Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu melakukan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir, tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, padahal keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seseorang sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir.” Maka mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu sesuatu yang dapat memisahkan antara seorang (suami) dengan istrinya. Mereka (ahli sihir) tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barang siapa yang menukar (kitab Allah) dengan sihir itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu.” (QS. Al Baqarah 102)

Dosa yang berlimpah ruah akibat menunjukkan jalan yang buruk

Beberapa paranormal atau dukun sebelum memberikan pengetahuan tentang ilmu ilmu sihir atau amalan bid'ah selalu mengatakan "Kami tidak bertanggung jawab atas dosa pengguna" atau "dosa di tanggung sendiri sendiri" maka sesungguhnya hal itu tidak berlaku. Dosa orang orang yang mengikuti petunjuk atau ilmu yang diajarkan akan tetap di tanggung oleh orang yang mengajarkan.
Baca juga: Petunjuk Walisongo Dalam Menghadapi Bid'ah

Pemberi jalan buruk menanggung dosa yang mengikuti tanpa kurangi dosa orang yang mengikuti

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
dan barang siapa yang membuat jalan kejelekan dalam Islam, kemudian kejelekan tersebut tetap dilakukan setelahnya, maka akan dituliskan baginya ganjaran dosa orang-orang yang melakukannya tanpa harus mengurangi dosa-dosa mereka. (HR Muslim)

Qabil juga menanggung dosa seluruh pembunuhan yang terjadi

Takutlah kita akan hadits berikut, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tiada pembunuhan yang terjadi karena kezhaliman, melainkan anak Adam yang pertama (yakni Qabil) yang akan menanggung dosa pembunuhan tersebut karena dialah yang pertama kali melakukannya.” (HR. Bukhari no. 32 dan Muslim no. 1677)

Jika kita lihat di hadist ke dua, pembunuhan pertama kali dilakukan oleh Qabil. Maka semua pembunuhan yang terjadi setelah peristiwa pembunuhan pertama, Qabil juga ikut menanggung dosa tersebut.

Rabu, 17 Februari 2016

Ancaman Bagi Penentang Sunnah Rasulullah SAW

Bagi orang orang yang mengejek dan menentang sunnah sunah yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam maka mereka bukan lah termasuk dari golongan Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam walau dia mengaku ngaku sebagai muslim.

Kafir bagi para pengejek sunnah

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآَيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman.” (QS. At-Taubah 9: 65-66)
Bagi orang orang yang mengejek dan menentang sunnah sunah yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam maka mereka bukan lah termasuk dari golongan Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam walau dia mengaku ngaku sebagai muslim.


Mari sibukkan diri dengan menjalankan sunnah-sunnah Rosulullah ﷺ dan meninggalkan apa yg tidak beliau ﷺ sunnahkan

Para penentang Sunnah itu sesat

Allah ﷻ berfirman: “Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An Nisa’: 115)

Bukan termasuk golongan Rasulullah

“Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa yang membenci sunnahku maka bukan dariku.”

Siapa yang membenci ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, perlu dipertanyakan pembelaanya.

Siapa yang membenci tauhid, sunnah, jilbab wanita muslimah yang sesuai syariat, memanjangkan jenggot, mengangkat celana di atas dua mata kaki, makan dan minum dengan tangan kanan, siapa yang membenci semua ini, perlu dipertanyakan keimanannya

Tetap berpegang tali sunnah dan abaikan yang menentang

“Para ulama bersepakat bahwa barangsiapa yang telah jelas baginya sebuah sunnah/ajaran/hadits Rasulullah, maka tidak boleh baginya untuk meninggalkannya karena perkataan seorangpun.” (Lihat kitab Ar Ruh, 264 dan kitab I’lam Al Muwaqqi’in, 2/282, kedua karya Ibnul Qayyim dan kitab Al Ittiba’, hal. 24, karya Ibnu Abu Al ‘Izz)

Artikel Terbaru