Jika kita sudah mengucapkan suatu nazar/nadzar maka bagiamanapun caranya hendak segera di lakukan jika apa yang menjadi keinginannya telah tercapai. Karena jika kita mengingkari maka ini akan menjadi sebuah dosa. Dan dosa adalah pintu masuk gangguan setan dari kalangan jin untuk menyengsarakan manusia sebagai hukuman dunia dengan ijin Allah azza wa jalla.
ثُمَّ لْيَقْضُوا تَفَثَهُمْ وَلْيُوفُوا نُذُورَهُمْ
“Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka.” (QS. Al Hajj: 29)
خَيْرُكُمْ قَرْنِى ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ – قَالَ عِمْرَانُ لاَ أَدْرِى ذَكَرَ ثِنْتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا بَعْدَ قَرْنِهِ – ثُمَّ يَجِىءُ قَوْمٌ يَنْذُرُونَ وَلاَ يَفُونَ ، …
“Sebaik-baik kalian adalah orang-orang yang berada di generasiku, kemudian orang-orang setelahnya dan orang-orang setelahnya lagi. -‘Imron berkata, ‘Aku tidak mengetahui penyebutan generasi setelahnya itu sampai dua atau tiga kali’-. Kemudian datanglah suatu kaum yang bernazar lalu mereka tidak menunaikannya, …. ” (HR. Bukhari no. 2651). Hadits ini menunjukkan berdosanya orang yang tidak menunaikan nazar.
Dan dibawah ini adalah kisah ruqyah dari seseorang yang lupa menunaikan kewajiban nazarnya 20 tahun lalu. Berikut kisah nya kami tulis ulang untuk anda para pembaca ruqyah Athallah:
Tahun 1986, aku baru lulus STM. Usiaku baru dua puluhan tahun. Mungkin terbilang telat bagi anak-anak zaman sekarang, lulus sekolah menengah pada usia sepertiku. Tapi bagiku dan teman-teman, itu sudah lumrah. Bukan hal Yang aneh.
Saat itu, untuk mencari pekerjaan di kampung halamanku tidaklah semudah sekarang. Tidak banyak lapangan kerja yang terbuka bagi pencari kerja di Solo, Jawa Tengah. Mau menggeluti pertanian seperti orangtua, dalam benakku saat itu juga bukan sebuah pilihan awal.
ljazah SMA sudah dalam genggaman. Aku ingin mencari suasana baru. Dunia kerja yang berbeda dengan yang kujalani selama ini, sebagai anak seorang petani. Masalahnya, lapangan kerja yang tersedia tidak memberikan, ruang yang cukup bagiku dan teman-teman.
Aku yang terbiasa pergi pagi pulang siang, menjadi jenuh di rumah seharian. Aku rindu kembali dengan suasana pegunungan. Selama sekolah, aku memang ikut bergabung dengan perguruan beladiri. Setidaknya sabuk hijau sudah dalam genggaman.
Aku larut dalam kenangan indah di puncak Argodalem. Beratapkan langit, berdinding hamparan pohon pinus. Gelegak darah mudaku kembali menggelora. Hasrat dan keinginan untuk mendaki gunung muncul kembali. Ah, mengapa tidak ke pertapaan Pringgondani saja, pikirku. Bukankah, tempat itu diyakini sebagai tempat keramat? Banyak orang datang ke sana dengan berbagai alasan. Konon, berdoa di pertapaan Pringgondani itu mudah terkabul.
Aku menerawang, jauh ke depan. Membayangkan puluhan tahun ke depan. Masa-masa indah yang kuimpikan. Aku tidak memungkiri bila dalam hati terbesit keinginan yang kuat untuk menjadi pegawai negeri. Entah, mengapa keinginan itu begitu kuat. Rasanya, senang berseragam rapi dan tiap hari ke kantor. Tidak lagi berkubang dengan tanah dan lumpur.
“Allahu Akbar, Allahu Akbar,” adzan Dzuhur yang berkumandang dari mushalla menyadarkanku dari lamunan. Aku pun bergegas mengambil air wudhu, membiarkan lamunan pergi sesuka hatinya. Hatiku sudah mantap. Esok aku akan mendaki gunung Lawu kembali. Kali ini tidak sampai jauh menembus ke puncak. Cukup di kaki gunung saja. Tepatnya di pertapaan Pringgondani.
Berbekal dengan sedikit makanan untuk satu dua hari, aku idzin kepada orangtuaku. Seperti biasanya, bapak dan ibu tidak mencegahku mendaki gunung. Mereka hanya berpesan, agar aku lebih berhati-hati.
Aku mendaki dari Grojogan Sewu, menyusuri jalanan setapak yang membawaku ke pertapaan. Sunyi, hening. Hanya kicauan burung dan binatang hutan yang menemani Perialananku. Tiga jam lamanya, kususuri jalanan yang sesekali berlumpur itu. Menyibak perdu yang kadang menghalangi jalan. Kubiarkan duri-duri kecil menyapa lengan, meninggalkan goresan merah di kulit. Hingga akhirnya aku sampai di pertapaan Pringgondani.
Malam harinya aku menginap di sana. Karena aku masih ingin menikmati suasana pegunungan yang damai. Jauh dari suasana kebisingan. Meski ada sepuluhan orang di sana, tapi masing-masing tahu diri. Tidak ada yang mengganggu ketenangan. Ada yang duduk bersila dengan tasbih di tangan. Ada juga yang mengelilingi api unggun.
Aku memperkuat doa di malam itu dengan, bernadzar. Aku akan menyembelih kambing, sebagai tanda sukur bila keinginanku itu terkabul.
Hari-hari pertama, aku memang sempat kebingungan, kemana harus melangkah. Tapi aku tidak mau menyerah. Aku bertanya kepada orang-orang yang kutemui, apakah ada yang membutuhkan tenaga. Berkali-kali aku ditolak, tapi tidak membuat nyaliku menciut. Aku tetap yakin bahwa Allah akan menolong hamba-Nya yang sedang dalam kesulitan.
Bagiku saat itu kerja apa saja, tidak masalah. Yang penting halal. Puluhan orang yang sudah kutanya, rata-rata jawaban mereka sama. “Tidak ada lowongan keria, dik.” Hingga aku sampai di sebuah rumah yang lumayan bagus. Aku berharap pemilik rumah itu sedang membutuhkan tenaga kerja.
Dalam hitungan bulan, cita-cita untuk menjadi pegawai negeri itu pun terkabul. Saat itu, aku masih ingat nadzar yang kuucapkan saat di pertapaan Pringgondani. Aku ingat bahwa aku telah berjanji untuk menyembelih kambing. Hanya saja, nadiar itu belum bisa aku tunaikan, karena keterbatasan dana yang kumiliki. Meminta dana ke orangtua juga tidak mungkin. Alhasil, aku berpikir, ah nanti saja potong kambingnya, kalau uang sudah terkumpul.
Selama bertahun-tahun aku hidup dengan tenang bersama istriku sebelum akhirnya pindah ke rumah kontrakan di Jakarta Timur. Rumah yang kutempati itu, kata tetangga, memang angker. Letaknya saja berdampingan dengan kuburan Cina.
Seuatu saat, ada penampakan yang menyerupai istriku. Dalam pandanganku makhluk itu persis seperti dirinya. Wajahnya, bentuk rambutnya tidak berbeda. Pakaian yang dikenakannya pun sama. Bagai pinang dibelah dua. Keduanya di pinggir ranjang. Bedanya, satu dari kedua wanita itu menyusui anakku. ltu yang membuatku yakin bahwa yang hanya memandangiku dan anakku secara bergantian itu hanyalah penampakan dari jin.
Kuusap mataku berulang-ulang. Tapi kedua wanita itu tetap di tempatnya. Awalnya, aku khawatir bila itu hanya halusinasi semata. Kucubit lenganku, ternyata aku tidak juga bermimpi. lni nyata. Aku yakin satu di antara mereka ada yang penjelmaan jin. Karena itulah kudekati pelan-pelan wanita yang tidak menyusui anakku. Dan, … bag-bug, bag-bug … kulayangkan tangan menghantam wanita itu. “Mas, Mas, ada apa Mas …” teriak wanita yang menyusui anakku. Ia terkejut melihat apa yang kulakukan, karena ia memang tidak melihat wanita selain dirinya. Aku hanya memukul tempat kosong, tapi dalam benakku aku memukul penjelmaan jin yang langsung menghilang.
“Mas, ada apa Mas?” Tanya istriku lagi. Sedari tadi aku belum menjawab pertanyaannya. “Ada yang menyerupai adik,” jawabku. “Kupukul saja biar dia tidak berani mengganggu lagi.”
Kuceritakan apa bang baru saja kulihat serta penampakan-penampakan lainnya di dalam rumah ini. lstriku hanya mengangguk pelan. la percaya, bila ada yang menyerupai dirinya. Sebab pengalaman di rumah kontrakan itu telah menyadarkan kami bahwa dunia jin memang nyata. Mereka juga sering menampakkan diri dalam bentuk yang bermacam-macam.
Meski demikian, aku bersyukur. Kedua anakku tidak mengalami kejadian yang aneh. Selama ini mereka hidup tenang, seperti anak-anak tetangga. Selain dari gangguan di rumah kontrakan itu, selama ini aku tidak merasakan adanya keanehan lain. Di kantor atau dimanapun aku bertugas. Lantaran itu aku mengambil kesimpulan bahwa rumah kontrakan itu yang angker. Bukan diriku. Logikanya, siapapun yang menempati rumah itu kemungkinan besar akan melihat berbagai penampakan jin.
Waktu itu aku berobat ke dokter. Namun, kata dokter, tidak ada penyakit berat yang menimpaku. Itu hanya panas biasa. Hatiku tenang mendengar hasil diagnose dokter tersebut. Tapi ketika suhu badan itu tidak juga turun meski telah berlangsung seminggu, aku mulai khawatir. Siang malam, aku gelisah. Aku seperti orang yang kebingungan. Duduk menetap tiga menit saja, sudah tidak betah. Pindah sini. Pindah sana. Suhu badanku tetap dalam kisaran empat puluhan. Tiap hari aku harus bolak-balik ganti baju yang basah oleh keringat.
Memasuki hari kesepuluh, mulai terlihat kejanggalan. Aku tidak bisa tidur. Bila hanya karena panas, mungkin hal serupa juga dialami orang lain. Aku tidak kuasa memejamkan mata, karena setiap memejamkan mata, aku melihat berpuluh-puluh binatang hendak menyerangku.
Aku teringat film Jumanji yang beberapa saat lalu diputar di salah satu TY swasta. Visualisasinya tidak jauh berbeda dengan yang kualami. Berpuluh-puluh binatang itu mendatangi rumahku. Ada gajah, harimau, anjing, kera dan masih banyak lagi yang lainnya. Hanya aku yang melihat semua bintang itu. Istri dan anak-anakku tidak merasakan kehadiran mereka. Dalam pandanganku, binatang-binatang itu tidak pergi. Mereka masih berada di sekeliling rumahku. Ada yang di pohon cery di halaman rumah, ada pula yang memilih rumpun bambu di samping rumah, sebagai tempat pengintaian.
Bila menemukan celah, mereka akan masuk ke dalam diriku. Pintu terbuka sedikit saja, angin kencang menerobos ke dalam. Selanjutnya angin itu merambat dari kaki dan menjalar ke seluruh tubuh.
Sewaktu bergulingan di tanah itu, tiba-tiba saja aku teringat, dengan nadzarku dulu di pertapaan Pringgondani. Sampai terucap di dalam hati. “Ya Allah, aku sanggup melaksanakan janjiku. Aku akan potong kambing ya Allah. Kumohon hentikan siksaan ini.” Setelah mengucapkan kesanggupan itu di dalam hati, perlahan siksaan mulai mereda. Aku mulai bisa menguasai diri. Tapi binatang-binatang itu tidak pergi, Mereka tinggal di pohon ceri dan bambu untuk menunggu pelaksanaan nadzar.
Aku pun dibawa ke cabang Cikarang dalam keadaan masih belum sadarkan diri. Di sana, aku diterapi Ustadz Arif. Empat orang yang memegangku terpental. Aku bahkan memukul dan menendang mereka. Katanya, bila punggungku menyentuh lantai, maka badanku berputar seperti gasing.
Alhamdulillah, setelah beberapa lama diruqyah ustadz Arif, badanku melemas. Kekuatan yang merasuk ke dalam diriku, semakin mengendurkan cengkeramannya hingga aku tersadar kembali. Perlahan, satu persatu jin yang menasuk ke dalam diriku itu keluar. Aku bisa merasakannya. Seperti ada sesuatu yang merambat di badan lalu keluar melalui nafas. Selanjutnya di mana saya merasakan panas, disitulah dipegang Ustadz Arif sambil dibacakan ayat al-Qur’an. Dan jin pun keluar lagi.
Memang setelah penyembelihan kambing itu badanku berangsur membaik. Tapi bukan berarti sudah terbebas sama sekali. Justru setelah pemotongan kambing itu, jin-jin yang telah dikeluarkan saat ruqyah berusaha masuk kembali. Mereka menggunakan berbagai cara untuk menguasai diriku. Ketika shalat misalnya, jin-jin itu selalu mengganggu konsentrasiku. Aku dibuatnya sulit membaca. Dan bila melakukan kesalahan, maka badanku langsung panas. Sesekali seperti ada kekuatan yang mendorong tubuhku saat shalat. Tapi semua itu tidak membuatku surut ke belakang.
Aku semakin memperbanyak ibadah. Tiap malam, aku terus melaksanakan shalat tahajud. Siang malam, aku juga selalu berdzikir. Semua itu kulakukan untuk memperlemah gangguan yang menerpaku ini. Tidak mungkin aku bergantung kepada orang lain untuk menyelesaikan masalahku. Pertemuanku dengan Ustadz Arif misalnya, tidak bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Karena itulah aku harus bisa membentengi diriku sendiri. Tentunya, dengan semakin meningkatkan kualitas ibadah dan membaca al-Qur’an.
Siang malam, saya selalu membaca doa, sambil membawa tasbih. Sebelum tidur, selalu membaca do’a. Kalau tidak begitu, saya diganggu. Badan kesemutan seperti digerumuti semut. Saya bacakan astaghfirullahal ‘adhiim, jin itu keluar.
Keesokan harinya, aku membayar hutang tiga ratus ribu kepada temanku. Ia orang kaya. Tiga ratus ribu itu tidaklah seberapa. Karena itu begitu aku ceritakan apa yang terjadi, uang tiga ratus ribu itu diserahkan kembali kepadaku. “Uangnya saya terima. Mudah-mudahan Allah mengizinkan dan bapak tidak dapat gangguan lagi. Bapak tidak punya hutang lagi sama saya,” katanya. Uang itu kemudian diberikan kembali kepada anakku. Katanya uang itu sudah diterimanya, mau diberikan kepada siapa saja terserah dia.
Setelah aku membayar hutangku, alhamdulillah aku tidak lagi mendapat gangguan. Semoga dengan terbebasnya diriku dari nadzar dan segala hal yang bersangkutan dengannya, gangguan yang telah menderaku dua bulan ini hilang untuk selamanya. Aku kembali menapak hidup ini dengan tenang.
Ghoib Ruqyah Syar’iyyah
Dalil wajibnya menunaikan nazar
Dalil nazar Al Quran
Allah Ta’ala berfirman,ثُمَّ لْيَقْضُوا تَفَثَهُمْ وَلْيُوفُوا نُذُورَهُمْ
“Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka.” (QS. Al Hajj: 29)
Dalil nazar dari hadist
Dari ‘Imron bin Hushoin radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,خَيْرُكُمْ قَرْنِى ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ – قَالَ عِمْرَانُ لاَ أَدْرِى ذَكَرَ ثِنْتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا بَعْدَ قَرْنِهِ – ثُمَّ يَجِىءُ قَوْمٌ يَنْذُرُونَ وَلاَ يَفُونَ ، …
“Sebaik-baik kalian adalah orang-orang yang berada di generasiku, kemudian orang-orang setelahnya dan orang-orang setelahnya lagi. -‘Imron berkata, ‘Aku tidak mengetahui penyebutan generasi setelahnya itu sampai dua atau tiga kali’-. Kemudian datanglah suatu kaum yang bernazar lalu mereka tidak menunaikannya, …. ” (HR. Bukhari no. 2651). Hadits ini menunjukkan berdosanya orang yang tidak menunaikan nazar.
Dan dibawah ini adalah kisah ruqyah dari seseorang yang lupa menunaikan kewajiban nazarnya 20 tahun lalu. Berikut kisah nya kami tulis ulang untuk anda para pembaca ruqyah Athallah:
Tahun 1986, aku baru lulus STM. Usiaku baru dua puluhan tahun. Mungkin terbilang telat bagi anak-anak zaman sekarang, lulus sekolah menengah pada usia sepertiku. Tapi bagiku dan teman-teman, itu sudah lumrah. Bukan hal Yang aneh.
Saat itu, untuk mencari pekerjaan di kampung halamanku tidaklah semudah sekarang. Tidak banyak lapangan kerja yang terbuka bagi pencari kerja di Solo, Jawa Tengah. Mau menggeluti pertanian seperti orangtua, dalam benakku saat itu juga bukan sebuah pilihan awal.
ljazah SMA sudah dalam genggaman. Aku ingin mencari suasana baru. Dunia kerja yang berbeda dengan yang kujalani selama ini, sebagai anak seorang petani. Masalahnya, lapangan kerja yang tersedia tidak memberikan, ruang yang cukup bagiku dan teman-teman.
Aku yang terbiasa pergi pagi pulang siang, menjadi jenuh di rumah seharian. Aku rindu kembali dengan suasana pegunungan. Selama sekolah, aku memang ikut bergabung dengan perguruan beladiri. Setidaknya sabuk hijau sudah dalam genggaman.
Berawal saat mendaki gunung Lawu
Sesekali aku dan teman-teman juga melakukan latihan fisik dengan cara yang berbeda. Ya, dengan mendaki gunung misalnya. Gunung Lawu bukan lagi asing bagiku. Puncak Argodalem beberapa kali sudah kudaki. Gua Nyi Roro Kidul juga pernah kudatangi.Aku larut dalam kenangan indah di puncak Argodalem. Beratapkan langit, berdinding hamparan pohon pinus. Gelegak darah mudaku kembali menggelora. Hasrat dan keinginan untuk mendaki gunung muncul kembali. Ah, mengapa tidak ke pertapaan Pringgondani saja, pikirku. Bukankah, tempat itu diyakini sebagai tempat keramat? Banyak orang datang ke sana dengan berbagai alasan. Konon, berdoa di pertapaan Pringgondani itu mudah terkabul.
Aku menerawang, jauh ke depan. Membayangkan puluhan tahun ke depan. Masa-masa indah yang kuimpikan. Aku tidak memungkiri bila dalam hati terbesit keinginan yang kuat untuk menjadi pegawai negeri. Entah, mengapa keinginan itu begitu kuat. Rasanya, senang berseragam rapi dan tiap hari ke kantor. Tidak lagi berkubang dengan tanah dan lumpur.
“Allahu Akbar, Allahu Akbar,” adzan Dzuhur yang berkumandang dari mushalla menyadarkanku dari lamunan. Aku pun bergegas mengambil air wudhu, membiarkan lamunan pergi sesuka hatinya. Hatiku sudah mantap. Esok aku akan mendaki gunung Lawu kembali. Kali ini tidak sampai jauh menembus ke puncak. Cukup di kaki gunung saja. Tepatnya di pertapaan Pringgondani.
Berbekal dengan sedikit makanan untuk satu dua hari, aku idzin kepada orangtuaku. Seperti biasanya, bapak dan ibu tidak mencegahku mendaki gunung. Mereka hanya berpesan, agar aku lebih berhati-hati.
Aku mendaki dari Grojogan Sewu, menyusuri jalanan setapak yang membawaku ke pertapaan. Sunyi, hening. Hanya kicauan burung dan binatang hutan yang menemani Perialananku. Tiga jam lamanya, kususuri jalanan yang sesekali berlumpur itu. Menyibak perdu yang kadang menghalangi jalan. Kubiarkan duri-duri kecil menyapa lengan, meninggalkan goresan merah di kulit. Hingga akhirnya aku sampai di pertapaan Pringgondani.
Sampai di pertapaan Pringgondani Gunung Lawu
Sebuah hamparan tanah lapang. Di sana, berdiri kokoh bangunan pendopo tua. Dikelilingi jajaran pohon pinus. Aku melemaskan otot dengan bersimpuh di atas tanah. Ternyata aku tidak sendirian di tempat itu. Ada sepuluhan orang lain yang juga menjejaki pertapaan Pringgondani. Siang itu, aku hanya berdiam diri di pendopo seluas tiga kali empat meter itu. Aku berbagi tempat dengan para pendaki lainnya.Malam harinya aku menginap di sana. Karena aku masih ingin menikmati suasana pegunungan yang damai. Jauh dari suasana kebisingan. Meski ada sepuluhan orang di sana, tapi masing-masing tahu diri. Tidak ada yang mengganggu ketenangan. Ada yang duduk bersila dengan tasbih di tangan. Ada juga yang mengelilingi api unggun.
Bernadzar Ingin jadi pegawai negeri di Pertapaan Pringgondani
Aku memilih tetap berada di dalam pendopo. Aku ingat bahwa tempat ini memang diyakini sebagai tempat yang mustajab. Artinya, kebanyakan orang yang datang ke sini, rata-rata mencari keberkahan dari pertapaan Pringgondani ini. Saat itu, aku masih sependapat dengan pandangan masyarakat secara umum. Karena itulah, aku memanfaatkan waktu-waktu malam untuk berdoa kepada Allah. Aku memohon, agar dimudahkan mendapat pekerjaan. Secara khusus aku memang berharap ingin menjadi pegawai negeri. “Ya Allah, kalau nanti aku menjadi pegawai negeri, aku akan potong kambing.”Aku memperkuat doa di malam itu dengan, bernadzar. Aku akan menyembelih kambing, sebagai tanda sukur bila keinginanku itu terkabul.
Merantau ke Jakarta
Sepulang dari pertapaan Pringgondani, aku merantau ke Jakarta berbekal Ijazah SMA dan keyakinan di dada. Aku yakin peluang kerja di Jakarta lebih luas daripada di daerah. Walau tidak mudah, tapi aku yakin peluang itu masih ada. Mungkin ada yang berpendapat, aku nekat. Karena hanya bermodalkan keyakinan pada keagungan Allah.Hari-hari pertama, aku memang sempat kebingungan, kemana harus melangkah. Tapi aku tidak mau menyerah. Aku bertanya kepada orang-orang yang kutemui, apakah ada yang membutuhkan tenaga. Berkali-kali aku ditolak, tapi tidak membuat nyaliku menciut. Aku tetap yakin bahwa Allah akan menolong hamba-Nya yang sedang dalam kesulitan.
Bagiku saat itu kerja apa saja, tidak masalah. Yang penting halal. Puluhan orang yang sudah kutanya, rata-rata jawaban mereka sama. “Tidak ada lowongan keria, dik.” Hingga aku sampai di sebuah rumah yang lumayan bagus. Aku berharap pemilik rumah itu sedang membutuhkan tenaga kerja.
Akhirnya keinginanku menjadi pegawai negeri tercapai
Allah mengabulkan permintaanku. Aku dipertemukan dengan keluarga seorang pejabat tinggi pemerintahan. Pak Surya namanya. Kebetulan ia sedang menjalani dinas pendidikan. Aku diminta untuk menjaga rumahnya. Dua bulan lamanya, kujalani profesi penjaga rumah yang tak ubahnya seperti seorang satpam. Posturku yang mendukung serta bekal pengalaman sabuk hijau di salah satu perguruan beladiri membuat Pak Surya senang dengan dedikasiku. Ia pun menawariku mengikuti seleksi pegawai negeri. Dan aku pun diterima.Dalam hitungan bulan, cita-cita untuk menjadi pegawai negeri itu pun terkabul. Saat itu, aku masih ingat nadzar yang kuucapkan saat di pertapaan Pringgondani. Aku ingat bahwa aku telah berjanji untuk menyembelih kambing. Hanya saja, nadiar itu belum bisa aku tunaikan, karena keterbatasan dana yang kumiliki. Meminta dana ke orangtua juga tidak mungkin. Alhasil, aku berpikir, ah nanti saja potong kambingnya, kalau uang sudah terkumpul.
Menunda-nunda Pelaksanaan Nadzar
Waktu terus merambat. Aku lupa akan janji di pertapaan Pringgondani. Masalah nadzar kambing sudah, hilang dari ingatanku. Terdepak oleh rutinitas kerja yang menyita waktu dan perhatian. Dari yang semula membujang, hingga menikah pada tahun 1992, nadzar itu tetap belum aku laksanakan. Sesekali memang terlintas dalam benakku, bahwa aku pernah bernadzar tapi ingatan itu kemudian kutepis sendiri, ‘ah nanti sajalah kalau sudah pensiun’.Selama bertahun-tahun aku hidup dengan tenang bersama istriku sebelum akhirnya pindah ke rumah kontrakan di Jakarta Timur. Rumah yang kutempati itu, kata tetangga, memang angker. Letaknya saja berdampingan dengan kuburan Cina.
Baca juga:
Cara meruqyah rumah toko atau tempat tinggal
Mulai didatangi penampakan mahluk
Merinding juga mendengarkan cerita mereka. Tapi Pilihanku saat itu tetap mengontrak di sana. Selain ongkos sewanya yang agak miring, kontrakan itu juga lebih dekat dengan tempat keria. Aku sadar bahwa pilihan ini memang mengandung resiko. Bila kemudian, aku mengalami peristiwa yang berbau mistis, maka itu adalah konsekuensi yang kusadari sejak awal. Nyaris tiap malam, selama dua tahun, selalu ada gangguan. Seringkali aku melihat penampakan sosok tinggi berkulit hitam. Makhluk itu ingin menguasaiku, tapi selalu berhasil kukalahkan.Seuatu saat, ada penampakan yang menyerupai istriku. Dalam pandanganku makhluk itu persis seperti dirinya. Wajahnya, bentuk rambutnya tidak berbeda. Pakaian yang dikenakannya pun sama. Bagai pinang dibelah dua. Keduanya di pinggir ranjang. Bedanya, satu dari kedua wanita itu menyusui anakku. ltu yang membuatku yakin bahwa yang hanya memandangiku dan anakku secara bergantian itu hanyalah penampakan dari jin.
Kuusap mataku berulang-ulang. Tapi kedua wanita itu tetap di tempatnya. Awalnya, aku khawatir bila itu hanya halusinasi semata. Kucubit lenganku, ternyata aku tidak juga bermimpi. lni nyata. Aku yakin satu di antara mereka ada yang penjelmaan jin. Karena itulah kudekati pelan-pelan wanita yang tidak menyusui anakku. Dan, … bag-bug, bag-bug … kulayangkan tangan menghantam wanita itu. “Mas, Mas, ada apa Mas …” teriak wanita yang menyusui anakku. Ia terkejut melihat apa yang kulakukan, karena ia memang tidak melihat wanita selain dirinya. Aku hanya memukul tempat kosong, tapi dalam benakku aku memukul penjelmaan jin yang langsung menghilang.
“Mas, ada apa Mas?” Tanya istriku lagi. Sedari tadi aku belum menjawab pertanyaannya. “Ada yang menyerupai adik,” jawabku. “Kupukul saja biar dia tidak berani mengganggu lagi.”
Kuceritakan apa bang baru saja kulihat serta penampakan-penampakan lainnya di dalam rumah ini. lstriku hanya mengangguk pelan. la percaya, bila ada yang menyerupai dirinya. Sebab pengalaman di rumah kontrakan itu telah menyadarkan kami bahwa dunia jin memang nyata. Mereka juga sering menampakkan diri dalam bentuk yang bermacam-macam.
Meski demikian, aku bersyukur. Kedua anakku tidak mengalami kejadian yang aneh. Selama ini mereka hidup tenang, seperti anak-anak tetangga. Selain dari gangguan di rumah kontrakan itu, selama ini aku tidak merasakan adanya keanehan lain. Di kantor atau dimanapun aku bertugas. Lantaran itu aku mengambil kesimpulan bahwa rumah kontrakan itu yang angker. Bukan diriku. Logikanya, siapapun yang menempati rumah itu kemungkinan besar akan melihat berbagai penampakan jin.
Membangun rumah baru
Tahun 2005, aku ditugaskan ke Bekasi. Kuajak sitri serta kedua anakku. Disanalah, kemudian aku membangun rumah. Usiaku sudah semakin senja, tidak bijaksana bila bolak-balik pindah kontrakan. Setahun setelah menempati rumah baru, ada orang pintar yang menawarkan jasa untuk memagari rumah dari gangguan makhluk halus. Usianya sudah separuh baya dengan gaya bicara yang menarik. Ia mengungkapkan kelebihan-kelebihan ghaibnya.Keadaan berubah parah saat ada dukun menawarkan jasa pemagaran rumah ghaib
Setelah berpikir sejenak kupersilahkan orang pintar itu membuktikan ucapannya. Karena aku tidak ingin pengalaman di rumah kontrakan dulu terulang di rumah sendiri. Tiga paku emas dipasang di atas pintu, sementara apel jin dan beberapa sesajen lain ditanam di halaman rumah. Setelah pemagaran rumah itu, aku merasakan ada yang berubah. Nuansanya tidak sesejuk dulu. Perselisihan kecil dalam rumah tangga mulai muncul serta dagangan yang biasa laris, mulai menyusut pelanggannya.Baca juga:
Efek Ilmu Pagar Ghaib Sepak Bola
Menderita sakit yang aneh
Empat hari setelah Idul Fitri, aku sakit. Suhu badanku menembus 40 derajat celcius. Waktu itu aku berpikir, karena kecapekan saja. Menjelang lebaran kemarin, banyak tugas kantor yang harus diselesaiakan.Waktu itu aku berobat ke dokter. Namun, kata dokter, tidak ada penyakit berat yang menimpaku. Itu hanya panas biasa. Hatiku tenang mendengar hasil diagnose dokter tersebut. Tapi ketika suhu badan itu tidak juga turun meski telah berlangsung seminggu, aku mulai khawatir. Siang malam, aku gelisah. Aku seperti orang yang kebingungan. Duduk menetap tiga menit saja, sudah tidak betah. Pindah sini. Pindah sana. Suhu badanku tetap dalam kisaran empat puluhan. Tiap hari aku harus bolak-balik ganti baju yang basah oleh keringat.
Baca juga:
6 ayat ayat ruqyah penyembuhan/syifa
Memasuki hari kesepuluh, mulai terlihat kejanggalan. Aku tidak bisa tidur. Bila hanya karena panas, mungkin hal serupa juga dialami orang lain. Aku tidak kuasa memejamkan mata, karena setiap memejamkan mata, aku melihat berpuluh-puluh binatang hendak menyerangku.
Merasa di datangi puluhan binatang ghaib
Saat terpejam itu, aku melihat terowongan panjang. Terowongan itu jauh menembus ke hutan. Tepatnya ke pertapaan Pringgondani. Lewat terowongan itulah berpuluh-puluh binatang rebutan masuk ke dalam diriku. Aku terkesima. Spontan kuteriakkan takbir untuk menangkan diri. Kekuatannya sungguh mencengangkan. Seketika binatang-binatang itu terhenti menghilang, sebelum akhirnya aku terbangun dengan geragapan.Aku teringat film Jumanji yang beberapa saat lalu diputar di salah satu TY swasta. Visualisasinya tidak jauh berbeda dengan yang kualami. Berpuluh-puluh binatang itu mendatangi rumahku. Ada gajah, harimau, anjing, kera dan masih banyak lagi yang lainnya. Hanya aku yang melihat semua bintang itu. Istri dan anak-anakku tidak merasakan kehadiran mereka. Dalam pandanganku, binatang-binatang itu tidak pergi. Mereka masih berada di sekeliling rumahku. Ada yang di pohon cery di halaman rumah, ada pula yang memilih rumpun bambu di samping rumah, sebagai tempat pengintaian.
Bila menemukan celah, mereka akan masuk ke dalam diriku. Pintu terbuka sedikit saja, angin kencang menerobos ke dalam. Selanjutnya angin itu merambat dari kaki dan menjalar ke seluruh tubuh.
Baca juga:
membuka mata batin melihat dunia jin
Kesurupan puluhan jin binatang pertapaan pringgondani
lni adalah pertanda kehadiran makhluk tak diundang itu. Bila sudah demikian, aku biasa menjerit. Terkadang sampai, bergulingan di tanah. Beberapa tetangga yang mendengar keributan di dalam rumah itu pun berdatangan. Mereka meringkus dan berusaha menyadarkanku. Anehnya begitu ada yang mendekat, tangan dan kakiku langsung menghadang mereka tanpa dapat kukendalikan.Sewaktu bergulingan di tanah itu, tiba-tiba saja aku teringat, dengan nadzarku dulu di pertapaan Pringgondani. Sampai terucap di dalam hati. “Ya Allah, aku sanggup melaksanakan janjiku. Aku akan potong kambing ya Allah. Kumohon hentikan siksaan ini.” Setelah mengucapkan kesanggupan itu di dalam hati, perlahan siksaan mulai mereda. Aku mulai bisa menguasai diri. Tapi binatang-binatang itu tidak pergi, Mereka tinggal di pohon ceri dan bambu untuk menunggu pelaksanaan nadzar.
Karena keadaan tambah parah ada yang menyarankan agar aku di ruqyah secara syar'iyyah
Keesokan harinya, ada angin kencang menerpa rumahku. lstriku juga merasakan angin itu. Anginnya kencang sekali. lstriku sampai tidak berani membuka pintu depan. Tapi anehnya, tidak ada dedaunan yang rontok. Beberapa saat berikutnya, aku kembali bergulingan di tanah. Saat itu, kondisiku semakin parah. Kata tetangga, aku sudah setengah mati. Aku terus bergulingan di lantai. Katanya, ada beberapa orang yang mencoba menyadarkanku, tapi mereka tidak berhasil. Akhirnya, ada yang menyarankan keluargaku untuk membawaku ke Ghoib Ruqyah Syar’iyyah cabang Cikarang untuk menjalani terapi ruqyah.Aku pun dibawa ke cabang Cikarang dalam keadaan masih belum sadarkan diri. Di sana, aku diterapi Ustadz Arif. Empat orang yang memegangku terpental. Aku bahkan memukul dan menendang mereka. Katanya, bila punggungku menyentuh lantai, maka badanku berputar seperti gasing.
Alhamdulillah, setelah beberapa lama diruqyah ustadz Arif, badanku melemas. Kekuatan yang merasuk ke dalam diriku, semakin mengendurkan cengkeramannya hingga aku tersadar kembali. Perlahan, satu persatu jin yang menasuk ke dalam diriku itu keluar. Aku bisa merasakannya. Seperti ada sesuatu yang merambat di badan lalu keluar melalui nafas. Selanjutnya di mana saya merasakan panas, disitulah dipegang Ustadz Arif sambil dibacakan ayat al-Qur’an. Dan jin pun keluar lagi.
Baca juga:
Bacaan ayat Al Quran saat melakukan ruqyah syariyyah mandiri
Dan nazar itu aku laksanakan
Sehari setelah ruqyah itu, aku segera memenuhi nadzarku. Aku menyembelih dua ekor kambing. Dagingnya dibagikan kepada warga sekitar. Uangnya memang tidak milikku semua. Ada tiga ratusan ribu yang masih pinjam teman. Waktu itu aku berpikir tak apalah nanti juga akan aku ganti.Memang setelah penyembelihan kambing itu badanku berangsur membaik. Tapi bukan berarti sudah terbebas sama sekali. Justru setelah pemotongan kambing itu, jin-jin yang telah dikeluarkan saat ruqyah berusaha masuk kembali. Mereka menggunakan berbagai cara untuk menguasai diriku. Ketika shalat misalnya, jin-jin itu selalu mengganggu konsentrasiku. Aku dibuatnya sulit membaca. Dan bila melakukan kesalahan, maka badanku langsung panas. Sesekali seperti ada kekuatan yang mendorong tubuhku saat shalat. Tapi semua itu tidak membuatku surut ke belakang.
Aku semakin memperbanyak ibadah. Tiap malam, aku terus melaksanakan shalat tahajud. Siang malam, aku juga selalu berdzikir. Semua itu kulakukan untuk memperlemah gangguan yang menerpaku ini. Tidak mungkin aku bergantung kepada orang lain untuk menyelesaikan masalahku. Pertemuanku dengan Ustadz Arif misalnya, tidak bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Karena itulah aku harus bisa membentengi diriku sendiri. Tentunya, dengan semakin meningkatkan kualitas ibadah dan membaca al-Qur’an.
Baca juga:
Allah Maha Pengampun dan Pemberi Rahmat
Siang malam, saya selalu membaca doa, sambil membawa tasbih. Sebelum tidur, selalu membaca do’a. Kalau tidak begitu, saya diganggu. Badan kesemutan seperti digerumuti semut. Saya bacakan astaghfirullahal ‘adhiim, jin itu keluar.
Gangguan masih datang karena beli kambing untuk nazar dari uang hasil berhutang
Suatu malam, aku merasakan kembali kehadiran binatang-binatang. Ada dua anjing yang masuk ke kamar mandi. Seketika, aku teringat bahwa aku masih punya hutang tiga ratus yang kupakai untuk membeli kambing. Aku katakan, “Aku akan membayar tiga ratus ribu itu. Jangan tunggu di dalam rumah. Keluar sana.” Akhirnya dua ekor anjing itu pun kulihat keluar dari kamar mandi. la menunggu di pohon ceri.Keesokan harinya, aku membayar hutang tiga ratus ribu kepada temanku. Ia orang kaya. Tiga ratus ribu itu tidaklah seberapa. Karena itu begitu aku ceritakan apa yang terjadi, uang tiga ratus ribu itu diserahkan kembali kepadaku. “Uangnya saya terima. Mudah-mudahan Allah mengizinkan dan bapak tidak dapat gangguan lagi. Bapak tidak punya hutang lagi sama saya,” katanya. Uang itu kemudian diberikan kembali kepada anakku. Katanya uang itu sudah diterimanya, mau diberikan kepada siapa saja terserah dia.
Setelah aku membayar hutangku, alhamdulillah aku tidak lagi mendapat gangguan. Semoga dengan terbebasnya diriku dari nadzar dan segala hal yang bersangkutan dengannya, gangguan yang telah menderaku dua bulan ini hilang untuk selamanya. Aku kembali menapak hidup ini dengan tenang.
Ghoib Ruqyah Syar’iyyah
Kunjungi Konsultasi Ruqyah Gratiss via whatsapp, rahasia dari ruqyah syar'iyyah dan temukan berbagai kasus ruqyah yang berhasil di sembuhkan di artikel Pertanyaan dan Jawaban Seputar Ruqyah Syariyyah <---- Klik , siapa tau ada yang sesuai dengan kondisi yang anda alami. Kunci rangkaian penyembuhan untuk mengatasi berbagai gangguan baik penyakit fisik atau penyakit hati (non-medis) serta berbagai gangguan ghaib. Atau silahkan langsung kunjungi halaman Cara dan Aturan Konsultasi Ruqyah Syariyyah Athallah <--- Klik
Untuk testimoni semua sahabat muslim yang sudah berhasil mengatasi gangguan yang dialami dengan ruqyah mandiri silahkan klik Testimonial. Disertai screen capture percakapan whatsapp.
"Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam." (QS. Asy-Syu'araa Ayat : 109, QS. Asy-Syu'araa Ayat :127, QS. Asy-Syu'araa Ayat :145, QS. Asy-Syu'araa Ayat :164, QS. Asy-Syu'araa Ayat :180)
Kami juga menyediakan CD Ruqyah (untuk ruqyah rumah/toko) yang berisi audio ruqyah mandiri beserta tutorial ruqyah mandiri dan ruqyah rumah disertai bacaaan surah surah ruqyah dalam arabic, latin dan terjemahan. Disertai juga tutorial dan tuntunan sunnah untuk LGBT, penyakit sihir, penyakit fisik dan susah jodoh dalam bentuk PDF. Praktis bagi anda untuk terapi penyembuhan dengan izin Allah subhanahu wa ta'ala dengan mendengarkan ayat ayat al quran yang berfungsi sebagai penyembuhan dan pembatal sihir serta penghilang gangguan jin dan ain. Untuk pemesanan dan info kunjungi post Mp3 dan CD ruqyah mandiri, Barokallahu fiikum..
- Tutorial Ruqyah Mandiri sebagai penyembuh dan pembersih diri dari gangguan ghaib, penyakit medis dan non medis <----- Klik Jika ingin membaca tutorialnya di web. Untuk ciri ciri terkena gangguan ghaib, gangguan jin, gangguan sihir atau ain bisa di lihat di Tanda atau ciri terkena gangguan jin, gangguan sihir atau penyakit ain
- Tuntunan sunnah untuk benteng diri agar gangguan itu tidak kembali muncul <---- Klik jika ingin membaca nya di web ini.
- Tutorial Ruqyah Rumah agar gangguan yang sudah dipaksa keluar dari badan juga keluar dari rumah tempat tinggal kita <---- Klik jika ingin membaca caranya di web
- Tuntunan sunnah menjadikan rumah dibenci setan dan jin sehingga jika sudah berhasil diusir dengan ruqyah rumah tidak kembali lagi masuk rumah. <---- Klik jika ingin membaca caranya di web ini.
- Memutar audio ruqyah rumah saat munculnya dua tanduk setan yaitu saat matahari terbit dan tenggelam, dimana pada dua waktu ini setan kekuatannya mejadi membesar. <---- Klik jika ingin mendapatkannya di web ini. Sesungguhnya Matahari terbit di antara dua tanduk setan, dan tenggelam di antara dua tanduk setan pula. (HR Abu Dawud dan Muslim)
“Jangan kalian membiarkan anak anak kalian di saat matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam sebab setan berpencar jika matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam,” (HR. Muslim).
Untuk testimoni semua sahabat muslim yang sudah berhasil mengatasi gangguan yang dialami dengan ruqyah mandiri silahkan klik Testimonial. Disertai screen capture percakapan whatsapp.
"Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam." (QS. Asy-Syu'araa Ayat : 109, QS. Asy-Syu'araa Ayat :127, QS. Asy-Syu'araa Ayat :145, QS. Asy-Syu'araa Ayat :164, QS. Asy-Syu'araa Ayat :180)
Kami juga menyediakan CD Ruqyah (untuk ruqyah rumah/toko) yang berisi audio ruqyah mandiri beserta tutorial ruqyah mandiri dan ruqyah rumah disertai bacaaan surah surah ruqyah dalam arabic, latin dan terjemahan. Disertai juga tutorial dan tuntunan sunnah untuk LGBT, penyakit sihir, penyakit fisik dan susah jodoh dalam bentuk PDF. Praktis bagi anda untuk terapi penyembuhan dengan izin Allah subhanahu wa ta'ala dengan mendengarkan ayat ayat al quran yang berfungsi sebagai penyembuhan dan pembatal sihir serta penghilang gangguan jin dan ain. Untuk pemesanan dan info kunjungi post Mp3 dan CD ruqyah mandiri, Barokallahu fiikum..
Info yang rugi jika anda lewatkan
“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk maka adalah baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, yang demikian itu tidak mengurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka adalah atasnya dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, yang demikian itu tidak mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka” (HR. Muslim)
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad : 7)
Bagikan di media sosial yang anda ikuti dengan klik di tombol dibawah ini dan raih amal sholeh sebanyak banyak nya... InsyaAllah
Efek Dahsyat Saat Lupa Akan Nazar Yang Terucap
4/
5
Oleh
Anonim