Tampilkan postingan dengan label Sunnah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sunnah. Tampilkan semua postingan

Minggu, 14 Februari 2016

Cara Bersandar Yang Dimurkai Allah

Islam sangat deteil dalam mengatur dan memberi petunjuk kepada umatnya. Bahkan untuk duduk bersandar pun ada aturan dalam islam. Dan tahukah anda sahabat muslim bahwa duduk bersandar dengan tangan penopang di belakang badan itu dilarang oleh Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Dan dibawah ini adalah dalil hadist dan penjelasan para ulama tentang hal ini.

Islam sangat deteil dalam mengatur dan memberi petunjuk kepada umatnya. Bahkan untuk duduk bersandar pun ada aturan dalam islam. Dan tahukah anda sahabat muslim bahwa duduk bersandar dengan tangan penopang di belakang badan itu dilarang oleh Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Dan dibawah ini adalah dalil hadist dan penjelasan para ulama tentang hal ini.



Syirrid bin Suwaid radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah pernah melintas di hadapanku sedang aku duduk seperti ini, yaitu bersandar pada tangan kiriku yang aku letakkan di belakang. Lalu baginda Nabi bersabda, “Adakah engkau duduk sebagaimana duduknya orang-orang yang dimurkai?” (HR. Abu Daud no. 4848. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin menjelaskan dalam Syarh Riyadhus Sholihin, “Duduk dengan bersandar pada tangan kiri disifatkan dengan duduk orang yang dimurkai Allah. Adapun meletakkan kedua tangan di belakang badan lalu bersandar pada keduanya, maka tidaklah masalah. Juga ketika tangan kanan yang jadi sandaran, maka tidak mengapa. Yang dikatakan duduk dimurkai sebagaimana disifati nabi adalah duduk dengan menjadikan tangan kiri di belakang badan dan tangan kiri tadi diletakkan di lantai dan jadi sandaran. Inilah duduk yang dimurkai sebagaimana yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sifatkan.”

Dalam Iqthido’ Shirotil Mustaqim, Ibnu Taimiyah berkata, “Hadits ini berisi larangan duduk seperti yang disebutkan karena duduk seperti ini dilaknat, termasuk duduk orang yang mendapatkan adzab. Hadits ini juga bermakna agar kita menjauhi jalan orang-orang semacam itu.”

Kata Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz, duduk seperti ini terlarang di dalam dan di luar shalat. Bentuknya adalah duduk dengan bersandar pada tangan kiri yang dekat dengan bokong. Demikian cara duduknya dan tekstual hadits dapat dipahami bahwa duduk seperti itu adalah duduk yang terlarang. (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 25: 161)

Sebagian ulama menyatakan bahwa duduk semacam ini dikatakan makruh (tidak haram). Namun hal ini kurang tepat. Syaikh ‘Abdul Al ‘Abbad berkata, “Makruh dapat dimaknakan juga haram. Dan kadang makruh juga berarti makruh tanzih (tidak sampai haram). Akan tetapi dalam hadits disifati duduk semacam ini adalah duduk orang yang dimurkai, maka ini sudah jelas menunjukkan haramnya.” (Syarh Sunan Abi Daud, 28: 49)

Jika ada yang bertanya, logikanya mana, kok sampai duduk seperti ini dilarang? Maka jawabnya, sudah dijelaskan bahwa duduk semacam ini adalah duduk orang yang dimurkai Allah (maghdhub ‘alaihim). Jika sudah disebutkan demikian, maka sikap kita adalah sami’na wa atho’na, kami dengar dan taat. Tidak perlu cari hikmahnya dulu atau berkata 'why?' 'why?', baru diamalkan. Seorang muslim pun tidak boleh sampai berkata, ah seperti itu saja kok masalah. Ingatlah, Allah Ta’ala berfirman,

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih” (QS. An Nur: 63). Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan atas dasar hawa nafsunya yang ia utarakan. Allah Ta’ala berfirman,

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)” (QS. An Najm: 3-4)

Ibnu Katsir berkata, “Khawatirlah dan takutlah bagi siapa saja yang menyelisihi syari’at Rasul secara lahir dan batin karena niscaya ia akan tertimpa fitnah berupa kekufuran, kemunafikan atau perbuatan bid’ah.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 10: 281)

Dan sudah semestinya dalam menghadapi perintah Allah dan Rasul-nya maka sikap umat muslim adalah Sami'na wa atho'na (kami dengar dan kami taat)

3 Wasiat Rasulullah Yang Jangan Ditinggalkan Demi Surga

Ada 3 hal atau wasiat yang diberikan oleh Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam kepada Abu Darda RA. Dan tentu saja bukan hanya kepada Abu Darda' RA, tapi wasiat ini juga berlaku bagi seluruh muslim atau umat islam. Karena wasiat itu banyak memiliki keutamaan jika dikerjakan.

Ketiga wasiat itu, seperti disampaikan Abu Darda adalah. “Kekasihku (Muhammad SAW) mewasiatkan kepadaku tiga hal yang tidak akan aku tinggalkan selama hidupku, yaitu berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, Shalat Dhuha, dan Shalat Witir sebelum tidur.” (HR Bukhari)
Ada 3 hal atau wasiat yang diberikan oleh Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam kepada Abu Darda RA. Dan tentu saja bukan hanya kepada Abu Darda' RA, tapi wasiat ini juga berlaku bagi seluruh muslim atau umat islam. Karena wasiat itu banyak memiliki keutamaan jika dikerjakan.



Nah sebagai umat muslim maka kita seharusnya juga mengamalkan hal tersebut diatas semampu kita. Karena selain tentunya mempunyai banyak manfaat maka itu lah bentuk dari Sami'na wa atho'na.

Berpuasa tiga hari dalam setiap bulan Hijriyah

Puasa tiga hari itu sering disebut dengan puasa sunah Ayyamul Bidh, yaitu berpuasa pada 13, 14, dan 15 bulan Hijriyah. (HR Tirmidzi dan Nasa’i). Meskipun hanya tiga hari dalam setiap bulan, puasa sunah ini memiliki keistimewaan besar di sisi Allah SWT.

Nabi SAW bersabda, “Berpuasalah tiga hari pada setiap bulan. Sesungguhnya, setiap kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Artinya, itu sama dengan berpuasa sepanjang tahun.” (HR Bukhari dan Muslim).

Mendirikan Shalat Dhuha

Shalat Dhuha merupakan ibadah sunah yang sangat dianjurkan. Ia merupakan ibadah pada pagi hari yang rutin dikerjakan Nabi Muhammad SAW. Beliau selalu menganjurkan umat Islam untuk membiasakan diri mendirikan Shalat Dhuha setiap hari pada waktu pagi.

Rasulullah Bersabda:“Solat Dhuha itu mendatangkan rezeki dan menjauhkan kemiskinan dan tidak ada orang yang memelihara solat kecuali orang yang bertaubat”.
(Hadis Riwayat At-Tirmizi)

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Shalat Dhuha itu memiliki beragam keutamaan. Di antaranya, Allah akan membangunkan baginya sebuah istana di surga nanti yang terbuat dari emas. Selain itu, Allah akan menghapuskan dosa-dosanya hingga bersih, seperti anak yang baru dilahirkan oleh ibunya. (HR Abu Ya'la).

“Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung menyatakan, “Wahai Anak Adam. Cukuplah Aku dengan melakukan empat rakaat solat Dhuha pada pagi hari, maka Aku pasti mencukupi keperluan mu pada akhir hayatmu”. (Hadis Riwayat Ahmad & Abu Ya’la)

“Rasulullah bersabda,”Dalam syurga, terdapat pintu yang bernama Ad-Dhuha. Apabila tiba Hari Kiamat, ada seseorang menyeru, ‘Mana orang yang mendirikan solat Dhuha? Inilah pintu kamu. Masuklah ke dalam syurga dengan iringan rahmat Allah.”
(Hadis Riwayat At-Tabrani)

Mendirikan Shalat Witir sebelum tidur

Nabi SAW tidak pernah meninggalkan Shalat Witir, baik ketika berada di rumah maupun sedang dalam perjalanan (musafir). Shalat Witir juga memiliki banyak keutamaan.

Dari Kharijah bin Khudzaifah al-Adawi, ia bercerita, “Nabi SAW pernah keluar menemui kami dan beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah yang Mahamulia lagi Mahaperkasa telah membekali kalian dengan satu shalat di mana ia lebih baik bagi kalian daripada binatang yang paling bagus, yaitu Shalat Witir. Dan, Dia menjadikannya untuk kalian antara Shalat Isya sampai terbit fajar.” (HR Abu Dawud).

Semoga kita semua dimudahkan oleh Allah untuk melaksanakan 3 wasiat Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam tersebut.

Minggu, 20 September 2015

Sami'na Wa Atho'na Terhadap Sunnah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Tinggalkanlah apa yang aku biarkan untuk kalian. Sesungguhnya telah binasa orang-orang sebelum kalian disebabkan pertanyaan dan penentangan mereka terhadap para nabi mereka. Karenanya apabila aku melarang kalian dari sesuatu maka jauhilah ia dan juka aku memerintahkan kepada kalian dengan suatu perintah, maka lakukanlah ia menurut kemampuan kalian." [HR. Bukhari dan Muslim]
Sami'na Wa Atho'na Terhadap Sunnah

Senin, 01 Juni 2015

Ciri Tanda di Cintai Jin

Susah jodoh, gagal menikah, gagal kalau berpacaran itu bisa jadi karena ada jin yang jatuh cinta kepada manusia. Bahkan Homo atau lesbi ini juga gangguan jin yang disebabkan anak adam yang disukai oleh bangsa jin yang sama jenis nya.



baca : Menjadi homo karena kemasukan jin waria

Jin yg cinta terhadap manusia bisa terjadi karena :

  1. Jin yg terbawa oleh faktor keturunan
  2. Jin melihat manusia.bertelanjang tanpa membaca do'a
  3. Jin yg didapat dgn ilmu2 kanuragan 
Pada penjelasan nomer dua, cara menutup penglihatan jin agar jin tidak melihat (aurat) kita ketika kita membuka pakaian atau ganti baju, Rasulullah mengajarkannya kepada kita. Beliau bersabda:
ستر ما بين أعين الجن و عورات بني آدم إذا وضع أحدهم ثوبه أن يقول : بسم الله

“Yang bisa menghalangi pandangan mata jin dan aurat anak Adam (manusia) adalah ketika hendak menanggalkan pakaian hendaklah membaca Bismillah” (HR. As Suyuthi, shahih menurut Al Albani)

Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
سَتْرُ مَا بَيْنَ أَعْيُنِ الْجِنِّ وَعَوْرَاتِ بَنِى آدَمَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُهُمُ الْخَلاَءَ أَنْ يَقُولَ بِسْمِ اللَّهِ

“Penghalang antara pandangan mata jin dan aurat anak Adam (manusia) adalah ketika seseorang hendak masuk ke kamar mandi hendaklah membaca Bismillah” (HR. Tirmidzi, shahih menurut Al Albani).

Di saat mereka sudah jatuh hati kpd manusia, mereka pun akan merasa cemburu saat manusia yg dicintainya itu menikah dgn manusia lainnya...

Mereka bisa jg mengganggu proses hubungan suami istri, membuat hubungan rumah tangga tdk harmonis, dan membuat suami istri bertengkar hanya krn hal sepele...

Ibnu Taimiyah berkata dalam "An-Nubuwat" hal.399:
"Jin terkadang jatuh cinta kepada manusia sebagaimana manusia jatuh cinta pada manusia lainnya, dan sebagaimana seorang lelaki mencintai wanita, dan wanita mencintai pria.

Maka ia pun merasa CEMBURU padanya dan ia mendukung kcemburuannya itu dengan segala sesuatu yg bisa ia lakukan...
Dan jika yang ia cintai bersama dengan laki2 atau wanita yg lain, maka terkadang ia menghukumnya dgn MEMBUNUH-nya atau dgn cara yg lainnya.. Dan semua ini nyata terjadi..!!!

Maka wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk selalu berusaha menekuni dzikir syar'i yg telah diajarkan Rasulullah SAW kepada kita, terkhusus yang terkait dengan dzikir masuk kamar mandi dan dzikir ketika berhubungan badan.
KARENA BERTELANJANG TANPA DIAWALI DENGAN DZIKIR KEPADA ALLAH MERUPAKAN SEBAB JATUH CINTANYA JIN kepada MANUSIA....

Lalu apa saja sih tanda2 orang yg ditaksirin sama jin ???

TANDA2 GANGGUAN JIN KARENA "ISYQ" (CINTA) :

  1. Sering mimpi basah (*maaf,bersetubuh) tanpa sebab, contoh mimpi ada sebabnya : Mimpi karena baligh, mimpi karena sering melamunkan hubungan badan, mimpi karena melihat sesuatu yg merangsang, mimpi karena kepenuhan sehingga perlu ada yg dibuang... 
  2. Sedangkan mimpi karena gangguan biasanya mimpinya berlangsung lama, dan di dalam mimpi itu melakukan seperti dalam kenyataan, jika selesai mimpi terasa lemas, letih dan capek...
    baca juga:

    Tafsir Mimpi Buruk Dalam Islam (Ciri Gangguan Jin)

  3. Merasakan ada bayangan seseorang yg berbaring atau tidur di sampingnya, biasanya saat akan tidur
  4. Merasakan bayangan yg sama di samping tempat tidurnya 
  5. ENGGAN UNTUK MENIKAH
    baca juga:

    Pengertian Dan Hikmah Pernikahan Dalam Islam (PDF)

  6. Tidak tertarik sama lawan jenis 
  7. Jika menikah merasa tidak nyaman di saat-saat bermesraan dgn pasangannya 
  8. Tidak ada keinginan untuk berhubungan dengan pasangannya secara alami tanpa terpaksa, biasanya melakukan karena didorong kewajiban saja 
  9. Setelah berhubungan dengan pasangannya (suami/istri) merasa sedih, sempit dadanya, tdk gairah... 
Semoga kita terhindar dari semua kejahatan makhluk Allah

Sabtu, 30 Mei 2015

Hukum dan aturan mewarnai uban dalam Islam

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat memerintahkan kita untuk menyelisihi ahli kitab di antaranya adalah dalam masalah uban.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لَا يَصْبُغُونَ فَخَالِفُوهُمْ
“Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak menyemir uban mereka, maka selisilah mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)





Al Qadhi ‘Iyadh mengatakan, “Para ulama salaf yakni sahabat dan tabi’in berselisih pendapat mengenai masalah uban. Sebagian mereka mengatakan bahwa lebih utama membiarkan uban (daripada mewarnainya) karena terdapat hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai larangan mengubah uban. (Namun hadits yang menyebutkan larangan ini adalah hadits yang mungkar atau dha’if, sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Al Albani dalam Tamamul Minnah)

Sebagian mereka berpendapat pula bahwa lebih utama merubah uban (daripada membiarkannya). Sehingga di antara mereka mengubah uban karena terdapat hadits mengenai hal ini. ” (Nailul Authar, 1/144, Asy Syamilah)

MEWARNAI ATAU MENYEMIR UBAN DENGAN PACAR DAN INAI

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ أَحْسَنَ مَا غَيَّرْتُمْ بِهِ الشَّيْبَ الْحِنَّاءُ وَالْكَتَمُ
“Sesungguhnya bahan yang terbaik yang kalian gunakan untuk menyemir uban adalah hinna’ (pacar) dan katm (inai).” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan An Nasa’i. Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Hal ini menunjukkan bahwa menyemir uban dengan hinna’ (pacar) dan katm (inai) adalah yang paling baik. Namun boleh juga menyemir uban dengan selain keduanya yaitu dengan al wars (biji yang dapat menghasilkan warna merah kekuning-kuningan) dan za’faran. Sebagaimana sebagian sahabat ada yang menyemir uban mereka dengan kedua pewarna yang terakhir ini.

Abu Malik Asy-ja’iy dari ayahnya, beliau berkata,

Jangan mencabut uban karena itu cahaya bagimu di hari kiamat

Sangat wajar jika seseorang menginjak usia senja, muncul pada kepala, wajah atau jenggotnya rambut putih, alias uban. Itulah fase kehidupan yang akan dilewati oleh setiap insan sebagaimana firman Allah Ta’ala,

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفاً وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Ar Ruum {30} : 54)





Kadangkala memang kita ingin menghilangkannya, mencabutnya, atau mengganti warnanya dengan warna lain. Namun alangkah bagusnya jika setiap tindak-tanduk kita didasari dengan ilmu agar kita tidak sampai terjerumus dalam kesalahan dan dosa. (baca juga: Hukum dan aturan mewarnai uban dalam Islam)

Al Baihaqi membawakan sebuah pasal dengan judul “larangan mencabut uban”. Lalu di dalamnya beliau membawakan hadits dari ‘Abdullah bin ‘Umar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الشَيْبُ نُوْرُ المؤُمِنِ لاَ يَشِيْبُ رَجُلٌ شَيْبَة فِي الإسْلاَمِ إِلاَّ كَانَتْ لَهُ بِكُلَّ شَيْبَةٍ حَسَنَة وَ رَفَعَ بِهَا دَرَجَة
“Uban adalah cahaya bagi seorang mukmin. Tidaklah seseorang beruban –walaupun sehelai- dalam Islam melainkan setiap ubannya akan dihitung sebagai suatu kebaikan dan akan meninggikan derajatnya.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shagir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Muhammad bin Hibban At Tamimi rahimahullah -yang lebih dikenal dengan Ibnu Hibban- dalam kitab Shahihnya menyebutkan pembahasan “Hadits yang menceritakan bahwa Allah akan mencatat kebaikan dan menghapuskan kesalahan serta akan meninggikan derajat seorang muslim karena uban yang dia jaga di dunia.” Lalu Ibnu Hibban membawakan hadits berikut.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Artikel Terbaru